Rasanya baru pertama ini kulit Virgo menggigil di Jakarta. Bukankah Jakarta itu panas? Ya. Tapi tidak di pagi buta seperti ini. Pagi tetaplah pagi. Yang memiliki udara baru di pergantian hari. Udara yang masih segar dan menusuk. Atau Virgo saja yang memang sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya? Entahlah. Dia baru tinggal empat hari di sini.
Dia merapat pada dinding kaca yang menyekat kamar dengan area luar. Menatap tanpa arti rumah di seberang jalan setapak itu. Rumah si cewek hiperaktif yang entah dari apanya bisa membuat Rendra jatuh cinta. Mengingat waktu pertama kali bertemu, dia masih tak habis pikir sampai sekarang. Kenapa Rendra bisa suka spesies cewek seperti Zifa.
Pertama kali bertemu, Virgo belum tahu yang mana Zifa. Pertemuan itu berawal dari kesengajaan Zifa menjahili temannya ketika berkunjung ke rumahnya. Saat itu matahari baru naik beberapa derajat dari peraduan. Virgo yang tengah membungkuk di tepi kolam ikan taman belakang rumah dilempari buku binder kecil bersampul teddy bear. Dengan wajah datar itu Virgo mengembalikan buku tersebut pada pemiliknya. Gara-gara dipandang aneh oleh tiga orang cewek—yang lebih mengarah pada keterkaguman—dia jadi kikuk sendiri.
"Ini. Saya bukan Kak Rendra," ujarnya datar.
"Terimakasih," jawab si pemilik buku, cewek berambut kepang satu yang saat itu wajahnya sudah campur aduk. Antara marah, malu, dan tersipu. Siapa tahu cowok berkacamata itu sudah membuka-buka buku diarynya. Apalagi pengakuan kalau dia bukan Rendra.
Virgo tak menimpali. Ketika hendak berbalik, seseorang berteriak. Suaranya melengking persis seperti suara yang memanggilnya dengan nama Rendra saat dilempari buku. Pasti cewek berambut lurus dengn ujung mengombak yang usil itu.
"Tunggu!"
Virgo berbalik. Sekonyong-konyong cewek itu menarik bagian tengah frame kacamatanya. Mengambilnya begitu saja dan berlari. Kabur. Cowok yang kini matanya kelihatan sipit tanpa kacamata itu mengejar Zifa kemana-mana.
Virgo tak melenguh. Hanya terus berusaha mengambil kacamatanya sampai terengah-engah sementara cewek itu masih saja berlari sambil tertawa. Kedua temannya tak membantu sama sekali. Malah hanya mematung di tempat. Virgo berhasil meraih lengan cewek itu. Namun Zifa cuma menyeringai. Menggeleng-geleng, sesekali menjulurkan lidah seraya mengulurkan kacamata Virgo jauh-jauh.
"Lo tuh punya mulut. Lo nggak tahu jawaban terimakasih itu apa, ya? Perlu gue ajarin?"
Virgo menatap Zifa berang. Masih mencengkeram erat lengannya. Berusaha menarik tangan Zifa yang ternyata sangat kuat. Bukan, bukannya lebih kuat dari Virgo. Virgo saja yang tidak tega menyakitinya dengan menarik tangan kecil itu lebih kuat.
"Kalau lo udah bilang sama-sama ke Jihan, gue baru mau ngembaliin kacamata lo!"
Bersamaan dengan berakhirnya kalimat itu, Virgo akhirnya bisa mengulurkan tangannya lebih panjang menggayuh kacamatanya. Dia segera menjauh dari Zifa seraya memakai kacamata itu kembali.
"Sama-sama," katanya sambil melewati cewek berkepang dan cewek pendek yang gempal di sebelahnya. Wajahnya sangat dingin. Tanpa alasan berang pun, wajah Virgo memang begitu. Ketika dia diberitahu Rendra bahwa Zifa adalah cewek yang baru menjahilinya, dunia Virgo serasa berguguran.
Pintu kamar terbuka. Memudarkan senyum sinis yang entah dari kapan merekah di wajah.
"Kenapa? Dingin?" Devina muncul dari balik pintu dan melihat putra bungsunya tengah bersedekap sambil menggesek lengan di dekat partisi kaca.
Virgo mengangguk.
"Kalau gitu biar Bunda rebuskan air. Kamu nyiapin perlengkapan sekolah kamu dulu, ya!"
"Iya, Bunda."
Bukannya langsung menuruti titah sang ibu, masih saja dia menempelkan tubuh pada dinding bening itu. Wajahnya kusut mendadak, teringat perkataan ibunya. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Masa orientasi bagi siswa baru. Tapi menurut Virgo, MOPD tidaklah lebih parah dari menghampiri rumah Zifa dan berangkat bersama cewek itu. Menyebalkan! Kalau saja ini bukan keinginan Rendra, dia tak akan sudi melakukannya.
■■■
KAMU SEDANG MEMBACA
Valensi [Selesai]
Teen Fictionva·len·si /valénsi/ Kim : bilangan yg menyatakan kesanggupan bersenyawa suatu unsur dng unsur lain @@@ Punya teman dingin seperti Virgo adalah tantangan tersendiri bagi Zifa. Punya teman bengal seperti Zifa adalah mimpi buruk bagi Virgo. Disuruhnya...