Kamu dan Chenle duduk bermalas-malasan di sofa. Hari ini akhir pekan, sudah malam, dan sedang hujan. Rencana kalian untuk berkencan ke bioskop jadi terancam gagal.
"Kenapa harus hujan?" keluhmu pada Chenle.
"Mana aku tahu? Kamu kira, aku ini pawang hujan?" sahut Chenle.
Kamu mengembuskan napas. "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah kita menunggu sampai hujannya reda?"
"Entahlah. Aku jadi mengantuk," kata Chenle sambil meletakkan kepalanya di bahumu.
Kamu merasa risih, karena rambut Chenle terasa menggelitik lehermu. Bukannya apa, lehermu sensitif. "Hentikan," protesmu sambil mendorong kepala Chenle untuk menjauh.
Chenle menarik kepalanya, lalu merengut. "Kamu jahat padaku."
Kamu tertawa ketika melirik Chenle. Dia kelihatan sangat imut, seperti anak dua tahun yang marah karena tidak diberi permen. Menyadari itu, kamu mendekat pada Chenle, lalu memeluk lengannya seperti koala memeluk pohon eucalyptus.
"Astaga, anak kecil ini sedang marah. Imutnya~" katamu sambil menusuk-nusuk pipi tembam Chenle dengan jarimu.
Chenle memasang wajah datar. "Hentikan, kamu membuatku jijik."
Protes Chenle tidak menghentikanmu. Kamu malah memeluk badannya seerat mungkin, lalu menggelitiki pinggangnya sampai dia tertawa keras dalam suara ultrasonik khasnya. Setelah menemukan celah untuk menyerang balik, Chenle gantian menggelitikimu, dan kamu pun berteriak-teriak memintanya untuk berhenti.
Kalian berhenti setelah sama-sama lelah tertawa. "Wah, kita tidak ada bedanya dengan anak lima tahun," ujar Chenle.
"Kenapa? Kamu, kan, memang lima tahun."
Chenle menyentil dahimu dengan gemas, karena dia benci dianggap seperti anak kecil. "Aku tujuh belas, kamu tahu?" katanya dengan nada kesal.
Hening kemudian tercipta di antara kalian. Kalian masih tidak tahu apa yang harus dilakukan, sementara hujan di luar semakin deras, juga terdengar petir menyambar-nyambar.
"Sepertinya, kencan kita hari ini gagal, Chenle," ujarmu dengan malas.
Chenle menghela napas kesal. "Oh, baiklah. Kenapa kita tidak menonton film di sini saja?"
Akhirnya, ide bagus muncul. Kalian mengatur keadaan ruang televisimu seperti bioskop. Lampu Chenle matikan, televisi Chenle sambungkan pada speaker, dan kamu mengambil makanan ringan dari kulkas sebanyak mungkin.
"Oke, film apa yang kita tonton?" tanya Chenle.
"Zootopia!"
Chenle menoleh padamu dengan wajah datar, lagi. "Sekarang, siapa yang umurnya lima tahun?"
"Tapi Zootopia seru! Kita juga belum pernah melihatnya bersama-sama."
"Tidak, tidak mau."
"Ayolah~"
"Kita menonton Avengers saja."
Kamu memukul bahu Chenle dengan keras. "Kita sudah menontonnya sepuluh kali!"
"Aduh, baiklah," gerutu Chenle sambil mengusap bahunya yang panas. "Terserah padamu. Pokoknya, aku tidak mau film anak-anak."
"Chenle, Zootopia bukan film anak-anak!"
Chenle menghela napas lagi. "Oke, oke, baiklah," katanya menyerah, dan Zootopia pun dimainkan.
Kamu hampir tidak bisa diam sepanjang Zootopia berlangsung. Kamu ikut bernyanyi dan menari ketika Try Everything bermain, kamu gemas sendiri ketika Judy Hopps dan Nick Wilde bertingkah lucu, dan kamu marah-marah ketika tokoh-tokoh menyebalkan mulai melakukan aksi jahat. Kamu bahkan memukul-mukul Chenle saking gemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.