Undeka

259 21 0
                                    

Dimas berjalan menunduk melewati koridor kelas-kelas yang begitu ramai oleh karena banyak yang hendak keluar menuju lapangan upacara. Di sampingnya ada Zifa yang berjalan dengan cerianya seraya menyapa seluruh anak.

Anak-anak di sekitar tengah sibuk dengan ponselnya. Mungkin melihat twitter atau facebook milik bu Dani. Karena mereka tengah heboh dengan salah satu foto yang mungkin terekspos di dalamnya. Foto bersama dengan anak-anak yang mewakili kompetisi matematika kemarin, hari Minggu.

Mereka semua sibuk membicarakan Surya-cowok tingkat tiga-dan Virgo. Dimas heran kenapa mereka tak mengusik dirinya sama sekali. Apa karena cuma mendapatkan peringkat tiga?

"Hai, Virgo!"

"Virgo, selamat ya!"

Suara-suara itu terlantun di belakang sana. Dimas menengok sebentar.

Cowok berkacamata itu tengah menjadi artis dadakan yang dikerumuni netizen-netizen sekolah. Namun tampaknya suasana itu tak Virgo sukai sama sekali. Dia berkali-kali berkelit dari anak yang ingin mendekat. Menghindar ketika diajak bersalaman dan foto bareng. Dan tersenyum tawar ketika diberi selamat. Galih yang menemaninya yang justru sedang menunjuk diri seolah bilang, "Bren nggak suka diajak foto. Foto sama gue aja!

Uh, sombong banget si brewok!

Dimas menunduk lagi menyembunyikan wajah suramnya. Melihat hal itu hanya membuat emosinya melonjak. Iri membuatnya merasa kecil.

"Hai, Dimas!" Jihan tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Di sampingnya si gendut Winda tersenyum sambil melambaikan tangan. "Ih, kok cemberut mulu, sih? Semangat dong! Udah dapet juara tiga juga! Nanti lo bisa ke klub jurnalistik, kan? Kami mau mewawancarai lo dan Virgo."

"Enggak! Wawancarain aja tuh si brewok!" ketus Dimas yang langsung melangkahkan kaki meninggalkan Zifa dan Jihan.

Winda mengerutkan kening. "Emang Virgo sekarang brewokan, Fa?!" tanyanya dengan nada kecewa. Kecewa membayangkan wajah tampan cowok itu tertutupi cambang tipis.

Jihan sendiri menyeringai risih. Euh! Kak Rendra aja enggak, masa adiknya jenggotan sih?

Zifa terkekeh. "Udah ah. Dimas lagi butuh motivasi. Dah!"

"Ih, ih ..., Virgo beneran ...?" Jihan masih mematung sambil memegangi dagunya.

Mendengar anak-anak mengelu-elukan nama Virgo di belakang, Winda pun menyeret Jihan berlari ke sana. "Ayo, Han!" Membuktikannya sendiri.

"Let's say cheese!"

"Cheese!" Zifa bergaya dengan wajah konyol sementara Dimas melengos.

"Aduh, flashnya lupa nggak dimatiin!" rutuk Dika sambil mengotak-atik kameranya. "Lhoh, Shawn Mendesnya tumben nggak nyengir?"

Dimas terus berjalan tanpa menanggapi Dika sedikit pun.

"Dimas lagi bete'. Duluan ya, Kak!" Zifa berlari mengejar sahabatnya.

Mereka tiba di lapangan upacara yang sudah mulai ramai. Dimas berdiri di baris pojok depan di mana ada beberapa kakak kelas yang tengah berseliweran di depannya. Dari pada ikut berbaris dengan temannya yang lain, membakar hati dengan melihat Virgo dikagumi banyak anak, lebih baik di depan kakak kelasnya yang tak mengenalinya.

"Hai, Zifa! Dan ...?" Ori menaikkan alis meminta diberitahu nama cowok di sebelah Zifa. Sepertinya Dimas merasa terkenal sehingga belum memasang nametagnya.

"Dimas, Ri!" jawab cowok dengan tubuh tinggi berisi di sebelah Ori. Menurut nametag, namanya Riko Hardian A. Tapi anak-anak OSIS memanggilnya Elo. Cowok yang menegur Zifa di tengah lapangan upacara dan saat dia terlambat masuk waktu mos.

Valensi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang