"aku akan ikut Lisa ke kantor BP." Kata Karin memegang tangan Lisa erat.
"Eh? Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Eky sama terkejutnya dengan Lisa.
"Aku kan korbannya." Jawab Karin melihat kearah Lisa.
"Kita katakan kalau itu cuma salah paham. Dan kita sudah menyelesaikan masalahnya." Katanya.
"Eh tapi kan kita belum."
"Ah... Jangan katakan itu pada guru. Bilang saja sudah, yang penting kau tidak dihukum. Masalah kita, kita selesaikan setelah ini." Kata Karin tak peduli.
"Kalau begitu aku akan menemui perawat itu meminta dia untuk memberi klarifikasi juga." Kata Eky.
Karin mengangguk. Eky pergi dengan berlari, tapi sebentar kemudian dia berhenti dan berbalik."Ada apa lagi?" Tanya Karin.
Eky mendekatinya. Menarik kepala Karin mengecup keningnya."Jaga dirimu!" Katanya menepuk kepala Karin pelan. Lalu berbalik kembali berlari.
Karin sama sekali tak menduganya, terkejut. Jantungnya jadi berdebar.
"Dasar Eky bodoh!! Jangan lakukan itu di depanku." Teriak Lisa kesal. Menyadarkan Karin.
*
Eky memasuki klinik. Mencari sosok perawat yang kemarin. Perempuan muda dengan rambut lurus di kuncir biasa dengan kacamata oval dan tatapan mata yang dingin. Dia menemukan perawat itu di dekat lemari obat, dengan buku catatan dan pena di tangannya.
"Permisi." Kata Eky.
Perawat itu melihat ke arah Eky.
"Oh. Kau yang kemarin kan? Kau perlu sesuatu?" Tanyanya kembali pada catatan di tangannya.
Eky berjalan mendekatinya.
Dengan masih memilah obat-obatan di lemari, perawat itu berkata."Ku dengar guru BP sudah memanggil pelakunya. Aku tak mengira Kau akan benar-benar melaporkannya, tapi itu keputusan yang tepat." Kata perawat itu. Membuat Eky terkejut sekaligus kembali bingung.
"Bu-bukannya anda yang melaporkannya?" Tanya Eky.
"Lucu sekali... Aku tidak punya waktu untuk mengurusi masalah orang lain." Jawab perawat itu menulis sesuatu di catatannya.
Membuat Eky diam untuk sesaat, kemudian berbalik dan mengusap belakang kepalanya, berjalan pelan sambil berfikir
'lalu siapa yang melaporkannya?'
"Apa kau sudah menanyai temanmu?" Kata perawat itu.
Eky menoleh melihatnya. Perawat itu tetap pada catatannya. Eky kembali melihat jalannya, keluar dari klinik.
'Tidak mungkin Enda kan?' pikirnya.
Eky mengambil ponsel di sakunya, mencari kontak Enda lalu menelfonnya. Dia berjalan pelan sambil menunggu panggilannya diangkat. Lama berjalan Enda tak juga mengangkat telfonnya.
"Apa yang sedang dia lakukan." Gerutu Eky kesal. Mencoba mengulangi panggilannya.
Tapi sama saja.
"Dimana dia sebenarnya." Gerutu Eky lagi.
"Ada apa?" Tanya Enda tiba-tiba muncul entah dari mana.
"Woah." Pekik Eky terkejut.
"Ah... kau membuatku terkejut." Katanya lemas dengan satu tangan memegangi dada dan satu lagi bertumpu pada lutut.
Enda menertawakannya.
"Kau ini kenapa?" Tanyanya."Kenapa tidak angkat telfonnya?" Tanya Eky kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Roman pour Adolescents- Cerita pertama saya di wattpad - Karin tiba-tiba didatangi oleh Eky cowok paling populer di sekolah yang memintanya untuk jadi pacar. Karin yang sejak awal tak tertarik langsung menolaknya. Tapi Eky punya rahasia yang membuat Karin tak punya pilih...