Pilih Aku atau Dia?

11.2K 1K 30
                                    

Karin keluar kelas saat jam istirahat. Tak tahu mau kemana. Biasanya Eky akan minta ditemani ke kantin, ke perpustakaan atau kemanapun seperlunya dia. Tapi hari ini dia tidak masuk lagi, mungin sakitnya cukup parah. Kalau tidak sedang ada masalah dengan Bela pun. Mungkin dia akan ke kantin dengan Bela atau ngobrol dengannya di kelas.

Karin tak ingin ke kantin sendirian, lagi pula dia sedang tidak berselera makan. Karin juga tidak ingin tinggal di kelas, membuat perasaannya tak nyaman. Dia berjalan pelan mencari tempat sepi. Rasanya sedang ingin menyendiri. Mencari ketenangan.

Dia sampai di gudang sekolah. Ingin menyendiri di tempat biasanya Enda menyendiri. Tapi sejujurnya dia berharap Enda tidak sedang berada di sana. Benar-benar sedang ingin sendirian saja. Tapi nyatanya situasi tidak seperti yang ia harapkan.

Enda ada disana sedang duduk menatap ponsel di tangannya. Langkah kaki Karin menyadarkannya bahwa dia tak lagi sendirian di tempat itu. Enda menoleh menatap Karin, meyakinkan dirinya sesaat bahwa yang ia lihat memang Karin.

"Apa aku mengganggumu?" Tanya Karin berjalan pelan mendekati Enda.

Enda tersenyum, kini yakin bahwa yang ia lihat memang Karin. Dia meluruskan duduknya lalu bergeser sedikit, memberi tempat untuk Karin duduk di sampingnya.

"Aku tidak sedang melakukan apapun. Mengganggu apanya." Kata Enda saat Karin telah ada di depannya.

Karin tersenyum lalu duduk di samping Enda. Menghela nafas panjang, Walaupun gagal menyendiri, tapi ia rasa tidak apa ditemani Enda. Lagi pula ia tidak tahu lagi harus kemana.

"Apa yang membawamu kesini? Dimana Eky?" Tanya Enda.

"Eky sudah dua hari ini tidak masuk." Jawab Karin.

Dia jadi terpikirkan tentang Eky. Tak disangka saat Eky tidak masuk sekolah dia merasa kehilangan juga. Kehilangan keceriaannya, kenarsisannya, juga kelakuannya yang kadang membuatnya jengkel. Karin bahkan tersenyum sendiri membayangkan tingkah konyol yang kadang Eky lakukan.

"Hubungan kalian kelihatannya berjalan baik." Kata Enda menyadarkan Karin dari lamunan.

Karin menoleh menatap Enda yang tengah tersenyum padanya. Kemudian ia tersenyum juga dan mengangguk. Lalu Enda menatap ke depan sembari menghela nafas.

"Aku tak mengira kalian akan benar-benar pacaran." Kata Enda.

Karin menatap Enda penuh tanya. Kata 'benar-benar' yang diucapkannya membuat kalimat itu terdengar aneh.

"Apa maksudmu?" Tanya Karin.

Enda menoleh melihat Karin. Melihat wajah heran Karin, dia baru sadar telah mengatakan sesuatu yang harusnya tidak ia katakan. Dia tersenyum dengan canggung.

"Hari itu Eky datang padaku. Dia meminta ijin untuk menjadikanmu pacarnya." Jawab Enda.

Hari itu? Apakah maksudnya hari dimana Karin mencium Enda? Satu hari sebelum Eky muncul dan meminta Karin jadi pacarnya? Apa jangan-jangan dari awal Enda tahu tentang hubungannya dengan Eky. Itu tidak mustahil, mengingat Eky dan Enda memang saling kenal. Tapi Karin tidak ingin gegabah. Sebaiknya dia dengarkan dulu apa yang akan dikatakan Enda.

"La-lalu kau jawab apa?"

"Mm..." Enda tersenyum tapi kelihatan tidak senang.

"Kurasa seharusnya hari itu aku tidak mengijinkan dia." Lanjutnya menyesali tersenyum menatap Karin.

"Aku sungkan untuk mengatakan 'tidak'. Dan aku pikir kalau aku ijinkan pun, kau tidak akan mau jadi pacarnya. Jadi aku persilahkan dia untuk mencoba" Kata Enda lalu menatap ke arah rerumputan di depannya.

"Tapi sepertinya kalian lebih akrab dari yang aku duga." Lanjutnya menoleh ke arah Karin lagi.

"Aku merasa bodoh." Tambahnya kembali melihat ke depan menertawakan dirinya sendiri.

Karin memandangi wajah Enda yang terlihat amat menyesal. Dan berfikir apakah Enda punya perasaan yang sama dengan yang ia rasakan?

"Mm... A-apa kau tahu alasan Eky memintaku untuk jadi pacarnya?" Tanya Karin.

"Alasan?" Tanya Enda menatap Karin heran.

"Aku tidak bertanya padanya. Tapi bukankah itu sudah jelas? Karena dia menyukaimu." Jawabnya.

Sepertinya tidak seperti perkiraan Karin. Ternyata Enda tidak tahu. Saat ini ingin sekali ia katakan pada Enda yang sebenarnya. Tapi rasanya tidak benar kalau ia tidak mendiskusikan ini dulu dengan Eky. Ia hanya menghela nafas dan menahan diri.

"Kenapa bertanya seperti itu? Eky memperlakukanmu dengan baik kan?" Tanya Enda.

Karin tersenyum dengan canggung. Karena sepertinya ia telah membuat Enda berpikir lain.

"Dia memperlakukanku dengan baik." Jawab Karin.

"Aku hanya tidak benar-benar yakin kalau dia menyukaiku. Itu saja." Jawab Karin beralasan.

"Kenapa ragu? Aku tidak terkejut mengetahui dia menyukaimu. Kau itu memang tidak sulit untuk dicintai." Kata Enda.

Karin terkejut mendengar kata-kata Enda. Hatinya berdebar, itu seperti rayuan tapi wajah Enda terlihat tidak bercanda saat mengatakannya. Tapi apapun itu, yang pasti Karin senang mendengarnya.

Enda terlihat melamun. Tapi sebentar kemudian tersenyum kecut.

"Ini terdengar bodoh. Tapi aku rasa aku bisa mati kalau tidak menanyakannya." Katanya.

"Jika disuruh memilih, antara aku dan Eky. Siapa yang akan kau pilih." Tanyanya menatap Karin.

Karin tak menyangka Enda akan menanyakan itu. Ini tidak akan begitu sulit jika dia tidak mempunyai status dengan Eky. Dengan yakin akan ia katakan untuk memilih Enda. Tapi situasinya ini, Bukankah akan terdengar aneh, ketika kau memiliki pacar tapi memilih cowok lain. Bukankah itu disebut dengan selingkuh?

"I-itu..." Karin tak bisa menentukannya.

"Aku masih berharap kau akan memilihku." Kata Enda menatap Karin dan tersenyum.

Karin segera saja mengalihkan pandangan matanya. Tak kuat menatap Enda lebih lama lagi. Khawatir Enda akan dapat mengetahui perasaanya yang sebenarnya.

"Katakan! Siapa yang kau pilih?." Kata Enda menggenggam tangan Karin. Menatapnya dengan lembut.

"E-enda.... Kurasa ini agak..." Karin semakin bimbang.

"Katakan kau memilihku!" Kata Enda tersenyum mendekatkan wajahnya. Genggamannya semakin kuat.

"A-aku pilih Eky." Kata Karin akhirnya.

Membuat Enda terdiam. Dia nampak terkejut juga kecewa. Dia masih menatap Karin untuk beberapa saat. Tapi kemudian ia tersenyum.

"Kau berbohong." Katanya.

Yang lalu menarik kepala Karin. Mencium tepat di bibirnya lanjut melumatnya. Membuat Karin terkejut. Tapi Enda tak berniat melepaskannya walaupun merasakan tangan Karin yang mendorong dadanya berusaha melepaskan diri.

***

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang