n/m = namamu
***
Matahari jam 7 pagi menembus kelopak mata Taeil, memaksanya untuk bangun dari kasur nyamannya. Sesaat, ia perlu waktu untuk duduk dan mengumpulkan kesadaran, setelah semalaman penuh sibuk berkutat dengan tugas kuliah hingga pukul 2 pagi. Tak lama, tangannya meraih ponsel yang tergeletak di samping bantalnya. Taeil tersenyum ketika pesan darimu muncul beruntun.
Hei, Tael, kamu sedang apa? Aku ingin mengatakan sesuatu.
Tael, balas pesanku.
Tael!!!
HEI MOON TAEIL!!
Balas atau kublokir nomormu selamanya.
Oke, kublokir dalam hitungan ketiga.
Tiga.
Dua.
Satu setengah.
Satu seperempat.
TAEIL OPPA~
Illie, Illie, Illie ....
Baik, tidak usah balas. Aku menyerah. Jaga hidungmu itu baik-baik. Besok akan kupukul.
Taeil tertawa kecil membaca pesan-pesan itu. Kamu kelihatan tidak sabar sama sekali. Padahal, Taeil sudah bilang padamu kalau malam kemarin adalah malam deadline tugasnya. Jadi, Taeil tidak akan membalas pesanmu.
Kamu tidak bisa memblokir nomorku juga. Ya, kan?
Dalam sedetik, kamu membalas pesan Taeil.
Hei, Kakek Kecil ~ Kamu pasti ketiduran kemarin.
Kenapa kamu menyebalkan? Aku sampai tidur jam 2 untuk menunggu balasanmu.
Aku kan sudah bilang, aku mengejar deadline. Kenapa kamu pelupa?
Tinggal balas apa susahnya, sih?
Masa bodoh, lah. Setelah ini, bertemu di depan perpustakaan? Oke?
K.
Taeil cepat-cepat bersiap, dan berangkat ke kampus untuk menemuimu. Taeil berjalan kaki dari rumah, karena rumahnya hanya berjarak 10 menit dari kampus. Tidak disangka, kamu sudah ada di sana menunggu Taeil.
"Kenapa kamu tidak membalas pesanku kemarin, Kakek?" Kamu langsung menanyai Taeil dengan muka sadis.
Taeil merengut. Ia tidak suka dipanggil kakek. "Jangan panggil aku kakek. Aku masih muda. Lihat ini," katanya sambil melakukan squat jump.
Tingkah Taeil membuatmu tertawa. "Tapi, serius. Kenapa kamu tidak membalas pesanku?"
Embusan napas Taeil terdengar lelah. "Aku sudah bilang padamu kemarin. Bahkan kuhitung. Aku sudah bilang padamu enam kali. Aku mau menyelesaikan tugasku. Deadline-nya kemarin."
Kamu juga mengembuskan napas. "Tapi tidak mungkin sesibuk itu sampai tidak membalas pesanku. Padahal, aku ingin cerita. Aku jadi tidak ingin menceritakannya."
"Oke, oke, terserah, kamu selalu benar," gerutu Taeil sambil mengusap wajahnya. "Lalu, kamu benar-benar tidak ingin cerita?"
Kamu menatap wajah menyebalkan Taeil, menimbang. "Aish, baiklah. Dengarkan baik-baik," katamu, wajahmu berubah cerah. "Kamu tahu? Kemarin–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.