Butuh Pacar

10.1K 904 10
                                    

Karin sudah menunggu Eky di depan kelas saat jam istirahat. Sebentar kemudian ia dan David muncul, lalu Dinda. Sedang merangkul lengan Eky seperti biasanya. Karin menatap lengan itu, menghela nafas pelan tersenyum hambar. Tak begitu menyukainya tapi merasa tak bisa berbuat banyak. Eky menyadarinya.

"Berhentilah bersikap seperti ini." Gumam Eky melepas lengan Dinda pelan.

Dinda menatap Eky terkejut. Ini adalah pertama kalinya Eky secara terang-terangan menolak rangkulannya. Sebelumnya Eky tidak bergeming, walaupun sudah pacaran dengan Karin. Hanya saja yang Dinda tidak tahu adalah hubungan antara Eky dan Karin yang dulu dan yang sekarang tidaklah sama.

Eky tak begitu memperdulikan kebingungan Dinda. Dia segera menghampiri Karin, merangkulnya mengajak berjalan. Meninggalkan David dan Dinda.

David menatap Dinda, tahu dia terpukul. Penolakan tetap saja penolakan. Meski kecil pun akan tetap menyakitkan.

"Ayo." Kata David menepuk lengannya pelan. Menyadarkannya agar kembali berjalan.

Mereka mulai berjalan mengikuti Eky dan Karin.

"Bukankah kau harusnya mulai membiasakan diri dengan ini?" Kata David.

Dinda mendongak menatap David.

"Dia bukan lagi lelakimu. Kau harusnya mulai biasa dengan itu." Jelas David.

Dinda menunduk. Diam saja. Entah apa yang ada dalam fikirannya.

"Kak David..." Sapa Beberapa gadis dengan senyuman manis.

David mengangguk tersenyum canggung membalasnya. Senyuman tipis yang sudah cukup untuk membuat gadis-gadis itu histeris. David mempercepat langkahnya setelah melewati gadis-gadis itu. Tak nyaman.

"Jangan meninggalkanku." Gerutunya merangkul Eky saat berhasil menyusul.

Eky menatapnya bingung. Lalu tertawa melihat wajah risih David.

"Kau meninggalkan Dinda?" Tanya Karin.

Baru David ingat. Dia dan Eky kompak melihat kebelakang. Dinda juatru telah berbalik arah.

"Dinda." Seru Eky memanggilnya.

Dinda menoleh.

"Aku mau ke tempat Enda dulu." Jawab Dinda tersenyum melambaikan tangan. Tak menunggu jawaban Eky segera kembali berjalan.

Eky dan David saling pandang.

"Apa dia tersinggung?" Tanya Eky pada David.

David mengangkat pundak.
"Aku sudah menyuruhnya untuk membiasakan diri." Kata David kembali berjalan.
"Yang kau lakukan sudah benar. Jangan memikirkannya." Tambah David paham sifat sahabatnya yang seringkali merasa bersalah tentang suatu hal.

Eky mengangguk saja tapi raut pikirnya masih terlihat jelas.

David memukul punggungnya pelan.
"Kalau kau tidak mengatakan itu tadi padanya. Kau pikir bagaimana perasaan Karin?" Kata David, tahu Eky masih memikirkannya meskipun dirinya sudah bilang jangan.

Eky menatap Karin. Karin sendiri kini jadi tidak enak pada Dinda karena sadar Eky melakukan itu demi dia.

"Sekarang bayangkan saja kalau situasinya kita balik." Kata David.
"Bagaimana perasaanmu kalau melihat Karin merangkul laki-laki lain?" Tanya David.
"Tidak usah jauh-jauh. Dia merangkul aku misalnya." Lanjutnya lalu cepat-cepat mendekat pada Karin.
Menarik tangan Karin agar merangkul lengan pebasket sekolah yang samar-samar menunjukan guratan otot itu. Karin tersenyum lucu tapi membiarkan David melakukannya.

"Kau tahu betul aku dan Karin tidak ada hubungan apapun. Kami hanya teman." Kata David tersenyum penuh arti ke arah Eky.
"Kau mungkin tidak cemburu ataupun marah, tapi apa kau tidak apa kalau dia merangkulku setiap waktu seperti ini hah?" Tanya David memegangi tangan Karin agar tidak melepaskannya. David lalu mengajak Karin berjalan lebih dulu. Meninggalkan Eky yang berhenti berjalan menatap mereka. Sedang memikirkan kata-kata David.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang