Kesedihan Raelee

250 13 0
                                    

Sudah dua bulan berlalu setelah ayah datang ke Galeri ku, sudah dua bulan setelah kejadian memalukan terjadi antara aku dan Licia. Aku jahat, mungkin tidak kata logika ku. Tapi aku benar-benar jahat. Setelah fajar tiba, aku mengusir Licia sebegitu kasarnya. Bahkan menampar dia sebelum pergi. Padahal malam itu adalah salah aku. Untuk apa merasa bersalah setelah meniduri jalang? Tok! Tok! Suara Ayu terdengar dari balik pintu. "Ayahnya Mas Sore datang." Ucap Ayu sambil melongokkan kepalanya.

"Mana?" Tanyaku.

"Masih jalan dari parkiran, tadi Ayu lihat dari balik jendela kaca." Aku mengangguk, lalu memberi isyarat kepada Ayu untuk pergi. Pria sialan itu datang lagi, seperti biasa, bersama Sinar di sisinya.

"Papa mau apa lagi?" Tanya ku bahkan sebelum ayah duduk di sofa kantor ku yang amat gelap.

"Apa lagi?" Ulang ayah ku sambil mengangkat kedua bahunya. Aku malas mendengar dua kata tersebut dan memilih untuk mengalihkan pandangan ku ke Sinar. Hari ini ia memakai jas seragam kantor, aku tertawa, calon kantor ku. Sinar yang sedikit membenci ku langsung menyunggingkan sebelah bibir nya dengan heran.

"Sore ada?" Aku dapat mendengar suara perempuan yang berada di luar kantor ku.

"Ada Mbak! Tapi..." langkah wanita itu semakin mendekat ke pintu kantor ku. "Lagi ada tamu Mbak!" Teriak Ayu kepada wanita itu. Ceklek! Pintu terbuka menampilkan wanita itu. Wanita arogan yang kini sudah berdiri beberapa centi di sampingku.

"Aku hamil." Ucapnya. Ayah ku menyunggingkan bibirnya, Sinar terkejut heran, sementara aku marah dan menepis tangan wanita yang sudah melingkar di lengan ku.

"Licia kan?" Tanya ayah ku kepada wanita yang sedang menangis di samping ku. Wanita itu mengangguk.

"Gugurin aja anaknya." Ucap ku dengan tidak punya hatinya. Ayah menamparku begitu mendengar kalimat yang baru keluar dari mulut ku.

"Gila kamu Han! Kamu lebih setan daripada papa. Nikahin Licia! Ambil alih perusahaan Papa buat anak kamu!" Ucap ayah tak kalah murka daripada aku. Akhirnya aku sadar, memang aku yang lebih setan, memang aku yang lebih buruk di banding ayahku, bahkan sikap ku terlalu buruk kepada ayah yang masih menganggapku sebagai keluarga Han meski memiliki kelakuan seperti setan. Sinar buru-buru membawa Licia pergi keluar, ia khawatir bahwa setan yang berada di sampingnya akan lebih kesetanan lagi. "Semua orang pasti punya salah, semua orang pasti punya masa lalu yang buruk, obatnya cuma satu. Tanggung jawab. Itu kata Mama kamu, itu yang buat Papa nikahin mamanya Fajar." Yap benar! Papa tidak pernah lari dari tanggung jawab, Papa berbeda dengan aku, ia masih memiliki sedikit jiwa malaikat. Bahkan ia selalu berlaku adil terhadap Mama dan Tante Magdhalena, mamanya Fajar. Jika ia benar jalang, ia akan terus menjadi jalang. Seperti Tante Maghdalena yang meninggalkan Papa demi pria lain. Jika ia benar malaikat, ia akan terus menjadi malaikat. Seperti Mama ku, dan Papa, meski ia pernah berbuat kesalahan.

-

"Setelah lulus, kamu mau jadi apa?" Tanya Sore di tengah masa jadian kami. Dengan dua buah novel Sastra di dalam pelukan, aku menerawang jauh, jauh, sangat jauh. Hingga aku sadar bahwa aku memiliki anugerah aneh di dalam diri ku. Aku bisa melihat masa depan seseorang. Kalau kalian mau mencemooh ku seperti Mama Laurent dengan ramalan kiamatnya, aku tidak sekeren dia. Aku hanya dapat melihat masa depan lawan bicara ku, bukan masa depan bumi, langit, atau bahkan air. Sudah! Aku tidak sanggup melihat ramalan aneh yang terus berputar-putar di benak ku.

"Editor?" Mungkin. Entahlah, aku tidak terlalu pede dengan tulisan-tulisan ku. Mungkin mengedit naskah cerita seseorang lebih cocok dengan ku.

"Jangan." Sore menggelengkan kepalanya. "Kamu jadi penulis aja, biar kamu bisa ikut aku ke Jepang. Aku dapat beasiswa S2 di sana." Lanjutnya dengan senyum mengembang. Yap! Pada akhirnya aku tahu semuanya. Kenakalan ayahnya Sore, seberapa kaya nya Sore, dan seberapa menderitanya Sore. Semenjak S1 ia berkuliah atas kemauannya, mencari biaya sendiri dengan melukis Potrait, dan mengikuti kompetisi demi tertutupnya biaya kuliah. Ayahnya tidak mendukung sepersen pun terhadap cita-citanya.

Foolish Love! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang