Mark - Haruskah Aku?

320 24 3
                                    

Bertaruh di depan pelataran gedung berlantai tiga itu adalah kamu. Bahan sabungmu sederhana, juga tidak melibatkan uang sepeser pun, tetapi hatimu tetap resah dan gelisah. Kamu harus menghubungi orang ini, atau tidak.

Dia yang kamu maksud adalah seorang laki-laki, yang baru dua hari lalu resmi jadi pacarmu. Namanya Mark Lee.

"Belum pulang?"

Seorang teman yang baru saja keluar dari kantor melayangkan pertanyaan itu padamu. Kamu hanya menggeleng sambil tersenyum sebagai jawaban.

"Oh, kalau begitu, aku duluan, ya. Hai, Hen."

Sapaan terakhir itu bukan untukmu, melainkan untuk pacarnya yang juga menunggu sepertimu di depan gedung ini sejak tadi. Kemudian, dengan tangan berangkulan, mereka melenggang pulang bersama-sama.

Pemandangan itu menambah resah. Dari yang kamu tahu, meminta tolong kepada pacar adalah hal lumrah. Semua orang bisa memakluminya. Namun, mengapa dirimu tidak merasakan kebenarannya?

Tanganmu tetap menggenggam ponsel. Layarnya menunjukkan ruang chat Whatsapp Mark Lee, yang sudah mati nyala berulang kali. Di jam-jam ini, sebagai pekerja kantoran, seharusnya dia sudah selesai dengan pekerjaannya, dan membuatnya lowong tanpa tugas. Perjalanan kemari dari kantornya tidak butuh waktu lama, apalagi jalur pulang kalian satu arah, sehingga permintaan tolong untuk pulang bersama dengan mobil hitam Mark sebenarnya tidak seburuk itu.

Kamu memandangi layar lebih lama. Akhirnya, kamu menutup aplikasi Whatsapp, lanjut membuka aplikasi pemesanan taksi online.

***

"Halo? Kamu sudah pulang, ya?"

Sapaan Mark dibunyikan oleh pengeras suara ponselmu, lima menit setelah taksi pesananmu datang dan mengangkutmu. "Sudah, aku sedang di jalan."

"Dengan siapa kamu pulang?"

"Taksi."

"Apa? Taksi lagi?"

"Ya, kenapa?"

Terdengar hela napas dari seberang sana. "Baiklah. Hati-hati, ya."

"Oke."

Kemudian, telepon diakhiri. Tidak ada yang menarik perhatianmu setelahnya, jadi kamu memandangi jalanan tanpa memperhatikan. Sampai lima belas menit kemudian, taksi berhenti, dan akhirnya ada sesuatu yang bisa dijadikan fokus mendalam bagimu.

Ruang kosong di depan rumahmu tidak biasanya terisi kendaraan, sehingga kehadiran sebuah mobil hitam menjadi cukup janggal. Jok pengemudi tidak diduduki siapa-siapa, sebab ia sedang bersandar di sisi kanan mobil itu. Mark.

Kamu turun dari taksi dengan ragu, tidak yakin bagaimana harus menyambutnya. Sebelum ini, Mark selalu memberitahu saat berniat menemuimu. Kemunculannya yang tanpa aba-aba kali ini membuatmu tidak siap, sama sekali.

Untung saja Mark memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik, terlihat dari senyumnya yang mengembang dan matanya yang berbinar. Satu tangannya lalu bergerak ke wajahmu, mengusap sisinya lembut.

"Hai. Sudah pulang, ya?" katanya juga.

Gestur itu singkat, tetapi meninggalkan efek yang dahsyat. Alhasil, tubuhmu membeku.

"Are you okay?" Mark yang menyadarinya bertanya.

Kali pertama memang ajaib. Kalau dihitung, ini adalah pertama kali kalian bertemu muka dengan status baru. Maka, apa yang terjadi tadi juga adalah yang pertama kalinya. Kamu ingin mengatakan semua itu, tetapi yang berhasil keluar dari mulutmu hanyalah, "Eh, yeah, I'm good."

Beberapa saat berlalu, sampai Mark berkata, "Kamu tidak akan membuka pintu rumahmu dan masuk?"

"Eh, sorry," ujarmu setengah berbisik. Tanganmu merogoh anak kunci di dalam tas, lantas memutarnya pada lubang kunci. Pintu rumah terbuka, dan kamu pun melangkah masuk.

Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang