[Sangken] - Diskon 40%

296 17 8
                                    

Kenta menaruh keranjang belanjaannya di depan kasir. Senyum cerah terpancar jelas.

"Totalnya dua ratus tiga puluh lima ribu, dek," ujar pemuda berseragam merah marun itu. Wajah tegasnya datar, nyaris menyamai suara yang terdengar. Pada seragam itu terpasang nametag; Kim Sanggyun.

Senyum Kenta luntur. "HAH!" teriaknya seketika, "bukankah seharusnya jadi seratus empat puluh satu ribu, ya? Ya?! 'Kan diskon empat puluh persen! Harusnya aku bayar cuman segitu!" protesnya tidak terima.

"Maaf, dek. Diskon yang adek maksud itu terakhir berlaku, kemaren. Jadi hari ini sudah kembali ke harga normal." Bibir si kasir mulai berkedut kesal.

"Yah, yah, kenapa begitu? Uangnya kurang 'kan jadinya, gimana dong?"

Si kasir mendengus, "itu sih urusan kamu, dek." Ia menggaruk ujung alis mulai kehilangan nada datar di suaranya, "kalau tidak bisa bayar, mending adek pergi."

Setelah menghentakkan kaki, Kenta tiba-tiba tersenyum cerah. Ia menumpukkan berat badan pada meja, "aku punya ide! Kasih aku diskon empat puluh persen, setelah itu aku kasih cium, gimana? Oke, kan?" ujarnya ditutup dengan kedipan.

"Tolong, ya, dek. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh."

"Ciumanku enak loh~" pancing Kenta menggoda, masih dengan kedipan tak henti.

"Maaf, ya, tidak ada diskon untuk hari ini."

"Ayolah berikan aku diskon, please?" Kenta bahkan mulai menggoda sang kasir tidak hanya dengan mengedipkan matanya, tapi juga mulai memajukan bibirnya sensual.

"Tidak bisa, dan tidak ada diskon!" seru Sanggyun. "Syuw, syuw, pergi sana, kalau kamu tidak bisa bayar, lihat antrian pembeli panjang sekali ini gara-gara kamu," usirnya.

"Hey bocah! Pergi dari sana! Kau membuatku terlambat!" teriak seorang bapak-bapak berpakaian serba hitam, brewokan, dan terlihat belum mandi untuk beberapa hari. Antara Kenta dan bapak-bapak itu terhalang seorang pria berotot.

"Mas, lama banget sih," keluh perempuan berseragam sekolah, terhalang lima baris orang dari Kenta. Deretan wajah di depan perempuan itu sama kesalnya.

"Oh, astaga! Kenapa untuk membayar makanan saja antrinya harus panjang seperti ini," gerutu pembeli yang lain, jauh di belakang sana.

"Astaga, panjang sekali antriannya," Kenta menggigit bibir, tapi kemudian melengos, "masa bodo! Aku harus bisa dapat diskon empat puluh persen! Gimana pun caranya!"

"Hey bocah, minggir!" Dorong pria besar bertato di belakangnya, hingga tubuh kecil Kenta bergeser. Nyali Kenta seketika ciut saat melihat pria yang seperti tukang pukul itu mengambil posisinya.

"Nah gitu dong, antriannya jalan!" seru entah siapa di antara barisan pembeli itu.

"Makanya, kalau gak punya uang, gak usah belanja banyak dik," cibir wanita dengan rambut bubbles gum-nya.

Kenta memandangi wanita yang mengatainya dari bawah hingga atas. "Ceh, dasar bitch!" seru Kenta pergi meninggalkan antrian panjang itu. Ia duduk menunggu di salah satu sudut yang tersedia tempat peristirahatan.

Setelah antrian kosong dan mengamati sekitar Kenta kembali mendekat.

"Hey," sapa Kenta.

"Astaga!" Sanggyun terperanjat melihat Kenta, "kamu lagi? Belum pergi saja dari toko ini."

Kenta tersenyum, matanya menyipit. "Kan, belanjaanku belum kau kasih."

"Kamu ingin membawa pulang belanjaannya?"—Kenta mengangguk otomatis—"Kalau gitu, bayar dulu, totalnya dua ratus tiga puluh lima ribu rupiah."

CCWT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang