1. Pop Corn Caramel
2. Cheetos
3. Cookies
4. Yuppie
5. FantaKu kira di dalam daftar ku hanya terdapat lima items, tapi Dio mengacaukannya dengan banyak items tambahan. Ia membeli kacang, snack rumput laut, minuman sari kelapa, bahkan cokelat batang pun ia beli. Padahal cokelat Godiva oleh-olehnya dari Singapore pun masih ada di flat ku. Katanya ia tidak suka Godiva, ia lebih suka cokelat Silverqueen yang amat terkenal di sepenjuru supermarket yang ada di Indonesia. Dan baru saja ia memasukkan keripik kentang ke dalam keranjang yang ia jinjing.
"Aku yang bayar!" Ucap ku begitu Dio berjalan menuju meja kasir. Aku merasa Dio terlalu sering mentraktir ku, ingin rasanya sesekali aku yang mentraktir dia, ya walaupun tak seberapa.
"Oke!" Dio tak menolaknya, ia malah membalik badan. Kini tangannya mengambil minuman Yakult, Mie Instant dalam Cup dan Es Krim berwadah besar. Untung aku mentraktirnya di supermarket kecil, apabila aku mentraktirnya di Swalayan besar, mungkin aku akan menyambut krisis ekonomi di kemudian harinya. "Hehe." Ia tertawa menyebalkan setelah kembali berjalan menuju kasir. Aku hanya dapat menghembuskan nafas dan melipat kedua tangan di depan dada sambil menunggu total belanjaan kami. Bukannya aku pelit atau bagaimana, memang sih katanya aku pemegang saham kedua perusahaan, tapi benih-benih harta tersebut tidak ada di tangan ku. Semuanya masih di pegang ayah. Jadi secara kasar, aku masih miskin, uang yang ada di ATM ku adalah uang hasil jerih payah ku selama menjadi guru les dan editor. Jujur saja, jiwa menjadi kaum menengah ku masih melekat terlalu kuat, ku rasa aku akan mati kebingungan jika harus memegang uang sebanyak pemegang saham sungguhan.
"Totalnya seratus empat puluh sembilan ribu lima ratus rupiah Mbak." Aku menyerahkan dua lembar uang, selembar seratus ribuan dan selembar lagi lima puluh ribuan. Sementara Dio? Ia sudah pergi keluar supermarket dengan plastik belanjaan. Menyebalkan.
-
Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan pekerjaan ku. Hingga akhirnya aku sadar, aku tidak pernah meluangkan waktu untuk sekedar pulang bareng Sarah. Aku sangat merindukan wanita itu. Kebetulan wanita itu juga sedang sibuk mengedit naskah-naskah novel dari penulis muda yang baru saja masuk. Dengan segala gundah dan sepi, aku tidak bisa tidur semalaman. Padahal sebelum pukul sepulu malam Sarah sempat menelepon ku untuk sekedar menceritakan tentang pengalamannya mengedit cerita teenlit pilihan yang memang di tulis oleh anak-anak SMP atau SMA. Sepanjang telepon yang ku dengar hanya nada heran dan komentar "kekanakan" yang di lontarkan bibir pedasnya. Tiba-tiba perasaan bersalah ku mengenai wacana menonton di teater amal bersama Sarah terlintas. Dio... kamu menyebalkan. Kamu terlalu banyak janji manis. Tanpa tidur karena susah sekali untuk tidur, aku bergegas menuju apartemen Sarah setelah adzan subuh. Dan kini, aku sudah duduk di Sofa ruang tamu Sarah dengan deretan cemilan yang baru saja kami beli di supermarket bawah apartemen pada meja kayu ruang tamu.
"Buruan! Film nya udah mau mulai!" Ucap ku setelah memutar badan untuk melihat Sarah yang sedang di pantry belakang punggung ku.
"Iya-iya..." Sarah mendekati ku dengan dua buah gelas plastik dan cokelat Godiva sisa yang masih ia punya. Sarah duduk di samping ku setelah menaruh dua buah gelas yang ia bawa tadi ke atas meja. Untuk cokelatnya sengaja langsung ia makan karena ia pikir aku tidak menginginkannya setelah ada Silverqueen. "Aku udah pernah nonton." Ujarnya. "Pokoknya akhir..." buru-buru telapak tangan ku menutup mulutnya agar tidak spoiler.
"Hehe sorry..." ucapnya setelah melepas telapak tangan ku dari mulutnya. "Kamu harus nonton serial DC juga!" Usul wanita itu setelah menggigit cokelat Godiva dari ku. "Gal Gadot nya seksi banget. But my heart still for Superman. Ganteng banget gak sih Superman tuh? Dagu nya kebelah. Coba kamu kaya gitu, pasti ganteng juga." Cerocos wanita itu di tengah keseriusan ku.
"Jadi, maksud kamu saya ini jelek?" Tanya ku dengan lirikan sinis. Wanita itu buru-buru membenamkan tubuhnya ke sandaran sofa.
"Ya enggak gitu juga." Aku buru-buru tersenyum ketika mendapatkan tanggapan tersebut. "Maksudnya kamu gak ganteng, gak jelek, standar aja." Sungguh. Ucapannya mampu mematahkan hati ku yang baru saja berbunga-bunga, dengan otomatis setiap ujung bibir ku jatuh. Wanita ini benar-benar menyebalkan. Ucap ku dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Love! (COMPLETED)
RomansaNama ku Sarah Darmawan, aku senang membagi kebetulan-kebetulan yang menyenangkan dan keputusan-keputusan Semesta yang mengejutkan. Ini kisah cinta ku bersama nya, yang entah bagaimana ujung nya.