"Karin!!" Seru Eky membuat Karin berhenti berjalan lalu menoleh.
Setengah berlari Eky menghampirinya dari tempat parkir. Segera sampai dan berdiri di depannya. Mengusap kepalanya pelan.
"Pagi.." sapa Karin tersenyum.
Eky membalas senyumnya, lalu merangkulnya mulai berjalan bersama.
"Sudah sarapan?" Tanya Eky.
Karin mengangguk.
"Sudah." Jawabnya.
Kemudian mendongak melihat Eky.
"Kau belum?" Tanya Karin."Sudah juga, tapi entah kenapa aku masih lapar." Jawab Eky mengelus perutnya.
Karin tertawa menyikut pinggang Eky pelan, sudah menduganya. Eky tersenyum saja tetap berjalan. Lalu belok ke arah kantin.
Mereka baru saja sampai saat Eky tiba-tiba berhenti berjalan. Karin mendongak menatapnya ingin tahu kenapa Eky tiba-tiba berhenti. Mendapati Eky sedang menatap sesuatu, Karin mengikuti arah pandangan itu. Ada Enda sedang duduk di salah satu bangku, sedang makan sambil ngobrol dengan seorang teman laki-laki.
Karin kembali mendongak, menatap Eky. Eky balas menatapnya.
"Apa kau tidak pa pa kalau harus bertemu dengannya?" Tanya Eky khawatir.
Memahami bahwa situasi bertemu dengan 'mantan' memang kadang jadi canggung dan kebanyakan orang lebih memilih untuk menghindar."Mm... Kurasa aku baik-baik saja." Jawab Karin menatap lurus kearah Enda
"Lagi pula. Kau berada disini bersamaku." Lanjut Karin tersenyum menatap Eky.Eky balas tersenyum. Senang mendengar kalimat terakhir. Lalu lanjut berjalan.
Eky membeli beberapa roti dan sebotol air mineral. Selesai membayar ia menyapa Enda, menepuk pundaknya pelan. Enda mendongak.
"Hey." Sapanya tersenyum melihat Eky.
Cepat saja senyuman itu meredup saat melirik Karin.
"Kau... Tidak mau menyapa ku juga?" Tanya Karin tersenyum melambaikan tangan.
Enda tersenyum dengan canggung.
"Hai Rin..." Sapanya kemudian."Kau juga belum sarapan?" Tanya Eky. Memecah kecanggungan yang nampak jelas di wajah Enda.
Enda tersenyum sengit tak mengatakan apapun. Eky menganggapnya sebagai 'iya'. Lagi pula itu hanya basa-basi.
"Kami duluan ya." Kata Eky menepuk pundak Enda. Sudah mengerti kalau kakaknya itu tidak nyaman bertemu dengan Karin.
Enda mengangguk saja. Lalu Eky dan Karin pergi.
"Kelihatannya kau mampu menghadapinya dengan sangat baik." Komentar Eky saat sudah cukup jauh dari meja Enda.
Karin tersenyum mengangguk.
"Ternyata sangat mudah." Jawab Karin.
"Mungkin karena aku bukan pihak yang menyakiti." Lanjutnya.Eky mengangguk paham.
"Tapi bagaimana denganmu?" Tanya Karin menoleh.
"Setelah memergoki kami di gudang waktu itu. Apa kalian tidak jadi canggung waktu ketemu?"Eky tersenyum masam.
"Dia datang ke rumah menemuiku." Kata Eky.
"Dia minta maaf." Jawab Eky menatap Karin.
"Aku tidak ingin terlalu mempermasalahkannya... Selain karena hubungan kita sebenarnya tidak sungguhan, aku tahu kau memang menyukainya. Jadi aku bisa apa?" Jelas Eky.Karin diam saja. Ingatan hari itu ketika Eky menariknya dengan kasar kembali lagi di kepalanya. Lalu tersenyum saat ingat Eky bilang dia marah melihat adegan itu. Lebih marah daripada saat melihat Dinda yang ada di posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Fiksi Remaja- Cerita pertama saya di wattpad - Karin tiba-tiba didatangi oleh Eky cowok paling populer di sekolah yang memintanya untuk jadi pacar. Karin yang sejak awal tak tertarik langsung menolaknya. Tapi Eky punya rahasia yang membuat Karin tak punya pilih...