Bukankah Aku Brengsek?

11K 848 20
                                    

Lisa mengetuk pintu kayu bercat putih itu. Karin berdiri disampingnya. Sedangkan 3 cowok ganteng(?) Ikut menunggu, berdiri di belakang mereka.

Lisa mengetuknya lagi sembari memanggil
"Janiiii...."

Samar-samar terdengar suara sahutan dari dalam. Sebentar kemudian pintu terbuka. Jani agak terkejut melihat kerumunan di depan rumahnya itu.

"Ku kira kalian akan kesini berdua saja," kata Jani menatap Karin dan Lisa bergantian.

"Tanpa kami beritahu pun harusnya kau sudah menebak kalau mereka akan ikut," jawab Lisa masuk tanpa dipersilahkan. Kelihatan sudah terbiasa melakukannya.

Jani tersenyum masam. Ia menebaknya juga, tapi sejujurnya lebih berharap Karin dan Lisa akan datang hanya berdua.

"Masuklah," kata Jani mempersilahkan yang lainnya.

Mereka masuk satu persatu. David yang terakhir.

"Kau baik-baik saja?" Tanyanya tak tahan lagi menyimpan rasa penasaran itu.

Jani tersenyum dan mengangguk. Satu-satunya alasan ia tak ingin David ikut kemari adalah ia yakin akan melihat wajah khawatir dan merasa bersalah itu.

"Masuklah," kata Jani menarik lengan David.

Mereka semua memilih tempat duduknya masing-masing.

"Kau sendirian di rumah?" Tanya Karin melihat sekeliling.

Jani mengangguk.
"Tunggu sebentar ya... Biar ku buatkan minum," katanya.

"Tidak usah. Biar kami ambil sendiri," jawab Lisa segera berdiri.
"Ayo rin," katanya menarik Karin.

Lanjut memberi isyarat pada Eky dan Rio agar mengikuti. Sepertinya sengaja ingin meninggalkan mereka berdua.

"H-hey.. " protes David dan Jani menyadari apa yang terjadi.

Jani menghela nafas. Sebelumnya ia sudah katakan pada Lisa kalau ia tak ingin bertemu David dulu. Tapi sepertinya dia memang sengaja mau Jani menghadapinya.

Keduanya diam, berharap teman-temannya segera kembali walaupun sadar mereka berempat tidak akan kembali sebelum mereka berdua selesai bicara.

David menunduk, menggenggam tangannya yang kini mulai berkeringat. Jani menatapnya canggung, lalu menarik nafas siap memulai pembicaraan.

"Bukan salahmu," kata Jani pelan.

David mengangkat kepala menatapnya. Hari ini sudah banyak orang mengatakan itu padanya. Tak satupun membuatnya merasa lebih baik.

"Apa yang kau katakan padanya?" Tanya David.

Jani tahu David akan langsung menanyakannya. Langsung pada inti masalahnya tanpa bertanya ini dan itu terlebih dahulu seperti biasanya dia.

"Sudah ku bilang, katakan saja padanya kalau aku sedang berusaha mendekatimu," lanjut David.

Jani diam saja.

"Kau katakan pada dia yang sebenarnya?" Tebak David.

Jani menatap David tak enak. Lalu mengangguk.

David menghela nafas. Pantas saja. Pikirnya.

"Aku teringat tentang apa yang dikatakan Eky," kata Jani pelan.
"Terbuka dalam menjalin suatu hubungan. Mestinya aku tidak menyembunyikan apapun darinya," jelasnya.

David menghela nafas panjang.
"Itu benar," katanya.
"Memang kita mestinya terbuka dalam menjalani suatu hubungan. Dan lagi apa yang kita lakukan memang salah. Kita bahkan menipu banyak orang," kata David.
"Tapi semarah-marahnya dia. Harusnya tak sampai memukulmu begitu."

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang