Karin keluar dari kelas bersama Bela di jam istirahat. Tadinya mau mampir ke kelas Eky, tapi rupanya kelas itu telah hampir kosong. Eky sudah tidak ada, pun dengan David, Rio dan yang lainnya.
"Apa mereka sudah duluan ke kantin?" Tanya Bela.
Karin menatapnya tidak fokus berpikir mungkinkah Eky masih marah padanya. Karin Mengangguk saja. Dadanya kembali terasa sesak mengingat Eky meninggalkannya tadi pagi.
"Kita susul mereka?" Tanya Bela.
Karin kembali mengangguk.
Dia dan Bela ke kantin. Segera saja menemukan mereka, sedang duduk berempat Eky, David, Rio dan Lisa.
"A-apa-apaan itu?" Pekik Lisa melihat Karin jalan dengan Bela.
David, Rio dan Eky ikut melihat, penasaran dengan apa yang diributkan Lisa.
"Apa mereka sudah baikan?" Tanya Rio kini ikut heran.
Bela dan Karin yang belum terlalu dekat segera saja menyadari mata-mata yang mengawasi mereka.
"A-aku... Tidak tahu bagaimana harus bicara dengan Lisa. Dia pasti masih membenciku." Kata Bela menatap Karin panik.
"Tidak apa. Ada aku, akan aku bantu." Kata Karin.
"Tidak, masalahku dengannya kan tidak seperti denganmu." Jawab Bela.
"Kurasa lebih baik aku bicara padanya berdua saja nanti." Lanjut Bela.
"Kau, pergilah kesana! Aku akan cari meja lain." Kata Bela kemudian pergi.Karin baru mau memutuskan untuk menemani Bela saja. Tapi tatapan Eky padanya amat mengerikan. Terlihat jelas dia tidak menyukai kedekatannya dengan Bela. Karin tidak mau Eky semakin marah. Jadi ia biarkan Bela pergi, lalu menghampiri meja mereka berempat.
"Kau berbaikan dengannya?" Tanya Lisa tak percaya.
Saat Karin duduk di samping Eky. Karin melirik Eky. Eky tak bergeming. Karin lalu menatap Lisa dan mengangguk.
"Hey! Yang benar saja. Dia mungkin minta maaf, tapi apa dia bisa dipercaya? Dia perempuan yang menakutkan rin... Apa kau lupa?" Kata Lisa benar-benar tak bisa menerima ini.
"Kita lihat saja dulu." Kata Karin tersenyum hambar.
"Tenang saja, aku akan tetap waspada dan berhati-hati." Kata Karin membuat Lisa cukup lega.Karin kembali menatap Eky yang tak mau balas menatapnya.
"Kau masih marah padaku?" Tanya Karin pelan.
"Hmm." Jawab Eky datar.
"Apa ini?" Tanya Rio menyadari sikap keduanya.
"Kalian bertengkar?" Tanyanya justru merasa lucu. Tak menyangka dua temannya ini bisa bertengkar juga.Eky diam saja. Karin mengangguk sedih. Karin meraih tangan Eky. Menggenggam telapak tangannya. Eky Tidak menerimanya juga tidak menampiknya. Diam saja.
"Jangan lama-lama." Pinta Karin.
Rio tidak lagi tertawa, menyadari ekspresi Eky kelihatannya serius.
"Itu juga yang ingin aku katakan padamu." Jawab Eky.
Karin menatapnya tak menyangka.
"Maksudmu kau akan terus bersikap dingin padaku sampai aku mengatakan padanya?" Tanya Karin.
Eky mengangguk.
"Kurasa cukup adil." Jawabnya.Karin menghela nafas panjang nampak amat sedih.
"Jangan terlalu kejam." Keluh Karin pelan.
"Ini sangat menyakitkan." Gerutunya mengelus punggung tangan Eky yang ia genggam.Karin menatap Eky, berusaha meluluhkan hatinya. Tapi Eky balas meliriknya dingin. Diam saja. Tidak mau berubah fikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Girlfriend [END]
Fiksi Remaja- Cerita pertama saya di wattpad - Karin tiba-tiba didatangi oleh Eky cowok paling populer di sekolah yang memintanya untuk jadi pacar. Karin yang sejak awal tak tertarik langsung menolaknya. Tapi Eky punya rahasia yang membuat Karin tak punya pilih...