Dinda

9.9K 927 23
                                    

Enda berjalan mendekati mereka.

"Ini yang kau minta." Kata Enda menyodorkan sebungkus plastik yang tercium seperti aroma kuah bakso.

Eky berdiri dan menerimanya dengan senang.

"Ah aku sudah benar-benar lapar." Katanya. Segera berlari ke dalam. Mungkin ke dapur untuk mengambil mangkuk dan sendok.

Karin kini tahu siapa orang yang tadi ditelfon oleh Eky. Dia dan Enda saling pandang. Karin takut Enda akan marah dengan apa yang barusan ia lihat. Selain itu dia juga jadi ingat tentang kata-kata David tadi siang.

Karin menurunkan pandangannya tak berani memandang Enda lebih lama lagi. Enda masih berdiri di sampingnya.

"Kau sudah lama?" Tanya Enda pelan.
Membuat Karin terkejut.

Karin mendongak kembali melihatnya. Dia sedikit ragu untuk menjawab. Tapi kemudian mengangguk. Dada Karin berdebar, ini rasanya canggung sekali. Untungnya sebentar kemudian Eky sudah kembali. Dia juga membawa dua botol minuman. Satu ia berikan pada Enda, satu ia berikan pada Karin.

"Enda cuma beli satu untukku, jadi maafkan aku tidak bisa menawarkannya." Kata Eky duduk di samping Karin. Bersiap memakan baksonya.

Karin tertawa melihatnya, lalu mengangguk.
"Habiskan." Kata Karin.

Eky mengangguk lalu mulai makan.

Enda duduk di ujung sofa, agak jauh dari Eky dan Karin. Dia membuka botol minum di tangannya lalu meminumnya.

"Oh iya. Kemarin kau meninggalkan rokokmu. Ada di meja dalam kamarku." Kata Eky.

Enda hampir tersedak mendengar itu. Karin pun terkejut mendengarnya. Jadi Enda memang perokok?? David tidak berbohong.

"Sebaiknya kau ambil sebelum ibu memasukannya ke tong sampah." Lanjut Eky dilanjutkan memasukkan sesuap ke mulutnya.

Enda meletakkan botol minumnya di meja lalu berdiri. Ia masuk ke dalam dan segera menghilang dari pandangan.

Karin diam, semua kata-kata David berputar kembali di kepalanya. Cowok kasar, perokok, playboy? Hanya memikirkannya saja sudah membuat perasaannya terasa tidak enak.

"Oh. Kau terkejut ya Enda tiba-tiba disini?" Tanya Eky.

Membuyarkan lamunan Karin. Karin menoleh melihatnya.

"Dia kakak sepupuku." Lanjut Eky.

Karin mengangguk saja, karena ia sudah tahu. Lagi pula bukan itu yang membuatnya terkejut.

"Tapi apa yang kau lakukan tadi?" Tanya Karin teringat saat Eky menciumnya.

Dia lalu memukul Eky dengan bantal dari sofa.

"Kenapa kau mencium pipiku?" Kata Karin memukulkannya satu kali lagi.

Eky tertawa
"Baiklah-baiklah... itu salahku..." Jawabnya berusaha menangkis serangan bantal itu.

"Itu terjadi begitu saja." Tambah Eky saat Karin sudah berhenti.

"Awas kalau kau berani melakukan hal-hal seperti itu lagi." Ancam Karin menunjuk wajah Eky.

"Kenapa? Kau akan memukuliku dengan bantal lagi?" Tanya Eky tertawa.

Karin memukulinya lagi dengan lebih kesal.

Sebentar kemudian, terdengar suara langkah kaki seseorang datang.

"Eky..." Panggil orang itu dari luar.
Seorang cewek imut dengan rambut digelung dengan lucu masuk begitu saja, seperti dia sudah akrab dengan rumah ini.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang