Our First Photobox

328 26 0
                                    

"Berarti sekarang udah punya alasan untuk melupakan kan?" Tanya ku setelah mendengar cerita cinta antara Dio dan Licia. Tentu aku tidak mendapatkan cerita detail nya, khususnya pada bagian Licia yang kini menjadi escort? Maaf, aku terlalu kasar. Pria itu mengangguk tanpa menatap ku, tatapan nya lurus ke depan menatap jalan raya yang tengah kami telusuri. Aku menyalakan radio mobil. "Percayalah sayang, berpisah itu mudah..." Dan ikut menyanyikan lagu yang tengah terputar. "Tak ada kamu di hidup ku, aku mampu..." Dio langsung menatap tajam tangan ku yang tengah menyopot boneka wayang dari kaca spion dalam mobil. Lalu menaruh boneka wayang tersebut di dalam dashboard tempat Dio biasa menaruh Champagne, botolnya kosong. "Tuan Radhya! Mungkin kamu bisa mulai mengisi ulang persediaan alkohol lagi, kalau kamu gak mau kenal aku lagi." Ucap ku di akhiri sindiran.

"Ya... saya gak bakalan minum lagi wahai Nyonya Sarah." Ucap nya tanpa menatap ku. Ku kira ia tidak sungguh-sungguh, aku pun memanyunkan bibir ku.

"Janji?" Tanya ku dengan wajah marah. Dio hanya melirik ku sekilas, lalu tertawa.

"Kamu mirip kaya Velma versi rambut panjang pakai kacamata dan Sweater Orange kaya gitu..." Jelasnya sembari mengalihkan topik pembicaraan. Secinta itu kah ia pada alkohol? Aku menatap pakaian ku saat ini, ya setidaknya aku lebih cantik dan ramping di banding Velma si pintar dari film Scooby Doo tersebut. Toh aku memakai celana jeans, bukan rok rempel pendek seperti tokoh Velma sungguhan. Masalah kacamata hitam ku, aku memang memiliki mata yang bermasalah. Rabun jauh ku nambah hingga angka dua semenjak Skripsi, selama ini aku bekerja menggunakan softlens bening agar tak terlihat cupu seperti saat ini.

"Janji apa engga?" Aku mencubit pinggang Dio hingga ia memberenggut menjauh.

"Iya Sarah iya..." Kini ia menatap ku beberapa detik hingga tatapan nya kembali ke jalan raya.

"Aku laper..." Gumam ku setelah sepuluh menit menyanyi bersama radio. Lagu yang di putar siang ini amat sangat enak di dengar, dan aku hafal semua nya. Aku memang up to date dengan segala jenis lagu dalam mau pun luar negeri, aku sering menyetel lagu dari Youtube secara random ketika sedang mengedit naskah, untuk menemani agar tak terlalu sepi.

"Ya ampun Sarah!" Dio memekik di kursi setir nya. "Bahkan kita baru sarapan jam sepuluh, ini masih jam dua belas." Ia berdecak menyebalkan.

"Tuan Dio!" Aku menaikkan sebelah bibir ku. "Inget ya! Aku cuma makan satu helai Roti, tiga lainnya kamu yang makan!" Lanjut ku protes. Lalu ia tersenyum bodoh.

"Iya sih..." Gumam nya lalu memutar setir ke kanan. Ia berencana masuk ke jalur cepat jalan tol Jagorawi. "Ada sate yang enak di Bogor, nanti kita makan di sana." Lanjut nya sambil menyetir dengan satu tangan, tangan kiri nya sedang mengusap kepala ku seperti majikan yang sedang mengusap kepala anak anjing nya. Lembut.

"Tapi aku laper banget..." gumam ku dengan bibir melengkung ke bawah. Baru kali ini aku merasa benar-benar lapar, biasanya aku bisa tahan tidak makan hingga malam hari. Tapi rasanya aku lapar perhatian, makan nya aku merasa sangat lapar dan mengucap kan bahwa aku lapar untuk mendapatkan perhatian pria yang sedang mengusap kepala ku ini.

"Ya udah, nanti kalau ada rest area kita berhenti." Ucap nya dengan lembut, tapi usapan nya sudah berhenti dan tangan kiri nya kembali bertengger di setir menemani tangan kanan.

Aku mencari kesibukan. Tiba-tiba saja cerita Ratu mengenai pengalaman pembacaan garis tangan oleh teman nya yang jago membaca Tarot terngiang di benak ku. Aku menatap kedua telapak tangan ku, kata Ratu garis tangan ku menyatu... itu tanda nya jodoh ku dekat. Haha. Menurut ku akan lebih masuk akal jika garis tangan ku, dan garis tangan seseorang menyatu ketika di sandingkan sejajar. Kalau hanya telapak tangan ku, itu akan percuma, bahkan aku tidak tahu jodoh ku siapa. Ah tidak tahu lah! Aku tidak mengerti dari mana para peramal itu menciptakan teori garis tangan, ini terlalu membingungkan bagi orang awam seperti ku. Diam-diam Dio memperhatikan ku yang sedang menatap telapak tangan ku dengan tatapan berpikir.

Foolish Love! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang