Jaehwan berjalan mendorong kereta belanja miliknya, sampai tiba-tiba tubuh bagian belakangnya ditabrak seseorang.
“Aw! Sakit! Apa ka—“ Jaehwan sudah ingin mengutuk orang yang telah menabrak punggungnya. Namun, belum sempat melanjutkan kalimat kutukan yang sudah berbaris rapi dalam pikirannya, tiba-tiba bibirnya terasa dibungkam. Lidahnya kelu saat melihat sosok orang yang menabraknya.
“Ah, maaf. Apa aku menyakitimu?”
“Eemmm iyaa... kamu terlihat peluk-able,” ujar Jaehwan tiba-tiba. “Sekali saja. Ya? Please~~~ peluk aku!” Jaehwan merentangkan keduatangannya.
“Hah? Apa maksudmu? Kau itu siapa tiba-tiba minta aku peluk?”
“Aku?” Jaehwan menunjuk dirinya, “aku orang yang barusan kamu tabrak,” ia tersenyum melihat orang itu berjengit saat mendengar kata ‘tabrak’, “jadi, izinkan aku memelukmu sekali saja, ya? Ya? Please~~”
Tidak ada jawaban dari pria di depan Jaehwan itu. Ia hanya memasang wajah datar namun terlihat bingung.
“Anggap saja itu bayaran karena kamu telah menabrakku. Ya? Permohonan maaf gitu!” seru Jaehwan dengan mata berbinar.
“Hahhh,” pria bertindik di kuping kiri itu menghela nafas, “iya, baiklah.” Untung kau imut, jadi aku bersedia dipeluk olehmu, sambung batinnya.
“Uummhh, sudah kuduga! Kamu memang peluk-able!” seru Jaehwan di sela pelukannya. Kemudian menyamankan posisi kepalanya, mengusap-usapkan wajahnya di dada pria itu.
“Hey, apakah kau sudah puas memelukku?”
Jaehwan melepaskan pelukannya mundur beberapa langkah ke belakang, “Hehehe sebenarnya sih belum, tapi, kurasa ini cukup,” cengirnya.
“Baguslah kalau kau sudah puas, aku tidak perlu meminta maaf lagi, kan?” balas orang itu.
Jaehwan tersenyum mengedipkan matanya, “iya, kamu tidak perlu meminta maaf, karena aku sudah memaafkanmu.”
Pria yang menabrak Jaehwan terpana melihat senyum serta kedipan manis Jaehwan, ‘Aneh. Padahal dia hanya berkedip, tapi kenapa terkesan imut? Apa di matanya ada magis?’
Hahaha, ada-ada saja, batinnya.
Tak menanggapi apa yang Jaehwan katakan, pria itu berjalan melewati Jaehwan.
“Hey! Mau kemana?” seru Jaehwan menghentikan pria yang tingginya sama dengannya itu. Namun, postur tubuhnya sangat berbeda dengan Jaehwan; orang itu sedikit kurus, tetapi masih terlihat berisi.
“Ya, mau melanjutkan berbelanja,” balasnya datar.
“Kamu belum menyebutkan namamu dan juga nomor handphone-mu!” seru Jaehwan tidak tau malu.
“Haiss, kau orang yang menyusahkan,” gerutunya namun tetap merespon perkataan Jaehwan. “Ini kartu namaku, di sana tertera nomor handphone-ku,” ujar pria itu masih dengan muka datarnya.
“Yoon Jisung-ssi!” panggil Jaehwan tersenyum memanggil nama pria yang baru saja dikenalnya itu.
“Namaku Kim Jaehwan! Biasa dipanggil Jaehwan, Jaehwanie, atau Jjaeni. Tapi, kalau mau memanggil sayang juga boleh!” seru Jaehwan kemudian memberikan wink-nya pada Jisung
Kedipan itu membuat Jisung mengerinyitkan dahi, ‘aishh orang ini sungguh sangat aneh, dan berani menggodaku.’
‘Tapi, hemm, aku tidak tertarik pada laki-laki,’ Jisung mengamati Jaehwan dari ujung kepala hingga kaki. ‘Tapi, wajah serta tubuhnya terlihat eerrr, mmm boleh juga sih. Ceh, memikirkan apa aku ini?!’ batinnya.
“Hemm, jadi Jaehwan-ssi, apakah masih ada yang ingin kau bicarakan?”
“Hemm tidak ada, aouchh!”
“Kenapa?” tanya Jisung tidak berminat meladeni pria aneh itu. Sudah tiba-tiba minta dipeluk, malah menanyai nama serta nomor handphone-nya pula. Aneh.
“Bibirku tergigit, sembuhin!” pinta Jaehwan dengan senyum aneh di bibirnya.
Jisung memutar mata jengah, tapi tetap mengikuti permainan Jaehwan dan mulutnya malah bertanya, “caranya?”
“Cium!” seru Jaehwan dengan tidak tahu malunya, memejamkan matanya, kemudian memajukan bibir merah mudanya di hadapan Jisung.
Sinting, batin Jisung.
Namun, tubuh Jisung lebih sinting lagi.
Perlahan namun pasti dirinya mengeliminasi jarak di antara mereka, hingga bibir mereka saling menyentuh. Lembut, hangat dan kenyal. Itulah yang dirasakan Jisung saat bibir dinginnya bersentuhan dengan sesuatu yang terasa begitu manis yang membuatnya tak bisa berpikir jernih.
Bibir Jaehwan perlahan bergerak mulai melumat bibir Jisung yang sedari tadi terdiam menikmati kelembutan serta kekenyalan bibir hangat miliknya.
Mengikuti nalurinya Jisung memejamkan matanya membalas lumatan yang dilakukan oleh Jaehwan. Menjilat permukaan bibir Jaehwan, menekan tengkuk Jaehwan dengan kuat, membuat Jaehwan mengerang menikmatinya. Jisung memberikan satu gigitan pelan di bibir bawah Jaehwan, membuat pemuda itu membuka mulutnya sedikit, tapi itu cukup bagi Jisung untuk menyelinap masuk.
“Emnghh...” desahan demi desahan lolos dari mulut mungil Jaehwan.
Sentuhan yang diberikan Jisung membuat jemari lentik Jaehwan tidak bisa diam di balik punggung Jisung. Jisung mengendurkan tekanannya dan menelusuri bongkahan pantat Jaehwan. Meremas sesekali menepuk gemas pada pantat berisi pria dalam pelukannya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya tetap menahan tengkuk Jaehwan.
“Enghh... aanhhh...”
Jisung menelusuri tiap detail rongga bibir lawannya. Membuat Jaehwan semakin mendesah serta mencengkram bagian belakang kemeja yang dipakai Jisung.
Jisung menemukan lidah Jaehwan, menjilat dan menghisapnya dengan lembut. Lidah Jisung dan Jaehwan saling membelit berputar-putar menari di dalam rongga mulut Jaehwan.
Jisung semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Jaehwan, terlena dengan permainan yang dibuatnya bersama Jaehwan. Tak peduli mereka berdua masih berada dalam supermarket penuh pengunjung malam itu. Tak mempedulikan pandangan menusuk orang-orang yang melewati dan menonton perbuatan tidak bermoral mereka di depan khalayak ramai.
Jisung terlalu menikmati ciuman bersama Jaehwan yang begitu memabukkan, melupakan pentingnya oksigen bagi kehidupan mereka.
Tepukan di punggungnya semakin keras dan banyak. Rasa ngilu di punggungnya membuat Jisung melepas tautan bibir mereka dengan enggan. Benang saliva terhubung dari bibir mereka berdua, bagaikan benang merah tanda cinta abadi yang tidak akan pernah terpisah.
“Haahh haahhh haahh,” suara deru nafas Jaehwan terdengar di indera pendengarannya. Jaehwan bersusah payah menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Bukan hanya Jaehwan, Jisung pun kepayahan meraup oksigen yang menipis akibat ciuman panasnya beberapa detik yang lalu.
Pandangan Jisung yang tadinya berkeliaran kesana kemari kini beralih pada wajah sendu, memerah, serta tatapan sayu milik pemuda berpipi gempal di hadapannya.
Jisung tergoda dengan penampilan sedikit acak-acakan dari partner-nya yang beberapa saat lalu baru ia kenal itu. Tanpa suara, tanpa isyarat, tanpa persetujuan, Jisung menarik tangan pria berpipi chubby itu, menuju mobil yang terparkir rapi di luar supermarket. Meninggalkan barang-barang belanjaan mereka begitu saja.
Jaehwan tersadar dengan apa yang dilakukan oleh pria cantik di hadapannya. Pria itu masih menggenggam erat jemari lentiknya.
“Kamu mau membawaku kemana?” tanya Jaehwan saat Jisung memintanya duduk di bangku depan sebelah kiri pengemudi.
“Aku akan membawamu ke apartemenku dan sebaiknya kau bersiap-siap.” Jisung menyalakan mobilnya, “dan jangan salahkan aku jika kau harus berada di bawah tindihanku,” sambung Jisung.
“Oww! Baiklah, itu kalau permainanmu bisa membuatku senang dan nikmat. Aku tidak masalah berada di bawahmu kapanpun kamu mau.”
Sebuah seringai muncul di wajah Jaehwan, “tapi, jika permainanmu tidak memuaskanku, jangan harap lubangmu akan selamat dari amukan juniorku!”
“Hemm, oke, siapa takut. Lihat saja, aku pasti akan membuatmu menyerukan namaku nanti!” balas Jisung penuh percaya diri.
“Well, aku menunggu,” sahut Jaehwan dengan nada bernyanyi.
FinYoon Jisung [Pengusaha] : Seme/Uke
Kim Jaehwan [Mahasiswa] : Uke/Seme
KAMU SEDANG MEMBACA
CCWT
Fanfic🚫WARNING🚫 ~ Cerita terkadang mengandung unsur dewasa ~ Bijaklah dalam memilih becaan. ~ Yang dibawah umur tidak dianjurkan mampir ~ Ryu tidak bertanggung jawab jika otak kalian terkotori 🌚 ~ Tanda 🚫 merupakan peringatan untuk kalian yang di baw...