Pembuka
"Bisa kita bicara sebentar?" Kata Eky berjalan lebih dulu.
Karin mengikutinya, tidak punya ide mengenai apa yang akan ia katakan. Ini pertama kalinya cowok tampan idola banyak gadis di sekolah ini bicara padanya. Jadi kira-kira apa yang begitu penting sampai harus dibicarakan di tempat sepi begini? Eky berhenti di dekat perpustakan yang belum buka. Karin diam saja menunggunya mengatakan sesuatu.
"Ayo kita pacaran." Katanya tersenyum manis.
Karin tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Ada apa dengan cowok ini? Mereka bahkan belum pernah saling sapa tapi tiba-tiba Ia mengajaknya pacaran.
___***___
.
Semuanya berawal dari sebuah memo misterius.
Karin nampak gelisah, penasaran dan takut. Ia berjalan pelan menyusuri lorong kelas. Menuju lahan kosong di belakang sekolah, tempat seseorang memintanya datang. Entah siapa.
Bermula saat istirahat pertama tadi. Sekembalinya ia dari kantin, ia dapati secarik kertas di kursinya. Isinya singkat,
"Aku tunggu di belakang sekolah, istirahat kedua."
Tanpa ada nama pengirim.
Dan Karin mulai berpikir yang tidak-tidak. Ini karena di tempat yang dimaksud itu suasananya sepi, jarang ada siswa yang bermain kesana. Selain karena jauh dari ruangan-ruangan yang lain, letaknya yang dibelakang gudang itu memberi kesan angker.
"Ngapain coba ngajak ketemuan di tempat kayak gitu? Jangan-jangan dia punya niat nggak baik. Jangan-jangan nanti aku diapa-apain." Kata Karin menghentikan langkahnya. Memikirkan ulang keputusan untuk menerima undangan misterius itu.
Karin kembali melihat secarik memo di tangannya. Takut pergi, tapi ia sangat penasaran. Siapa dan kenapa. Karin menarik nafas dalam, lalu kembali berjalan.
"Temui saja." Kata Karin akhirnya.
Sebentar kemudian Karin sudah sampai di samping gudang. Jantungnya berdebar, penasaran tentang bagaimana kelihatannya orang tersebut. Begitu sampai, ia melihat seorang cowok yang setahu Karin dia itu kakak kelasnya, rambutnya yang agak panjang dengan potongan emo itu sedikit mencolok dari kakak kelas yang lain, menjadikan cowok itu cukup mudah dikenali.
Wajahnya pun putih dan sebagai ukuran cowok wajahnya terlalu mulus terawat. Ia sedang duduk di kursi panjang, yg cukup membuat terkejut adalah ia tengah memainkan seputung rokok yg belum dinyalakan di tangannya.
'Apa aku pernah bicara dengannya? Kenapa dia ingin aku datang?' Batin Karin penasaran.
Cowok itu menoleh dan menyadari kehadiran Karin. Karin segera saja terpaku dan gugup tak tahu harus bersikap bagaimana. Cowok itu nampak sama terkejutnya dengannya. Mereka hanya saling pandang beberapa saat.
"Kau mau?" Tanya cowok itu pada akhirnya, menghentikan ke-diam-an diantara mereka, sembari menawarkan rokok di tangannya.
'Serius? Masa Dia mau ngajakin ngrokok?' pikir Karin.
Pelan-pelan berjalan mendekat."Ka-kau tidak diijinkan merokok di sekolah." Kata Karin dengan suara bergetar.
"Ha?" Tanya cowok itu, meskipun mendengar kata-kata Karin dengan jelas, tapi seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Dan kemudian tertawa pelan."Ya.. kau benar juga." Katanya menurunkan kembali rokok itu. Diam sebentar, lalu
"Duduklah!" Lanjutnya seraya menepuk tempat kosong di sampingnya.Karin agak ragu, meskipun cowok ini menawan tapi dia cukup nekat untuk merokok di sekolah,
'Apa tidak masalah duduk di sampingnya?' pikir Karin diam saja.
Cowok itu menatap Karin, menunggunya duduk.
"Aku akan menjauh kalau kau takut." Kata cowok itu seperti menyadari keraguan Karin.Ia menggeser duduknya sedikit untuk memberi jarak. Walaupun memang itu yang Karin pikirkan, tapi ketahuan seperti itu membuatnya tidak enak hati. Dia pun duduk.
Mereka saling diam untuk beberapa saat. Suasananya terasa canggung. Cowok itu memutar-mutar rokok di jari-jarinya. Sedangkan karin, meskipun penasaran dengan cowok ini dan alasannya memanggilnya kesini, ia tidak berani untuk bertanya.
'Kenapa dia diam saja? Masa sih aku yang harus tanya duluan?' pikirnya.
"Ng... Ngomong-ngomong siapa namamu?" Tanya Karin akhirnya.
"Ha?" Kata cowok itu agak terkejut.
"Oh, Namaku Enda" jawab Enda tersenyum ramah.
Cepat saja membuat Karin terpesona. Sepertinya cowok ini tidak semenakutkan yang dia pikirkan. Lihat senyum manisnya itu. Mana mungkin dia orang jahat 😅😅 #plaked.
"Kau sendiri... Siapa namamu?" Tanya Enda kemudian.
Yang membuat Karin lebih terkejut, bagaimana bisa cowok ini tidak tahu namanya. Apa benar dia yang mengirim memo?
"Namaku Karin." Jawab Karin akhirnya.
Meski ini memunculkan banyak pertanyaan, tapi Pikirnya Itu lebih baik daripada diam dengan canggung."Kau.. biasa merokok disini?" Tanya Karin perlahan.
"Hm... Tidak juga." Jawab Enda tersenyum melihat Karin.
"Sebenarnya Aku tidak biasa dengan asap rokok, Seorang teman memberikannya padaku di kelas tadi." Lanjutnya.
Karin merasa lega mendengarnya. 'Memang cowok menawan harusnya tidak merokok 😆' pikirnya.
"Itu sebabnya tadi aku menawarkannya padamu." Kata Enda tertawa.
Karin ikut tertawa mendengarnya.
"Kau terlihat manis saat tersenyum." Kata Enda tersenyum sembari memandangi Karin. Menatapnya tepat di mata.
Karin terkejut, dan Cepat saja pujian atau rayuan itu membuat wajah Karin memerah. Tersipu malu juga kehabisan kata-kata. Meski hatinya sedang berteriak histeris kegirangan. Jarang-jarang Dia dipuji cowok se-keren Enda.
"Kenapa terkejut? Kau pasti sudah sering mendengarnya kan?" Tanya Enda masih memandangi Karin. Membuat Karin semakin salah tingkah.
"Ha? Tidak. Ini pertama kalinya ada yang mengatakan itu padaku." Karin buru-buru menyangkalnya.
"Benarkah???" Jawab Enda seolah tak percaya.
Karin mengangguk berusaha meyakinkan.
"Itu cukup aneh." Gumam Enda melihat kearah lain.
Karin berusaha menahan senyuman bahagianya. Karena pasti memalukan kalau ketahuan dia sedang kegirangan.
'kurasa cukup basa-basinya. Tanyakan sekarang saja.' pikir Karin.
"O iya... Ngomong-ngomong kenapa...."
Enda tak mendengarkannya. Sibuk mengambil ponsel di kantongnya. Ada sebuah panggilan masuk.
"Hm?" Katanya menjawab panggilan itu
"Ada apa?." Lanjutnya. Ia diam sebentar mendengarkan dengan seksama kemudian
"Ok, Aku kesana." Katanya sebelum memutuskan sambungan."Karin, maaf Aku harus duluan." Kata Enda tersenyum ramah sambil mengantongi kembali ponselnya.
"Sampai ketemu lagi." Katanya lagi sebelum pergi.
*
"Kenapa Dia malah pergi." Gerutu Karin saat kembali ke kelas.
"Yah, tapi tadi kan Dia bilang Sampai ketemu lagi, kira-kira Aku harusnya bersikap bagaimana kalau bertemu dengannya lagi di kantin atau di halaman, atau di lorong? Kyaa Aku jadi tidak sabar bertemu dengannya lagi 😆."
Karin cukup lega mengetahui orang yang memberinya memo itu adalah cowok menawan yang ramah dan menyenangkan, tidak seperti apa yang ia takutkan , tapi juga sedikit kecewa karena belum sempat bertanya tentang alasan Enda memanggilnya. Yang membuatnya semakin penasaran adalah karena mereka bahkan belum pernah bicara sebelumnya, tapi memo itu bisa sampai padanya. Apakah Enda salah orang atau....?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Teen Fiction- Cerita pertama saya di wattpad - Karin tiba-tiba didatangi oleh Eky cowok paling populer di sekolah yang memintanya untuk jadi pacar. Karin yang sejak awal tak tertarik langsung menolaknya. Tapi Eky punya rahasia yang membuat Karin tak punya pilih...