Hari ini adalah hari pertama setelah satu semestermu berlalu. Matahari bersinar cerah, seakan tahu isi hatimu. Yah, segalanya terasa ringan, karena kamu akan terbebas dari segala tetek bengek hal akademis yang menguras pikiran; setidaknya sampai sebulan ke depan. Akhirnya kamu bisa melakukan apa pun dalam daftar kegiatanmu nanti, seperti bangun siang, marathon serial televisi, membaca novel, menonton film––ah, pokoknya semua yang menyenangkan.
Tapi ada sesuatu yang cukup menyebalkan. Berakhirnya semester juga berarti pelaksanaan pesta temu angkatan setiap pergantian tahun pelajaran––yang omong-omong akan dilakukan besok. Memang itu pesta dan sedikit mirip dengan prom night, tapi itu adalah masalah besar untuk siswa-siswi di sekolahmu. Di sanalah siapa pun, dari angkatan mana pun, bisa memamerkan apa yang ia miliki. Karena itulah kamu tidak begitu tertarik dan bahkan tidak peduli.
Nah, hal itu menjadi menyebalkan karena semua temanmu. Mereka menyambut baik acara itu, sehingga membuatmu seperti orang terasing karena menjadi satu-satunya yang tidak peduli. Contohnya, Uli yang sekarang menggenggam tanganmu erat-erat sambil berkata antusias, "Kamu tidak akan percaya ini!"
"Apa?" sahutmu malas.
Mata Uli bersinar seakan ia sedang berhadapan dengan lampu dua puluh watt. "Chenle memintaku menjadi pasangannya!"
Oh, maksudnya Zhong Chenle? Makhluk terkaya di sekolahmu itu? Wow, itu keren. Kamu selalu menilainya sebagai anak sombong dengan teman-teman eksklusif, tapi rupanya tidak. "Oh, benarkah?"
Mendengar balasanmu yang datar, semangat Uli rupanya lenyap. "Hanya itu?"
"Apanya?"
"Reaksimu. Kenapa buruk sekali?"
"Jadi, haruskah aku melemparimu dengan kelopak bunga seperti film India? Atau memanggil pemandu sorak?"
"Ikut senanglah sedikit," sungut Uli. "Atau, kamu cemburu padaku, ya?"
Kedua matamu memelotot. Cemburu, katanya? "Apa pula? Aku tidak peduli soal begituan."
"Kenapa tidak? Itu akan sangat menyenangkan, kamu tahu?"
"Dan aku tidak peduli."
"Oh, ayolah. Ini tahun pertama kita."
"Lalu?"
"Yah, terserahlah," dengus Uli, sepertinya menyerah. "Kamu memang tidak tahu cara bersenang-senang."
Kamu pun mencibir, "Yah, terserahlah." Jadilah Uli kesal dan akhirnya berderap pergi meninggalkanmu.
Uli bukan satu-satunya yang sebal karena sikap antipatimu. Semuanya juga. Padahal kamu yang paling sebal di antara semuanya. Kamu tidak paham, kenapa acara ini begitu penting untuk semua orang? Yah, mungkin menambah kenalan dan membuat kenangan. Harusnya itu tadi yang menjadi tujuan utama dari pesta itu. Tapi semua orang mungkin tidak mengerti itu, dan malah menjadikannya sebagai saat dan tempat yang tepat untuk pamer. Buang-buang waktu saja. Aih, kenapa dari kumpulan manusia-manusia ini tidak ada yang berpikiran begitu?
"Hei."
Kamu menoleh, dan menemukan seorang Huang Renjun yang berwajah cerah duduk di sebelahmu. "Oh, hai," balasmu sekenanya.
"Bagaimana kabarmu?"
Ah, basa-basi. Tidakkah dia tahu kalau itulah salah satu hal yang paling kamu benci? Tapi mungkin Renjun tidak bermaksud begitu, karena kalian tidak pernah bertemu selama satu semester belakangan. Wajar saja kalau dia ingin tahu kabarmu.
Oh.
OH.
Tersadarlah kamu akan hal itu, sehingga kamu pun terkejut sejadi-jadinya. "Ya, Tuhan! Huang Renjuuun!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.