Pagi ini, kamu bangun pukul 10. Itu karena alarmmu yang rusak dan tidak berbunyi. Padahal, kamu harus masuk kelas pukul setengah 11.
Maka, di pagi yang tidak pagi-pagi amat itu, kamu mempercepat semua yang kamu lakukan. Kamu biasa mencuci rambut saat mandi pagi, dan kali ini kamu terpaksa tidak melakukannya. Kamu hanya sekilas menggosok badan, menggosok gigi, dan mencuci muka. Sudah. Kamu juga tidak berdandan. Lalu, kamu langsung berlari dari rumahmu menuju kampus yang jaraknya sepuluh menit. Plus, kamu harus terjatuh empat kali sampai akhirnya sampai di kampusmu.
Yap, kamu terlambat. Dosenmu sekarang adalah dosen galak. Toleransi keterlambatan yang ia akui hanya sepuluh menit. Dan kamu terlambat tiga puluh menit.
Baik. Kamu tidak diizinkan masuk kelas, padahal kamu sudah berlari sekencang yang kamu bisa dari rumah, dan harus terjatuh empat kali. Mari kita ulang, empat kali. Kamu juga menyadari betapa buruknya penampilanmu. Sepatu cokelatmu kotor terciprat lumpur waktu terjatuh tadi. Celana panjangmu juga tidak bisa terhindar dari itu. Wajahmu penuh keringat. Rambutmu berantakan ke sana kemari. Kamu sudah seperti nenek lampir saja.
Setelah berusaha memperbaiki rupamu di kamar mandi, kamu memutuskan untuk pergi ke kantin. Kamu memesan makanan dalam porsimu yang biasa; nasi tiga sendok, lauk tiga macam, kerupuk tiga buah, dan sayur dengan kuah setengah piring. Begitu kamu akan membayar, kamu sadar kalau kamu tidak membawa dompet. Kamu panik sejadi-jadinya. Kamu tidak punya teman yang uangnya bisa kamu pinjam, karena semua teman-temanmu sedang di kelas. Kamu tidak mungkin berutang pada si ibu kantin, karena si ibu kantin terang-terangan menulis di gerainya dengan huruf besar, "TIDAK MENERIMA UTANG". Ibu kantin rupanya tidak percaya akan adanya utang-utangan.
Tapi, mari kita coba.
"Bu, saya lupa tidak membawa dompet. Saya tidak bisa membayar. Apa boleh saya berutang dulu, Bu?" Kamu memutuskan bertanya dengan takut-takut.
"Apa?" tanya ibu kantin, tidak mendengarmu.
Kamu berdeham untuk menghilangkan takut. Ibu ini, menjawab satu kata saja sudah kelihatan galaknya. "Um, dompet saya ketinggalan, Bu. Boleh saya berutang dulu?"
Jawaban ibu kantin sebaiknya tidak kamu ingat-ingat lagi saking menyakitkannya. Pada intinya, kamu tidak boleh berutang. Sebagai ganti bayaran, kamu disuruh untuk bekerja padanya selama dua jam. Tanpa dibayar, tentu saja. Padahal, di jam 12, kamu sudah harus masuk kelas.
Lelah menderamu, karena ibu kantin membiarkan pekerjanya yang lain untuk istirahat. Kamu dipaksa untuk melakukan pekerjaan 3 orang dalam satu waktu. Dan itu kamu lakukan hanya karena kamu tidak bisa membayar sepiring nasi (tapi isi piringnya seperti memuat porsi 3 orang). Kamu tidak berani membantah karena kamu sadar kalau yang kamu hadapi adalah ibu-ibu. Ibu-ibu punya kekuatan yang tidak boleh diremehkan.
Pekerjaanmu selesai pada pukul 1. Baik, kamu terlambat lagi. Kali ini, satu jam. Dosenmu sudah pasti tidak sudi mengizinkanmu masuk.
Dengan lemas, kamu duduk di kursi taman kampus. Kamu menyadari ketidakfaedahanmu pergi ke kampus hari ini. Kamu sama sekali tidak kuliah, tetapi kamu malah diperbudak dengan kejam. Kamu heran, mengapa rasanya seluruh kesialanmu jatuh di hari ini? Apa saja dosa yang telah kamu lakukan selama ini?
Kamu melamunkan satu kehidupanmu dan terkejut ketika burung sialan lewat di atas kepalamu, dan menjatuhkan sebuah barang yang berharga di sana.
Ouch.
Tidak bisa menahan lagi, akhirnya kamu berteriak. "MENGAPA AKU SIAL SEKALI HARI INI?!?!"
Teriakan itu rupanya mengundang seseorang, karena kamu merasakan tangkupan tangan yang menutupi matamu. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena orang itu langsung melepas tangkupan tangannya sambil berkata, "Uh, bau apa ini?"
Kamu berbalik dan menyadari bahwa orang itu adalah pacarmu, Yuta.
"Astaga, kenapa kamu bau sekali? Kamu belum mandi, ya?" protesnya.
Kamu bisa merasakan asap-asap keluar dari kepalamu. Entah kenapa, kedatangan Yuta membuat harimu semakin buruk. Padahal, Yuta biasa membuat harimu menjadi hari terbaik.
"Hei, ada apa denganmu?" tanya Yuta ketika kamu tidak menyahut apa-apa. Yuta sepertinya menyadari betapa mengerikannya ekspresimu karena ia bergidik kecil. Lucu juga melihat seorang Yuta ketakutan.
"Hei, n/m, serius. Kamu juga tidak kelihatan di kelas hari ini."
"AKU BENCI HARI INI!"
Yuta sedikit terjengkang ke belakang ketika kamu tiba-tiba berteriak. "K-kenapa? Apa yang salah–"
"TIDAK APA-APA!" sambarmu, lalu pergi meninggalkan Yuta.
Yuta sekali lagi terkejut, lalu bengong di tempatnya. "Kenapa dia berubah jadi monster begitu?" gumam Yuta dengan heran.
***
Kamu sudah kembali ke rumah, dan menyadari kalau selama kamu berada di kampus, kamu tidak membawa ponsel. Ketika kamu mengecek ponselmu, ada 10 panggilan tidak terjawab dari Yuta, juga 10 pesan dari Yuta.
Ohayo, bebe~
Wah, pasti belum bangun
BANGUN!!!
KENAPA KAMU BELUM TERLIHAT DI KAMPUS?!?!?!
SUDAH PUKUL 10!!!!
HEIII!!
DOSEN MENCARIMU!!
ASTAGA N/M KENAPA KAMU TIDAK MENJAWAB TELEPONKU
Apa aku berbuat salah?
Maafkan aku kalau begitu
Kamu tersenyum tipis membacanya. Ah, Yuta, tipikal mahasiswa yang rajin dan patut dibanggakan. Kepanikannya terasa sangat imut bagimu. Apa mungkin dia tidak pernah menghadapi perempuan yang sedang mengalami hari buruk?
Kamu sedang membalas pesan Yuta ketika kamu mendengar bel rumahmu berbunyi. Kamu membuka pintu, dan di sanalah Yuta.
Yuta muncul dengan senyum terimut yang pernah kamu lihat darinya; campuran dari rasa takut dan canggung. Di tangan kanannya, tersampir sebuah kantung plastik ukuran besar, sementara tangan kirinya memegang sebuah boneka beruang merah muda yang lumayan besar.
Kamu bengong melihat itu semua, dan kamu hampir menjatuhkan semua itu ketika Yuta menyerahkannya padamu. Kamu mengecek isi si plastik hitam, dan ternyata di sana penuh terisi dengan cokelat dan makanan ringan favoritmu. "Itu semua untukmu," kata Yuta, masih dengan ketakutan.
"Astaga, apa-apaan ini?"
Yuta menelan ludah. "I-itu hadiah. Untukmu," jawabnya.
Kamu menggeleng cepat-cepat. "Maksudku, kenapa kamu repot-repot? Ini keren sekali!"
"Wah, benarkah?" Ketakutan Yuta sedikit pudar ketika melihatmu tersenyum.
"Kurasa hari ini tidak ada yang spesial. Atau aku yang lupa?"
Senyum imut Yuta muncul lagi di wajahnya. "Memang tidak ada. Aku hanya ingin memberimu hadiah, karena sepertinya, kamu sedang ... aneh," kata Yuta dengan suara yang semakin mengecil.
Kamu tertawa melihat keimutan Yuta. "Astaga, kenapa kamu sangat menggemaskan? Terima kasih banyak, Yuta," katamu.
Yuta mengembuskan napas. Ia lega. "Akhirnya kamu kembali seperti kamu yang biasanya. Kamu sangat menakutkan tadi, kamu tahu?"
Kamu tertawa lagi, lebih kencang. Rupanya, kamu ingin mendapatkan bad mood setiap hari, agar kamu bisa melihat keimutan Yuta yang ketakutan padamu dan juga bisa mendapat makanan favoritmu secara gratis.
Ah, hari terburukmu saja bisa jadi yang terbaik karena Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.