Chapter 10

12.4K 1K 12
                                    


"Jadi kalian mengenal cewek itu?" Tanya Jani jadi penasaran.

"Dia cewek yang datang menemuiku dan memintaku datang ke gudang hari itu... Dia bilang Karin yang menyuruhnya. Tapi sepertinya jelas bukan Karin." Jelas Lisa kini nampak kesal.

"Apa? Jadi maksudmu dia menjebak kita?" Tanya Jani memastikan.

Lisa mengangguk mengiyakannya.
"Rendahan... Tipe orang seperti itu benar-benar rendahan. Dia bahkan lebih buruk dariku... Ketika aku tidak suka pada seseorang aku terang-terangan mengatakannya, sedangkan dia main belakang, dia bahkan menyebut dirinya sebagai temannya Karin." Kata Lisa kesal, melipat tangannya di dada.

"Karin, apa kau yakin kalau kalian benar-benar berteman?" Tanyanya kemudian.

Karin tak menjawabnya. Hal itu juga yang sedang berkecamuk di pikirannya. Apa Bela benar-benar temannya? Apa Karin punya salah padanya hingga dia tega melakukan itu padanya?.

"Jujur saja menurutku dia hanya pengecut yang terlalu takut untuk main terang-terangan." Kata Jani kini ikut geram.

Lisa mengangguk menyetujui. Dia lalu menepuk pundak Jani.
"Jani...  dialah orang yang harusnya kita hajar,Ayo temui dia." Kata Lisa.

Jani mengangguk menyetujui. Mereka baru mau beranjak saat Karin berdiri dan menahan mereka.

"Tunggu." Katanya.

"Kalian ingin berurusan dengan pak Dedi lagi?" Tanya Eky.

Jani dan Lisa saling pandang dan memikirkan kata-kata Eky sebentar.

"Kau tahu apa yang aku pikirkan?" Tanya Jani pada Lisa.

"Aku tidak masalah kalau harus diskors... Aku hanya ingin menghajar cewek sialan itu." Katanya dijawab anggukan oleh Lisa menyetujui pendapatnya.

"Jangan" Kata Karin menahan tangan keduanya.
"Jangan terlibat masalah lagi." Kata Karin saat Lisa dan Jani berhenti dan melihatnya.

"Jika kalian diskors karena dia. Itu artinya dia menang." Kata Karin.
Jani dan Lisa memikirkannya.

"Ng... Kurasa yang dikatakan Karin ada benarnya." Kata Rio tak tahan untuk tidak ikut mengomentari.

"Dan bagaimanapun juga, dia itu temanku." Kata Karin.

Jani dan Lisa segera saja menjadi kesal mendengarnya.

"Kau masih bisa menyebut orang seperti itu teman? Yang benar saja." Kata Lisa kesal.

"Mm... Untuk sementara ini, bisakah kalian semua pura-pura belum mengetahuinya." Pinta Karin tak hanya pada Lisa dan Jani, tapi juga pada Eky, Rio dan David.

"Kau punya rencana?" Selidik Jani.

Karin tak menjawabnya. Dia tidak punya rencana apapun. Untuk sekarang ini dia hanya ingin mengamati Bela untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

"Baiklah kalau ternyata kau punya rencana." Kata Lisa.

"Tapi berhati-hatilah." Tambah Jani.
Karin mengangguk hanya supaya mereka merasa lega.

Di kelas, Karin tak bisa berhenti memikirkannya. Dia terus mengamati cewek yang duduk disampingnya itu. Masih bertanya-tanya apa benar cewek yang dianggap sebagai teman terdekatnya ini bisa melakukan hal seperti itu.

Sedangkan sikap Bela terlihat seperti biasanya. Karin tak melihat apapun yang berbeda. Haruskah aku bertanya? Pikir Karin.

"Mm... Bel." Panggil Karin.

"Hm?" Sahut Bela menoleh.

Karin memandangi wajah Bela beberapa saat. Hatinya kembali bimbang, kembali ragu.

Fake Girlfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang