“Ngomong-ngomong, Jae, gue penasaran sama apa yang lo bicarain sama Park Woojin itu?” celetuk Jisung tiba-tiba menggangu adegan yang mulai memanas antara Jaehwan dan Sungwoon.
Mendengar pertanyaan itu Jaehwan sontak menghentikan aktifitasnya bersama Sungwoon.
“Ampas! Kok gue bisa punya temen dan pacar yang ampasnya gak ketulungan ya!” seru Sungwoon mengumpati kelakuan Jaehwan dan Jisung.
Jaehwan dan Jisung hanya tersenyum manis menanggapi umpatan yang dilontarkan Sungwoon.
“Jadi gini, Jisung, tadi kan masujinie manggil aku, terus dia minta aku ngobrol berdua, terus aku ikutin dia ke pojok di balik pohon gede itu tuh, yang di situ,” tunjuk Jaehwan pada pohon rindang besar cukup jauh dari lokasi mereka. Jaehwan begitu semangat bercerita sampai melupakan aktifitas panasnya bersama Sungwoon.
“Iya, itu juga gue udah tau, Jae, kan gue tadi barengan elu juga sebelum lu ngilang di balik pohon gede onoh,” sahut Jisung tanpa minat, bersedekap dada.
Sungwoon hanya bisa menghela nafas mendengar percakapan super unfaedah kedua orang ampas di depannya.
“Oh iya ya, aku lupa kalau tadi kalian juga ada di sini, akutuh emang gitu kalau ada masujin suka lupa sama orang sekitar.” Jaehwan merona.
Ampas nih Jaehwan, udah jadi pacar gue juga masih aja bahas si paku-pakuan itu, mana itu muka berseri bahagia merona gitu pula.
“Ya, jadi gimana ceritanya?”
“Hehehe, jadi gini—“
“Lu ngulang lagi cerita lu, gue perkedel lu bucinnya bibir Sungwoon.”
“Ey, napa bawa-bawa gue lu, Sung.”
“Habisnya, gue kesel sama pacar jejadian lu nih, Woon,” adu Jisung mengerucutkan bibir.
“Woy, woy, aku masih di sini loh ya ingat. Kok malah kalian yang berdebat? Mau dengerin lanjutannya gak nih? Kalau gak, aku pulang nih.”
“Iya, iya, lanjutin dah, gue penasaran!” seru Jisung .
“Jadi, ceritanya tuh gini...”
.
.
.Jaehwan dengan raut wajah gembira dan berseri-seri menatap Woojin yang menggandeng tangannya menuju pohon besar rindang.
“Sepertinya kita bicara di sini saja ya, Jaehwan.”
“Hemm, iya, iya, dimana pun Woojin mau bicara denganku. Aku siap kok mendengar kapanpun dan dimanapun, asal orang itu kamu, Woojin!” seru Jaehwan dengan wajah yang kelawat bahagia.
“Jadi, gini, setelah aku memikirkan pertanyaanmu sehari semalam plus setengah hari, akhirnya aku mendapatkan keputusan.”
“Ya, ya, jadi apa keputusanmu, Woojin? Apakah kamu akan menerima cintaku yang seluas daratan dan selapang samudera dan sebundar bola yang selalu kamu tendang itu?” Jaehwan memiringkan kepalanya sambil tersenyum sumringah dengan mata yang berbinar cerah menatap Woojin yang merona, berharap Woojin menerima perasaan cintanya.
“Hemm...” Woojin menggengam tangan Jaehwan, memutar-mutar cincin di jari telunjuk Jaehwan. Woojin tersenyum charming dengan gingsul menawannya yang selalu membuat hati Jaehwan berbunga-bunga.
“Aku...”
“Yaa Woojin, aku apa?” Jaehwan mulai tidak sabar dengan jawaban yang Woojin ulur-ulur.
“Aku... aku...”
“Yahh yahh yahh?!” sambil mengangguk dan sedikit melompat Jaehwan sangat excited mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Woojin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CCWT
Fanfiction🚫WARNING🚫 ~ Cerita terkadang mengandung unsur dewasa ~ Bijaklah dalam memilih becaan. ~ Yang dibawah umur tidak dianjurkan mampir ~ Ryu tidak bertanggung jawab jika otak kalian terkotori 🌚 ~ Tanda 🚫 merupakan peringatan untuk kalian yang di baw...