Kadang aku tidak mengerti, magnet apa yang ada di tubuh ku dan dia sehingga kami bisa bertemu kembali setelah menjauh. Terik nya matahari siang ini tak terlihat oleh pasang mata karena terhalang gedung-gedung pencakar langit. Aku menatap layar komputer ku dengan teliti, seperti nya mata ku sudah tak sanggup menatap barisan kata yang harus di perbaiki. Aku pun memindahkan dokumen editan ku ke dalam flashdisk hijau toska hadiah dari Sean.
"Gue balik duluan ya Sar!" Aku melongokan kepala ku dari balik kubikel. Ku tatap Mbak Tati yang sudah menyampirkan tas kulit kuning nya di bahu.
"Oke Mbak! Saya juga bentar lagi balik..." Jawab serta informasi ku kepada Mbak Tati.
"Oke deh! Bye!" Ucap wanita berkulit hitam dengan rambut keriting bertas kuning. Setelah itu Mbak Tati menghilang di balik pintu lift.
Beginilah pekerjaan ku, tak harus pulang tepat jam empat sore, kita di bebaskan asalkan pekerjaan selesai tepat waktu. Aku mengambil tas merah jambu bercorak bunga milik ku, memasukkan flashdisk dan handphone. Lalu pergi meninggalkan ruang kerja ku.
"Sarah!" Aku terkejut begitu melihat siapa yang memanggil ku barusan. Pria itu berdiri tepat tiga puluh centi di hadapan ku, wajah tampan mulus nya sudah berubah sedikit lebih laki dengan bulu halus pada dagu dan atas bibir nya.
"Arsyen?" Ucap ku pelan.
"Wah keren ya! Bisa ketemu di sini..." Ucap pria itu dengan senyum tebar pesona nya. Sebenar nya dia tidak ingin menebar pesona, hanya saja aku terlalu terpikat dengan nya sehingga menganggap senyuman dia adalah sebuah pesona. "Awal nya aku kira, aku salah lihat pas awal datang ke sini..." Ya! Sudah pasti dia dapat melihat ku melalui dinding ruang editor yang hanya sebatas kaca. "Setelah urusan dari ruang CEO selesai. Aku coba cek lagi, eh bener!" Tambah nya masih dengan mata berbinar nya. Tapi aku yakin, mata ku mungkin lebih berbinar.
"Haha..." tawa ku mungkin terdengar sangat garing saat ini. Setelah sekian tahun tidak bertemu, bahkan aku masih menyukai sahabat ku sendiri. "Ada urusan apa emang nya ke sini?" Tanya ku basa-basi.
"Sekedar nyapa teman lama, Dio teman main ku." Ucap nya sambil memasukkan kedua telapak tangan nya ke dalam kantung celana, ia terlihat keren. "Kamu bukan nya pemegang saham terbesar di sini juga ya? Kok keluar nya dari ruang editor?" Tanya nya dengan kedua alis yang bertautan. Lihatlah! Bahkan guratan wajah nya terlihat manly di mata ku.
"Kan cita-cita nya jadi editor, masalah saham mah gampang!" Ucap ku berusaha santai. "Kamu gimana? Kerja dimana akhirnya?" Tanya ku penasaran.
"Aku sih gak sekeren Dio, cuma pengusaha kecil-kecilan... Cafe Capulus?"
"Oh! Yang deket kantor ini?" Tanya ku memastikan, ia mengangguk mantap. "Itu mah bukan pengusaha kecil, udah gede kali. Cabang nya aja udah banyak kan?" Tanya ku terlalu bertubi-tubi, ia tertawa.
"Ya boleh sih di bilang gitu juga, tapi kalau aku jaga Cafe nya di Senayan. Bukan yang deket kantor ini." Jelas nya. "Lain kali dateng ya!" Tambah nya dengan penuh ramah, aku mengangguk. "Oh ini aja!" Ia mengeluarkan sebuah kupon dari dalam kantong jas nya. "Biar kamu ada alasan untuk berkunjung." Sebuah kupon Matcha Latte ku terima dengan senang.
"Makasih." Ucap ku.
Di malam minggu berikut nya aku benar-benar seperti orang bodoh frustasi yang tengah bunuh diri. Aku benar-benar datang ke Cafe itu, Cafe Capulus, di temani matahari yang sedang dalam perjalanan bersembunyi. Capulus di ambil dari bahasa Yunani, yang arti nya Kopi. Itu menurut penjelasan Arsyen yang terlihat tampan dengan celemek kulit cokelat khas barista Cafe. Aku sendiri tidak menyangka jika pada akhirnya ia akan melabuhkan diri pada karir seorang Pengusaha, karena setahu ku... cita-cita nya sejak SMA adalah menjadi seorang Pilot. Persis seperti ayah nya. Wajar lah jika aku tahu semua nya, dia adalah sahabat sekaligus cinta pertama ku. Dia ibarat seseorang yang sulit di lupakan karena dia cinta pertama yang tak pernah aku dapatkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Foolish Love! (COMPLETED)
RomanceNama ku Sarah Darmawan, aku senang membagi kebetulan-kebetulan yang menyenangkan dan keputusan-keputusan Semesta yang mengejutkan. Ini kisah cinta ku bersama nya, yang entah bagaimana ujung nya.