Johnny

1.7K 172 9
                                    

Entah sudah keberapa kalinya kamu menguap lebar. Hari ini adalah hari yang panjang untukmu, karena kamu harus mengikuti berbagai macam kegiatan kampus yang, puji Tuhan, melelahkan sekali. Tidak ada waktu untuk istirahat sejak pagi tadi. Sekarang, jam tanganmu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan kamu tidak ingat kapan lagi kamu pernah merindukan kasurmu seperti ini.

Gain, temanmu, tiba-tiba menepuk pundakmu dan membuatmu terkejut. Gain jadi tertawa melihat reaksimu. "Hei! Kamu mengantuk, ya?"

"Parah. Aku hanya ingin pulang dan tidur, demi Tuhan," jawabmu sambil mengerang.

Gain mengangguk, barangkali merasakan hal yang sama. "Sebentar lagi kakakku sampai. Ingin pulang bersama kami saja?" tawar Gain.

Kamu hampir menerima ajakan Gain, tapi untungnya kamu teringat pada Johnny yang berjanji mau menjemputmu. "Tidak usah, Johnny sudah di jalan," katamu pada akhirnya.

"Johnny? Siapa itu?"

"Pacarku," jawabmu malas.

Mata Gain membulat. "HAH?! Sejak kapan kamu punya pacar?!" serunya sambil memukul tanganmu keras-keras.

Oh, ya, Gain belum tahu, bahkan sebagian besar temanmu juga. Johnny resmi menjadi pacarmu tiga hari yang lalu, dan kamu masih terlalu gembira untuk menceritakannya pada siapa pun. Gain sebenarnya adalah orang yang tepat untuk menjadi saksi pertama ceritamu dengan Johnny, karena dia adalah salah satu teman terdekatmu. Kamu selalu mencari Gain ketika kamu punya sesuatu untuk diceritakan, begitu pula sebaliknya. Tapi sekarang, kondisimu yang super mengantuk membuatmu hilang minat untuk menjelaskan, dan berbuah pada jawaban singkat, "Yah, begitulah."

"Jahat! Kenapa kamu tidak pernah cerita padaku? Dia dari mana? Apakah satu kampus dengan kita? Apakah dia––"

Rentetan pertanyaan heboh Gain terpotong oleh gerungan mesin yang berasal dari mobil hitam di depan kalian. Sebentar kemudian, laki-laki tinggi berpakaian serba hitam keluar dari sana dengan memasang senyum. Kamu ikut tersenyum karena itu Johnny. Akhirnya pacarmu sampai juga.

"Aku pulang dulu, Gain," pamitmu pada Gain yang sekarang bengong, entah kenapa.

"Oh––iya, IYA! Hati-hati di jalan!" sahut Gain terbata-bata.

Tepat saat kamu akan masuk ke mobil Johnny, Gain berteriak, "Jangan lupa, besok siap pukul enam!"

Kamu hanya mengacungkan jempolmu ke atas. Ya, ya, kamu tidak akan terlambat besok. Tidak perlu diingatkan.

Johnny menyusul masuk ke jok pengemudi. "Tadi itu siapa?" tanyanya.

"Temanku, Ga––" Kalimatmu terpotong karena sekali lagi, kamu menguap lebar. "Maaf, aku mengantuk parah," katamu pada Johnny.

Johnny tersenyum maklum. "Aku tahu kamu lelah. Tidur saja, rumahmu jauh."

Sesegera mungkin setelah kamu mendengar kalimat Johnny barusan, kamu memosisikan dirimu untuk bisa tidur dengan nyaman sepanjang perjalanan sampai di rumah. Hal terakhir yang kamu dengar adalah Johnny yang berkata lembut sambil mengusap rambutmu, "Selamat tidur."

Seharusnya itu membuat hatimu meleleh, tapi kamu tidak bisa merasakannya, karena kamu sudah terlalu ingin menyeberang ke alam mimpi.

***

"Hai. Tidurmu nyenyak sekali."

Kamu menoleh pada Johnny yang fokus menyetir, lalu meregangkan badanmu sambil menguap. "Sudah berapa lama aku tidur?" tanyamu setengah sadar.

"Seratus tahun, mungkin? Kamu tidak lihat rambutku sudah memutih?"

Kamu memasang muka datar. Johnny benar-benar tidak lucu. "Apa, sih," sahutmu malas.

Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang