"Hei, n/m!"
Kamu menoleh pada seseorang yang menyapamu. Oh, ternyata Hyunjae. "Oi, Hyunjae!"
"Selamat pagi, n/m!"
Kamu menoleh lagi, dan di sanalah Mina, melambai padamu dengan senyum cantiknya. "Halo, cantik!"
"Oi, n/m!"
Sekali lagi, kamu menoleh. "Mark Lee! Let's get it!" balasmu sambil membentuk salam metal padanya.
Sepanjang jalan dari depan sekolah sampai di depan kelasmu, kamu sudah disapa sekitar sepuluh orang. Yah, bukannya sok, tapi kamu memang populer. Bukan populer sebagai anak pintar, anak atletis, atau anak kaya; kamu terkenal sebagai siswa paling rusuh, berisik, cerewet, dan ceria.
Bagaimana, ya? Kamu tidak merasa kalau kamu semenyenangkan itu. Tapi, teman-temanmu bilang kalau kamu adalah mood maker. Semuanya jadi berwarna kalau ada kamu. Bahkan, waktu kamu sakit pun kamu tetap dipaksa masuk oleh teman-temanmu. Dunia tidak lagi sama ketika kamu tidak ada, kata teman-temanmu.
Padahal, menurutmu, banyak orang lain yang lebih pantas disebut menyenangkan. Contohnya, orang yang sekarang duduk di sebelah bangkumu.
"Caseu Caseu!"
Lucas, orang yang kamu maksud, menoleh padamu dari ponselnya, dan tersenyum lebar. "My friend! Si ubur-ubur!" sapanya balik sambil mengajakmu tos.
Kamu tidak membalas tosnya, tapi kamu malah menjitak kepalanya. "Kemarin Ultraman. Kenapa sekarang ubur-ubur?"
"Oh. Jadi kamu lebih suka Ultraman? Tapi ubur-ubur kan lebih lucu."
Tanganmu bergerak memukul pundak Lucas, tapi malah tanganmu yang kesakitan. "Lucu dari mana, sih? Terus, kenapa bahumu keras sekali? Apa kamu makan batu? Oh, bukan, makananmu semen, kan?"
"Aku sedang suka ubur-ubur, makanya aku tahan sakit. Me jadi punya seterum," katanya, lalu menirukan suara listrik dengan tidak jelas.
Kamu membentuk ekspresi paling absurd di wajahmu. "Heih, aku tidak paham lagi," katamu menyerah.
"I don't care, man," sahut Lucas acuh, lalu kembali pada ponselnya tanpa memperhatikanmu lagi.
Nah, kan? Sudah kelihatan belum gilanya? Bicara saja sok memakai bahasa Inggris, padahal nilai bahasa Inggrisnya tidak pernah di atas lima.
Omong-omong, kalau kamu bisa menilai keabsurdan Lucas dalam level satu sampai sepuluh, dia ada di level dua puluh. Keabsurdan yang dia miliki membuatnya super duper menyenangkan, tapi juga super duper menyebalkan.
Pernah suatu waktu, ketika kelas hening karena sedang ujian, Lucas tiba-tiba menggeliat-geliat sendiri di kursinya. Kamu berbisik keras, "Woi, Lucas! Ada apa denganmu? Kenapa kamu dangdutan?"
Dia tidak berhenti, malah semakin semangat menggeliat sambil mengipasi dirinya sendiri dengan tangan. "Aduh, ini. My anu gatal," balasnya, bingung harus bagaimana.
Kamu langsung bergidik dan kembali fokus pada ujianmu. Gatal sih gatal, tapi buat apa menggeliat-geliat seperti ulat bulu begitu?
Lain waktu, kamu dan Lucas mendapati teman kalian, Yeri, menangis karena nilai ujiannya jelek. Kamu langsung menenangkannya, "Tidak apa-apa, Yeri. Nilaimu masih lebih bagus dari yang lain, kan?" katamu sambil memeluknya.
Lucas ingin ikut-ikutan memeluk, tapi segera kamu cegah dengan tendanganmu di bokongnya.
"Duh. Padahal pelukanku paling nyaman, aman, hangat, dan terpercaya." Lucas jadi manyun.
Kamu memasang muka ingin muntah, tapi Yeri tertawa.
"Apa yang lucu, sih, Yeri?" protesmu kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.