[ChamJjaen (Minhwan)] Sudah Terlambat 1/2

502 39 88
                                    

🍥 Cerita ini terinspirasi dari worknya mbak Aergiaaa yang berjudul INGIN SATU pasti pada tau kan ye.

Penasaran baca aja.

Hanya kegabutan diri ini yang geregetan sama stat hubunganya jjae dan ujin di ingin satu jadi beginilah ceritanya ngarang bebas sesuka ryu :v cekidot🍥

|
H
R
|

"Kenapa?!"

“Kenapa kau mengabaikanku sekarang?”

“Kenapa Jaehwan? Kenapa kau lakukan ini setelah aku mulai menyukaimu?”

“Dan sekarang kau malah menggoda Minhyun dan Jinyoung!”

“Apa maumu?!”

Jaehwan terdiam memandang lurus ke arah pria di depannya. Perlahan berujar, “bukankah sudah kubilang? Aku lelah.”

“Aku tidak percaya!”

“Aku juga tidak percaya kamu mulai menyukaiku!” seru Jaehwan dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kenapa kau tidak percaya hah?!”

“Bagaimana bisa aku percaya?! Selama empat tahun aku mengejarmu, menjatuhkan harga diriku, mengelu-elukan dirimu, bersikap manja padamu, melakukan hal bodoh demi mendapatkan perhatianmu.”

Bibir Jaehwan bergetar, “namun, apa yang kudapat? Kamu mengabaikanku. Kamu tak pernah membalas cintaku. Jangankan cinta, chat-ku saja tidak pernah kamu balas. Kalaupun kamu membalasnya, kamu hanya berkata ya, tidak, apa urusanmu, siapa kamu bertanya-tanya seperti itu padaku!”

“Bahkan di grup pun, kamu selalu melewati chat-ku. Jikapun kamu membalas chat-ku, kamu hanya mengata-ngataiku dengan kata yang sangat menyakitkan. Dan lebih parahnya kamu kick aku dengan rasa tak bersalah. Padahal aku hanya berniat mencuri perhatian darimu.”

Jaehwan terisak, “jika kamu tak suka, diam lah. Abaikan, tak perlu sampai kick aku berkali-kali seperti itu.”

“Aku minta maaf jika selama ini aku kasar padamu. Aku mengabaikanmu, mengataimu, melukai hatimu, bahkan meng-kick-mu terus dan terus,” balas Woojin merasa bersalah.

“Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu meminta maaf padaku.”

Susah payah Jaehwan mencoba tersenyum, “kamu tau, aku juga punya batas. Betapa malunya diriku saat teman-teman satu grup kita ikut mengataiku, dan kurasa batasku sampai sini saja.”

“Tapi...” Woojin tergagu, “tapi...”

Kemudian menggeleng keras, “aku tidak yakin kau semudah itu melupakanku. Tidak mungkin kau bisa menghilangkan rasa suka dan cintamu terhadapku yang sudah kau bangun selama empat tahun ini!” seru Woojin sambil menggengam erat tangan Jaehwan.

“Haahh... sudahlah, Woojinie, aku tau kamu tidak bersungguh-sungguh serius terhadapku.”

Jaehwan mengangguk-angguk, “kamu hanya merasa kehilangan fans gilamu, kan? Kamu hanya bermain-main, kan? Jujurlah, aku tau kok, tidak apa-apa kok.”

Aniya, aniya, aku benar-benar dan bersungguh-sungguh menyukaimu, Jaehwanie.”

Woojin semakin kelabakan, “jadi please balik lagi kaya dulu, Jaehwan yang selalu mencari perhatian padaku, Jaehwan yang selalu merayuku, Jaehwan yang tidak pernah mengabaikanku.”

“Maaf, Woojinie. Kurasa semua sudah terlambat! Lagian usaha aku selama ini... Hemm... sepertinya sia-sia.”

“Tidak! Jjaeni tidak! Usahamu tidak sia-sia. Buktinya sekarang aku di depanmu, memohon padamu, menyakinkanmu bahwa aku juga menyukaimu.”

“Hahaha, lucu, saat kamu menyebutku Jjaeni, dan berbicara aku-kamu padaku padahal waktu itu kamu mengataiku sok imut,” getir Jaehwan sambil tertawa pahit.

“Jika kamu menyukaiku juga, kenapa kamu lakukan itu padaku? Berkata pedas padaku? Bahkan sampai berkata najis. Kamu tau? Itu sangat menyakiti hatiku,” lirih Jaehwan menundukkan kepalanya.

Mian Jjaeni, aku hanya... hanya...”

“Hanya apa? Kamu hanya tidak mau mengakui perasaanmu di depan teman-teman? Kamu malu bahwa kamu menyukaiku? Pria gatal! Kurbel! Alay! Dan aneh sepertiku!” seru Jaehwan menekankan setiap kata yang diucapkannya.

“Sudahlah, Woojinie, tidak perlu berdusta lagi. Kamu tau perlakuanmu seperti ini membuatku sangat sakit. Di saat aku ingin melupakanmu, kamu malah datang dan berkata kamu juga menyukaiku. Apa maksudmu? Semua orang juga tau jika kamu tak pernah menyukaiku!”

Jaehwan menggeleng lemah, “jadi tolong berhenti membohongi dirimu dengan cara menyakiti hatiku.”

Air matanya mengalir, “aku sudah cukup sakit, hikss... dengan semua perkataan kasarmu hikss... Jadi, jangan seperti ini,” mohon Jaehwan.

“Apa salahku padamu, Woojinie, hiks,  jika aku salah sudah menganggu kehidupanmu selama empat tahun ini, maafkan aku, hiks...”

“Aku sudah mencoba, kok. Mencoba berhenti mencintaimu. Mencoba berhenti menyukaimu. Jadi, hiks jangan hukum aku dengan sebuah kebohongan yang membuatku kembali berharap Woojinie hiks...”

Aniya, jangan menangis Jjaeni. Aku tidak berbohong. Aku sudah berkata jujur padamu. Mengungkapkan semua isi hatiku yang terpendam. Memang aku pengecut dulu tak berani mengatakannya, tak berani membalas cintamu. Aku minta maaf, sekarang aku ingin memperbaikinya.”

Woojin memeluk tubuh Jaehwan yang bergetar, “beri aku kesempatan kali ini, aku janji, aku tidak akan menyakitimu lagi.”

“Ssuutt, jangan menangis lagi. Tenanglah, aku di sini Jjaeni. Ayo buka lembaran baru,” bujuk Woojin menenangkan.

Jaehwan hanya mengangguk sambil membalas pelukan Woojin.

“Jadi, maukah kau menjadi kekasihku?” pinta Woojin.

Jaehwan melepas pelukan mereka, “maaf, Woojinie. Aku belum yakin dengan perasaanmu. Lebih baik kita jalani dulu, jika aku sudah yakin, maka aku akan menjawab pertanyaan darimu.”

“Haahhh, baiklah, semoga kau bisa dengan cepat mempercayaiku,” ujar Woojin kemudian mengeliminasi jarak di antara mereka.

Namun, Jaehwan dengan cepat menahan dada Woojin dan menjauhkan tubuhnya.

“Maaf, Woojinie, aku tidak bisa menerimanya.”

“Cih! Untuk seorang yang mengejarku selama empat tahun, kau sok jual mahal, ya, Jjaeni.”

“Hah? Apa maksudmu, Woojinie!” seru Jaehwan tidak terima.

“Aku tau kau menyukaiku. Kau mengejarku selama empat tahun, kau hanya ingin merasakan hangatnya bibirku, kan? Dan merasakan nikmatnya berada di bawahku, kan?” desak Woojin.

“Yaks! Park Woojin! Sebegitukah kamu menilaiku? Sepertinya aku salah memberikanmu kesempatan kedua!”

“Hey, kenapa seperti itu? Aku benar, kan? Buktinya kau luluh hanya dengan kupeluk. Jadi, tak perlu jual mahal lagi!” seru Woojin menarik Jaehwan memasuki rumahnya dan melemparkan Jaehwan ke atas kasur king size milik Woojin.

CCWT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang