Dodi

280 23 0
                                    

Aku Sarah. Aku tidak aneh, Dio yang sering berpikir aneh sehingga menganggap ku aneh. Pria itu menelepon ku lima belas menit yang lalu, tepat pukul sebelas malam. Katanya semua nya berjalan dengan lancar, semua masalah antara dia dan Licia sudah beres. Yang ia ceritakan hanya perihal minta maaf, bukan obrolan menyenangkan tentang Ibu nya Licia atau lukisan Ghany yang ku lihat di Galeri nya Sore. Lagipula, terlalu intim bagi ku untuk masuk ke dalam masalah Licia lebih dalam, toh aku bukan siapa-siapa nya Licia.

Semuanya sudah beres. Tetapi ada yang tak beres dalam diri ku malam ini. Perut ku terus keroncongan, lapar, cacing ku minta makan. Aku pun berdiri dari posisi duduk ku, berjalan menuju pintu kamar, untuk keluar menuju bagian tengah apartemen ku. Ada Ratu yang tiba-tiba menatap ku begitu mendengar gaduh suara gagang pintu.

"Laper gak sih?" Tanyanya sambil mengusap-ngusap perut sedikit buncit nya. Kadang aku heran. Sebenarnya pekerjaan Ratu lebih banyak bergerak di banding pekerjaan ku. Ia selalu mengejar narasumber dengan Mic nya, sementara aku hanya duduk atau mungkin tiduran di depan laptop. Tapi kenapa tubuh ku lebih ramping tak berisi di bandi Ratu yang lebih banyak bergerak, benrolahraga? Mungkin karena Gen keluarganya yang gemuk, sementara keluarga ku kurus? Kita tidak boleh menyalahkan seseorang yang memiliki tubuh, seharusnya kita menyalahkan Gen. Tapi memiliki Gen gendut atau kurus adalah takdir, kita tidak boleh menyalahkannya juga. Yap! Sebenarnya tidak ada yang perlu di salahkan, tapi pikiran selalu mencari celah untuk mendapatkan kesalahan. Menyedihkan.

"Iya..." Jawabku setelah benar-benar menutup pintu kamar ku kembali. "Nyari makan yuk!" Ajak ku yang di hadiahi ekspresi antusiasnya. Tak banyak pilihan untuk malam ini, sudah terlalu larut untuk mencari makan, karena kami bukan kelelawar yang dengan mudah nya mencari makan di tengah malam. Pukul sebelas. Cafe di sekitar apartemen kami sepertinya sudah tutup, mungkin yang masih buka dan terang benderang hanya minimarket di lantai dasar apartemen kami dan...

"Makan Pecel Lele di seberang apartemen yuk!" Warung kaki lima yang baru saja di sebutkan oleh Ratu. Aku mengangguk seraya kembali masuk ke dalam kamar, mengambil dompet, handphone dan kacamata. Ratu pun sama, ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil benda-benda yang di butuhkannya. Lalu kami berdua keluar dari dalam plat, turun menggunakan lift dan berjalan menelusuri lobby untuk keluar dari apartemen.

"Minggu besok bokap gue ulang tahun..." ucapku dengan kedua tangan berada di dalam kantong hoodie. Outfit ku malam ini cukup simple dan hangat. Hoodie Champion berwarna putih kebesaran dan celana bludru Maroon yang menawan, cukup Boyish dan berbanding jauh dengan penampilan Ratu. Ia mengenakan daster bunga-bunga belatar pink soft dan cardigan kebesaran yang senada dengan kelopak merah bunga yang ada di dasternya. Yang sama dari penampilan kami hanya sandal jepit abu beli satu gratis satu yang aku beli dari Swalayan besar yang ada di bilangan Pramuka. "Lo mau dateng gak?" Lanjutku dengan pertanyaan.

"Sorry Dorry Berry Strawberry!" Ucap Ratu dengan nada gaul bin alaynya. "Jumat sampai Sabtu besok gue sama Reno kebagian ngurus acara Travel gitu, kita bakalan ke Bali." Lanjut nya dengan sedikit murung. Bali bukan hal spesial bagi Ratu, sudah berkali-kali ia ke Bali. Yang lebih spesial bagi Ratu adalah menghabiskan waktu dengan keluarga ku. Katanya keluarga ku hangat, selalu menyenangkan tiap ikut merayakan perayaan kecil yang di lakukan oleh keluarga ku. Aku pun merasa begitu.

"Yah..." Ucap ku dengan nada kecewa. "Kalau gitu lo bawain gue oleh-oleh ya!" Aku merangkul bahu Ratu. Kebetulan aku lebih tinggi daripada Ratu yang amat imut. Wanita itu mengangguk antusias.

"Kain?" Tawarnya. Aku menggeleng, dapat di pastikan pasti kain tersebut akan di hak milik oleh ibu ku seperti oleh-oleh kain sebelumnya. Kain tersebut akan di jadikan Rok Tutu, Rok Span, Rok Lilith, yang memiliki pasangan selendang manis. Sudah terlalu banyak kain milik ibu, dan aku pun selalu buntu untuk membuat desain baju seandainya kain tersebut mau ku jahit. "Bali ada apa yak?" Ratu menggaruk-garuk kepalanya, bingung. "Gelang?" Tawarnya lagi.

Foolish Love! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang