Bapak-able

414 26 0
                                    

Selalu ada harapan di tiap intipan surya di pagi hari. Selalu ada kegembiraan di tiap nyanyian kutilang dalam menyambut pagi. Aku telah selesai dengan halaman ke dua ratus tujuh puluh lima buku karya Syair Awan, dan aku pun menutup buku dengan harapan semua yang telah ku baca akan terkenang dalam ingatan. Apa yang akan kita lakukan hari ini? Tanya ku di tiap langkah menuju kamar mandi di pagi hari. Ku harap semua nya akan aman terkendal dan berjalan menyenangkan. Aku memang pria muda yang penuh harapan di tengah perasaan yang mudah rapuh.

"Boss!" Teriak Nelin di dering ke lima yang akhir nya aku jawab.

"Ya!" Ucap ku sembari mengenakan seragam kantor ku. Standar. Kemeja putih, dasi abu-abu dan jas hitam. Warna yang cukup netral bagi ku.

"Rating Majalah naik." Ucap wanita itu dengan gembira nya. "Besok kita harus ketemuan sama Tuan Nazwan, untuk tanda tangan MOU iklan yang pengen dia taruh di majalah kita." Lanjut nya dengan informasi yang tak kalah menggembirakan.

"Wah! Bagus!" Ucap ku dengan senyuman menggembirakan. "Lo kenapa gak ngasih tau info ini nanti aja? Pas gue di kantor?" Tanya ku heran. Wanita di seberang telepon menggumam.

"Kata Pak Amin, Boss gak bisa ke kantor?" Tanya wanita itu tak kalah heran.

"Loh?" Aku menaikkan sebelah alis ku, aku tak berniat meliburkan diri. Karena jika meliburkan diri, aku tidak akan bertemu dengan Sarah.

"Farhan kata nya mau nitip anak nya ke Boss..." Ucap wanita di seberang telepon.

"Loh?"

"Iya! Kata Pak Amin, abis ini dia mau jemput Nafa ke rumah Farhan. Lo gimana sih Yo? Istri nya Farhan mau melahirkan! Keponakan kedua!" Aku mengetuk kening ku spontan.

Farhan Sardi. Aku tidak benar-benar sebatang kara seperti yang orang-orang bayangkan. Aku masih memiliki paman dan sepupu-sepupu dari anak-anak Opah Sardi yang lain nya. Farhan adalah sepupu ku yang lebih tua dua tahun dari umur ku, ia penerus perusahaan pertelevisian milik ayah nya. Ia menikah muda, bahkan ia akan memiliki anak kedua tak lama lagi. Nafa adalah anak nya, umur nya baru tiga tahun, rambut nya lurus dan pendek dengan mata besar menggemaskan nya. Tapi tetap saja, bagi ku yang seorang pria, mengurus anak-anak itu merepotkan.

"Kenapa Nafa di titipin ke gue anjir?" Tanya ku geram. "Suster nya kemana?" Tanya ku lagi.

"Mana gue tau..." Ucap Nelin di akhiri kekehan. "Tunggu aja Pak Amin dateng, nanti lo tanyain!" Lanjut sekaligus perintah nya. Dio memutar kedua bola mata nya.

"Boleh minta tolong gak Nel?" Tanya Dio.

"Apa?"

-

Pria berjiwa ke bapak-an ibarat Americano Grande di pagi hari. Penuh harapan, tenang dan menghangatkan. Aku begitu panik ketika Mbak Nelin menghampiri dengan raut wajah khawatir. Keringat dingin mengucuri kening nya, alis nya bertautan, dan kedua telapak tangan nya tak bisa diam sembari bersentuhan. Kata nya Dio butuh bantuan, ketika ku tanya apa? Ia tak menjawab, hanya menyuruh ku datang ke rumah nya untuk sekedar mengecek. Aku langsung menutup layar laptop ku, mengambil tas dan tak lupa Americano Grande dari Cafe Capulus yang tinggal setengah gelas. Lalu aku bergegas menuju halte busway terdekat, andai aku punya kendaraan, pasti tak akan serepot ini. Tapi bagi ku, mobil bukan lah ide bagus untuk di gunakan di jalanan ibu kota yang ramai ini. Motor pun tak begitu aman bagi wanita yang seringkali pulang malam seperti ku.

Aku pun membelah jalan ibu kota dengan busway yang memiliki jalur tersendiri. Semua nya lancar hingga aku sampai di halte tujuan. Aku turun dari halte untuk menggapai perumahan tempat Dio tinggal. Ini kedua kali nya aku berkunjung. Tunggu! Kenapa aku sekhawatir ini? Kenapa tidak Mbak Nelin saja yang menghampiri anak ini? Tanya ku di tengah langkah cepat kaki ku. Mungkin ia terlalu sibuk sebagai asisten sekaligus sekretaris perusahaan, aku berusaha berfikir positif. Setelah sampai di depan gerbang rumah Dio, aku baru menyadari bahwa gerbang rumah nya cukup besar. Ada sebuah bel dengan kamera di tembok nya, aku pun memencet bel tersebut, tak lama ada suara gaduh dari dalam. Seperti suara sebuah piring plastik yang terjatuh dari ketinggian, di susul suara Dio dengan nada memelas.

Foolish Love! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang