Maaf

210 16 0
                                        

Ada beberapa hal yang identik dengan bulan Februari. Cokelat berisikan pesan-pesan cinta dengan bungkus berwarna merah jambu mulai memenuhi beberapa supermarket, beberapa meja sudah mulai di pesan untuk memberikan kejutan terindah kepada orang terkasih. Valentine. Beberapa hari lagi Valentine akan tiba, aku tak mengharapkan kejutan istimewa nan mahal seperti cincin, gelang, atau tas bermerek Hermes dari kekasih ku. Semua itu ku anggap terlalu mainstream setelah mendapatkan oleh-oleh yang amat menguras kantung kemarin. Gila! Aku bahkan sudah mendapatkan kalung Swarovski yang terkenal mahal dari kekasih ku sebelum kami benar-benar jadian. Radhya bukanlah pria yang romantis seperti di film-film. Sambil menggenggam telapak tangan ku ia menanyakan rencana Valentine kami, katanya ada beberapa Club yang mengundag DJ ternama malam itu. Dengan candaan menyebalkan ia menawarkan ku untuk menghabiskan malam Valentine di Club ternama tersebut. Sinting! Aku selalu mengumpat akan ide-ide konyol pria yang sedang duduk di kursi setir samping ku.

"Kamu mau apa?" Ini pertanyaan kedua kalinya. Tidak ada kejutan Valentine, semuanya harus di rencanakan terlebih dahulu. Radhya sangat berbeda dengan Andre, kekasih pertama ku. Meskipun Andre sangatlah brengsek, tapi ia mampu menutupi kebrengsekan nya dengan kejutan-kejutan manis di tengah perselingkuhannya. Waktu itu ia datang ke rumah ku pagi-pagi dengan mobilnya hanya untuk menjemput dan memberikan ku boneka Teddy Bear besar berukuran dua meter, menurut ku itu romantis, karena tidak terduga. Aku terlalu banyak membandingkan Dio dan Andre.

Aku berdeham, lalu berpikir. Kalau aku meminta, apapun pasti akan di berikan oleh Dio dengan mudahnya. "Aku mau sesuatu yang spesial banget." Ujar ku.

"Seandainya martabak itu martabak spesial, seandainya nasi goreng karetnya pake dua?" Tanya Dio dengan pikiran konyolnya. Ia tertawa di akhir kalimat.

"Ya tapi gak martabak sama nasi goreng juga." Aku mewanti-wantinya. "Rulesnya gini, nanti pulang ngantor kita mampir ke PIM. Aku makan di Sushi Tei, nah kamu nyari hadiah buat aku deh. Hadiah nya harus apa pun yang enggak pernah kamu kasih ke aku, dan harus ada nilai filosofisnya. Kenapa kamu ngasih benda itu ke aku? Gitu." Lanjut ku yang membuatnya menurunkan kedua bahunya frustasi.

"Ya tuhan, ribet banget sih Sar." Dio mengacak-acak rambutnya dengan sebelah tangan.

"Ah kamu mah ngeselin, masa gitu doang ribet." Aku pura-pura marah. Ku lipat kedua lengan ku di depan dada, lalu aku membuang pandangan ku ke jendela di sebelah kiri ku. Dan benar saja, Dio dengan paniknya langsung mengusap-usap punggung ku.

"Jangan marah dong sayang. Iya-iya... nanti Aa cariin hadiah." Aku masih memunggunginya, Aa? Memangnya kita hidup di zaman Ken Arok? "Ah Sarah mah..." mobil kami sudah berhenti di pinggir jalan. Eh kok berhenti? Dio melepas sabuk pengamannya, dengan perasaan ketakutan ia memeluk ku dari belakang. "Jangan marah sama saya dong Sar, kalau kamu marah, nanti saya gak punya siapa-siapa lagi." Ah. Aku tak pernah bisa marah dengan Radhya. Baiklah, aku yang mengalah, aku akan meminta sesuatu dan tidak marah lagi kepada Dio.

"Aku mau kita jalan-jalan ke Pantai aja." Ucap ku sembari membalikkan badan. Dio langsung tersenyum manis.

"Tapi aku tetep ngasih kamu hadiah." Ucapnya sok manis.

"Tadi katanya ribet?" Protes ku.

"Buat kamu, apa sih yang enggak?" Aku benar-benar bergidik ngeri mendengarnya. "Jangan marah-marah ya, masa official Day one kita kaya gini sih..." Ucap Dio lagi. Aku mengangguk lalu melihat keluar jendela.

"Kamu nyadar gak sih Yo? Kita ada di pinggir jalan flyover." Tanya ku. Dio menatap keluar, lalu mengangguk. "Udah buruan jalanin mobilnya, aku takut kita terbang ketiup angin." Dio terbahak-bahak mendengar kalimat ku yang terakhir. Menurutnya pemikiran sekaligus celetukan ku ini benar-benar aneh. Tapi gak apa-apa, toh aku juga senang mendengar tawa milik Dio, aku tersenyum melihat ekspresi bahagianya. Setelah memasang sabuk pengaman, Dio menjalankan mobil kami kembali. "Kalau di Korea, valentine itu perempuan yang ngasih hadiah ke laki-laki. Terus laki-laki ngasih hadiah ke perempuannya pas White Day." Itu yang aku dengar dari Ratu yang menyukai hal berbau Korea.

Foolish Love! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang