David berjalan menyusuri lorong. Melewati keramaian anak-anak yang sedang bercengkrama sebelum kelas dimulai. Beberapa gadis menyapanya. Dia mengangguk dan tersenyum simpul menjawabnya. Mulai terbiasa dengan keramahan ini.
Seseorang menepuk punggungnya pelan. Lalu berjalan sejajar dengannya.
"Pagi," sapanya tersenyum.David kembali hanya tersenyum simpul dan mengangguk.
Sudah seminggu berlalu sejak ia dan Jani berhenti berpura-pura. Dan hubungan mereka tak pernah lagi sama. Tiap melihat Jani, ada rasa marah luar biasa yang dirasakannya. Meski memar itu tak lagi nampak di sudut matanya, tapi David seolah masih melihat biru disana. Amarah muncul tiap kali David ingat Jani memutuskan untuk melanjutkan hubungannya dengan lelaki itu. Pun hingga sekarang."Kudengar akan ada pertandingan persahabatan dengan SMA R," kata Jani.
David mengangguk saja.
"Kau akan melakukannya dengan baik kan?" Tanya Jani menilik wajahnya dan tersenyum.
David tersenyum dan mengangguk.
"Ku lakukan sebisaku," jawabnya."Aku juga akan teriak sebisaku," jawab Jani mengangguk.
David tertawa.
"Kau bisa menyakiti tenggorokanmu," katanyaSeorang lagi muncul kini menubruk David dengan dua lengan melingkari pinggangnya. Tanpa menolehpun David tahu itu siapa. Dia lepaskan lengan itu dari perutnya. Dinda tersenyum lalu berjalan di sampingnya. Senyumnya segera hilang berubah kesal saat melihat Jani disana.
"Kenapa kau jalan dengannya? Bukannya kalian sudah putus?" Gumam Dinda melirik Jani sinis.
"Memangnya kenapa? Kami tidak boleh berteman meski sudah putus?" Jawab David menatap lurus jalannya.
"Aneh sekali," gerutu Dinda kesal.
"Aku duluan vid," pamit Jani tersenyum masam sebelum berbelok ke lorong kelasnya.
Ia menghela nafas. Dia sadar diri dengan posisinya. Ini memang jadi lebih sulit untuk menjadi seperti semula setelah apa yang terjadi. Ia selalu berusaha ramah dan mencairkan suasana agar tidak kaku. Tapi respon David tak pernah lagi sama padanya. Menyesakkan mengetahui seseorang berubah, meski dia hanyalah seorang teman."Kenapa? Kau masih mengharapkannya?" Tanya Dinda kesal.
David tak menjawab. Bukan karena tidak mau, tapi memang tidak tahu jawabannya.
Dinda cemberut kesal, lalu memeluk lengan David gemas. David menghela nafas, Dinda jadi selengket ini setelah tahu ia dan Jani putus. Awalnya David risih, lama-lama terbiasa dan kini ia mulai merasa terganggu. Mulai berpikir apakah dulu ini juga yang sebenarnya dirasakan Eky.
"Din," panggil David pelan.
"Hm?" Jawab Dinda menoleh.
"Apa kau benar-benar menyukaiku atau hanya ingin mencari pelampiasan?" Tanya David.
Dinda terhenyak mendengarnya. Tak menyangka dan tak percaya David berpikir begitu tentang dirinya. Lalu ia pukul punggung David keras-keras hingga David melenguh kesakitan setelahnya.
"Kau benar-benar tega padaku, kau tahu?" kata Dinda jengkel. Kini melipat tangan di dada.
David menatapnya meringis kesakitan.
"Bukankah dulu, itu yang kau lakukan pada Eky? Menjadikannya pelarian saat Enda tidak menerimamu," jelas David.
Dinda terkejut mendengarnya. Berubah kesal dan wajahnya nampak seperti baru saja terpergoki. Ia melirik arah lain tak ingin menatap David.
"Aku benar kan?" Gumam David tak lagi mengharapkan jawaban darinya.
"Hmm," jawab Dinda lirih.
David meliriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
أدب المراهقين- Cerita pertama saya di wattpad - Karin tiba-tiba didatangi oleh Eky cowok paling populer di sekolah yang memintanya untuk jadi pacar. Karin yang sejak awal tak tertarik langsung menolaknya. Tapi Eky punya rahasia yang membuat Karin tak punya pilih...