"Happy Reading Yorobun, Minna San"
"Kamu tahu? Aku paling benci dibohongi. Apalagi sampai seperti ini," ujar Jaehwan kesal.
"Jaehwanie, apa yang ingin kau lakukan?"
"Kamu bilang, hanya aku satu-satunya milikmu. Kamu bilang itu padaku," tersenyum getir, "tapi, kamu malah berkencan dengan laki-laki lain," Jaehwan menatap Jonghyun dengan tatapan terluka.
"Tebak, aku bawa siapa?" tanya Jaehwan sambil mengeluarkan sebuah kepala dari dalam koper. Menentengnya tepat di atas kepala Jonghyun yang sudah terikat di kasur Jaehwan, terbelenggu oleh rantai. Kepala itu masih mengucurkan darah, menetes mengotori wajah Jonghyun yang tepat berada di bawah.
Perut Jonghyun mual saat bau darah memenuhi indera penciumannya. Ketika Jonghyun mendongak menatap sang korban yang ditenteng. Jonghyun syok.
"Minhyun!" teriak Jonghyun, "Jaehwanie apa kau yang membunuh Minhyun?" Jonghyun bertanya dengan pupil mata yang membesar.
"Iya, hyung. Sekarang tidak ada lagi yang akan mengganggu kita. Karena dia sudah pergi untuk selamanya."
"Kau gila, Jaehwanie."
"Iya, hyung, aku gila karena kamu telah menghianatiku. Hiks... hikss..." Air mata mengucur membasahi pipi berisi milik Jaehwan.
"Hyung tidak pernah mengkhianatimu. Kau hanya salah paham Jaehwanie. Dia hanya sebatas teman kerja."
"Apakah ada teman kerja yang berciuman? Apakah itu yang dinamakan teman kerja?"
Jonghyun terdiam, tidak bisa menjawab pertanyaan Jaehwan.
"Kenapa diam, hyung? Tidak bisa menjawab? Itu artinya hyung memang mempunyai hubungan dengan dia," Jaehwan melempar kepala Minhyun ke tembok, menginjak-injak wajah tampan yang sudah mulai memucat tersebut dengan ganas tanpa rasa jijik.
"Jaehwanie, hentikan. Hyung mohon, jangan sakiti dia lagi. Dia sudah mati, Jaehwanie. Jangan kau hancurkan wajahnya," Jonghyun memohon sambil menangis tanpa suara saat melihat kekasihnya menyakiti kekasihnya yang lain.
"Terbukti kan sekarang, hyung memang mempunyai hubungan dengannya." Jaehwan mendekati tubuh Jonghyun.
Jonghyun menggelengkan kepalanya. "Jaehwanie, kenapa kau jadi seperti ini? Lepaskan hyung sayang, tangan dan kaki hyung sakit, "pintanya memohon.
"Hyung, ketahuilah hatiku jauh lebih sakit saat tau hyung menduakanku. Tak memperdulikanku saat aku membutuhkan hyung. Dan hyung malah asik bersama pria bangsat ini!" Jaehwan kembali menginjak kepala Minhyun. Menendangnya hingga wajah tampan Minhyun sudah tidak berbentuk lagi.
"Jaehwanie! Hentikan!" bentak Jonghyun.
"Hyung, kamu membentakku?" punggung Jaehwan bergetar menahan rasa perih di dadanya. Terasa menyakitkan lebih perih daripada luka yang tercipta dari tertusuk pisau.
"Hanya demi dia, kamu tega membentakku? Hyung, jujurlah, siapa dia?" dengan air mata yang mengalir deras Jaehwan duduk di samping tubuh Jonghyun yang terantai.
"Jaehwanie, jangan menangis. Hyung minta maaf sudah membentakmu, sudah hyung bilang dia bukan siapa-siapa hyung."
"Bohong!!!" teriak Jaehwan frustasi. Kemudian mengeluarkan pisau dari balik punggungnya dan langsung menikam dada Jonghyun.
"Akkhhhhhh!" teriakan kesakitan keluar dari mulut Jonghyun. "Jaehwanie, lepaskan pisau itu dari tubuh hyung!" teriaknya dengan nafas yang tersengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CCWT
Fiksi Penggemar🚫WARNING🚫 ~ Cerita terkadang mengandung unsur dewasa ~ Bijaklah dalam memilih becaan. ~ Yang dibawah umur tidak dianjurkan mampir ~ Ryu tidak bertanggung jawab jika otak kalian terkotori 🌚 ~ Tanda 🚫 merupakan peringatan untuk kalian yang di baw...