Hargai Dia

8.1K 722 23
                                    

David dan teman-temannya saling pandang.

"Kau kenal dia vid?" Tanya seorang teman.

David tidak menjawabnya. Kini melihat Jani yang tengah memegang lengannya erat. Nampak jelas sedang mengkhawatirkannya.

"Apa maksudmu?" Tanya David kini menatap Dhanu.

"Main satu lawan satu denganku. Kau playmaker tim basket sekolah, jadi tidak mungkin takut kalah dariku kan?" Jawab Dhanu memainkan bola di tangannya.

David kesal mendengarnya. Ia segera berdiri. Jani terkejut melihatnya. Tadinya ia berharap David tidak akan terpancing apalagi menanggapi tantangan ini.

Ini jelas terdengar aneh bagi Jani. Kalau Dhanu sudah tahu David hebat dalam hal ini, tidak mungkin ia menantang David tanpa menyiapkan sebuah rencana. Ia pasti sudah merencanakan sesuatu.

Jani segera ikut berdiri.
"David. Jangan," katanya Lirih, memegangi lengan David kuat. Berjaga-jaga untuk menahannya, seandainya David bersikeras menerima tantangan itu.

"Hentikan ini," kata David pelan, menatap Dhanu tajam.

Dhanu berhenti bermain. Menatap David bingung.

Jani juga melihat David. Terkejut. Tadinya ia pikir dirinya yang disuruh David berhenti.

"Kalau kau memang menyukainya. Kau harus belajar untuk lebih menghargainya," terang David.

"Apa maksud mu?" Tanya Dhanu kini menempatkan bola di bawah lengannya. Mulai serius mendengarkan.

David balas menatap Jani yang sama bingungnya dengan Dhanu.

"Dia manusia. Bukan barang untuk dipertaruhkan," jawab David kembali menatap Dhanu.

Dhanu mengernyitkan dahi mendengar jawaban itu.

"Kalau kau memang menyukainya. Hargai dia!" Kata David lagi.
"Dia terlalu berharga untuk di perebutkan hanya dengan sebuah permainan basket."

Jani menatap David tak percaya. Kagum.

Laki-laki ini...
Bagaimana cara ia berfikir sebenarnya. Dia mengagumkan.

Jani menunduk saat ia rasakan mulai ada debaran di dadanya hanya karena melihatnya.

"Dia punya kemauan sendiri. Apa hak kita memaksanya bersama dengan siapa hanya karena hasil taruhan menyuruhnya begitu."
"Apa kuasamu, sampai berani menentukan itu? Kau bahkan bukan siapa-siapanya."

Semua teman David ikut mendengarkan. Menatap David sama tak percayanya. Setahu mereka David memang cerdas. Tapi tak tahu kalau dia se-berani itu juga.

"Aku tidak akan melepaskannya, apalagi menyerahkannya padamu jika kau masih seperti itu. Belajarlah dulu!"

Dhanu mulai menggertakkan giginya, merasakan kekesalan luar biasa pada laki-laki yang sedang mengguruinya itu.

"Tanyai dirimu sekali lagi. Apa kau inginkan dia sebagai seseorang atau sebuah barang," kata David lalu berbalik. Menggandeng Jani pergi dari sana.

Antara senang dan ketakutan. Jani mengikuti David berjalan.

"Terima kasih," kata Jani lirih saat mereka sudah cukup jauh dari lapangan.

David menoleh menatapnya. Lalu tersenyum mengusap kepalanya pelan.

"Kenapa kau berterima kasih?" Tanya David tertawa.
"Aku baru saja lari dan menjadi pengecut seperti biasanya," kata David menertawakan dirinya sendiri.

Jani menggeleng. Tidak setuju.
"Kau memang pergi. Tapi Dhanu yang terlihat seperti pecundang disana."

"Itu terdengar buruk," gumam David tersenyum sengit.
"Kurasa dia tidak akan mengampuniku begitu tahu kenyataannya," tambahnya tertawa.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang