Ditariknya ujung dasi biru tua itu untuk mengencangkan ikatannya pada kerah kemeja putihnya.
Hari terakhir, batinnya sambil memakai kacamata. Lantas tersenyum melihat refleksi dirinya sendiri pada cermin besar yang melekat pada almari. Lega mengingat kejadian konyol yang dialaminya selama menjalani masa orientasi satu kelompok dengan Zifa dan Dimas itu akan berakhir segera.
"Cie ... senyum-senyum sendiri." Tanpa diduga kakaknya sudah berdiri di sisi meja belajar. Cowok berperawakan kurus dan berkulit putih pucat itu meletakkan dua tas tupperware dengan raut wajah berseri.
"Buat lo sama Zifa." Rendra tersipu saat mengatakannya.
Virgo mendengus pelan. Kemarin Rendra heboh sendiri diberitahu adiknya kalau Zifa sakit perut di sekolah gara-gara belum sarapan. Bagas juga sering cerita soal Zifa yang jarang sekali sarapan. Makanya dia membuatkan bekal itu untuknya.
"Inget! Jangan bilang kalau itu dari gue, ya? Awas, lhoh, kalo sampai lo makan! Entar gue kutuk lo jadi ikan!" ancamnya tak sungguh-sungguh. Lantas meninggalkan kamar dengan kikik tawa yang tertahan.
Virgo melengos. Ah, sampai kapan dia harus berurusan dengan cewek tengil itu?
■■■
Kebanyakan orang benci menunggu. Apalagi lama-lama. Begitu juga dengan Virgo yang harus bersabar menahan marah dan khawatir karena si Nona Malas belum keluar dari sarangnya. Sudah pukul setengah tujuh. Sementara ini adalah hari terakhir dari hari-hari mengerikan bagi siswa baru yang harus apel pagi pukul tujuh kurang seperempat. Ini mah namanya cari mati!
Gerbang bergeser cepat. Virgo diam melihat penampakan di depannya. Dia hanya menatapi Zifa dengan begitu sinis, seolah hendak mencakar-cakarnya saat itu juga.
Sudah mejadi ciri khas bagi seorang Zifa memakai sweter tiap hari, bahkan mau cuacanya panas sekalipun. Dengan sepele, dimasukkannya sisa kemeja putih yang keluar ke dalam sweter begitu saja. Lalu mengikat rambutnya yang bisa dibilang masih berantakan secara sembarang. Saat menghadap ke arah Virgo pun dia cengengesan. Tak ada rasa bersalah sedikit pun.
Sekali lagi Virgo berpikir, bagaimana bisa kakaknya suka sama cewek seaneh Zifa? Dari segi mana coba, seorang Rendra melihat keistimewaan dalam diri Zifa? Dia saja dibuat mati-matian menahan malu hanya dengan pernyataan teman sekelompok selama MOS, bahwa dia dengan Zifa kelihatan lengket karena selalu berangkat bareng. Pernyataan super enggak banget buat Virgo.
"Kalau gue mandi, kira-kira kita bakal sampai di sekolah jam berapa, ya?" cengirnya sambil menarik sepeda keluar.
Virgo menundukkan pandangan dengan perasaan jijik. Berarti Zifa tidak sempat mandi, dong?
"Nggak usah dipikirlah, Vir. Cewek macem gue mah tetep cantik meski nggak mandi," ujarnya congkak.
Cowok berkacamata itu cuma bisa geleng kepala menanggapinya. Tak percaya kalau ternyata ada spesies cewek semacam Zifa dengan sedemikian banyak sifat miringnya. Kemudian keduanya beriringan dengan sepeda masing-masing menuju sekolah baru mereka.
Pertigaan dipadati kendaraan yang tiada henti berlalu lalang. Menyulitkan orang-orang yang hendak menyeberang. Terutama bagi anak-anak SD yang masih polos dan terus terkatung-katung di tepi aspal. Mereka mengernyit kesal, seolah menyuruh kendaraan itu berhenti dan mempersilakan mereka menyela semenit saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Valensi [Selesai]
Teen Fictionva·len·si /valénsi/ Kim : bilangan yg menyatakan kesanggupan bersenyawa suatu unsur dng unsur lain @@@ Punya teman dingin seperti Virgo adalah tantangan tersendiri bagi Zifa. Punya teman bengal seperti Zifa adalah mimpi buruk bagi Virgo. Disuruhnya...