Siang hari ini terasa sangat panas, padahal Ten sudah berjanji untuk mengajakmu jalan-jalan. Apakah dia akan membatalkannya?
Ten, hari ini panas sekali, kan?
Apa kita tetap jalan-jalan?
Ada selang waktu lima menit sampai Ten membalas pesanmu.
OH ASTAGA AKU LUPA
Aku baru saja bangun tidur, aduh
Kamu menghela napas. Tipikal Ten memang susah disuruh bangun tidur di bawah pukul 12 siang kalau tidak ada sesuatu yang mendesak, jadi kamu tidak bisa marah-marah lagi. Tabiatnya itu sudah tidak bisa diubah-ubah.
Oh, dasar pemalas
Jadi? Apakah kita tetap jalan-jalan?
Tentu saja harus jadi!
Aku kan merindukanmu~
Kamu tersenyum saat membacanya. Kalian memang jarang bertemu, karena kesibukan kalian masing-masing. Atau lebih tepatnya, kesibukan Ten. Ia sangat sibuk mempersiapkan pementasan menarinya, sampai tidak pernah sempat menemuimu. Kamu menghitung, dan Ten sudah tidak pernah menemuimu selama tiga bulan. Kalian hanya bisa saling menelepon dan berkirim pesan selama itu.
Yap, tiga bulan. Kadang, kamu merasa keadaan kalian itu lucu. Kalian seperti menjalani hubungan jarak jauh, padahal kalian sedang berada di kota yang sama. Karena itu, kamu juga sangat merindukan Ten.
Kalau begitu, cepat bersiaplah!
Aku sudah siap dari tadi
IYA IYA
Aku akan sampai dalam 10 menit
Tunggu aku!!!
Sekali lagi, tipikal Ten. Dia sampai di depan rumahmu satu jam kemudian. Kamu ingin marah, tetapi rasa rindumu mengalahkan itu. Maka, ketika dia turun dari mobilnya dan berlari ke arahmu untuk memelukmu, kamu balas memeluknya seerat yang kamu bisa.
"Astaga, aku amat sangat merindukanmu!" seru Ten sambil mempererat pelukannya, lalu menggoyang-goyangkan tubuhmu ke kanan dan ke kiri.
Kamu tersenyum lebar. "Sepertinya, kamu bertambah tinggi, ya?" katamu.
Ten langsung melepas pelukannya. "Oh, jangan bahas tinggi badan lagi. Aku muak," keluhnya sambil memutar bola mata.
Kamu langsung tertawa keras mendengar reaksinya. Ten-mu tidak berubah. Dia masih sensitif terhadap topik tinggi badan.
"Jadi, kita pergi sekarang?" tanya Ten.
Kamu mengangguk dan mengepalkan tanganmu ke atas seperti pejuang kemerdekaan. "Ayo kita pergi~"
***
Sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan kalian, Ten bercerita panjang lebar tentang apa yang terjadi selama persiapan pementasannya. Ada kisah Taeyong, seniornya, yang harus batal tampil karena kakinya cedera seminggu sebelum pementasan. Ada Yuta, seniornya juga, yang sempat bertengkar dengan Winwin, juniornya, karena masalah shampoo rambut yang tertukar. Ada juga Jisung, junior Ten yang paling muda, yang bisa menghafal keseluruhan koreografi dalam waktu semenit latihan.
"Yah, walaupun aku juga bisa," tambah Ten saat bercerita soal Jisung.
Kamu mendengarkan Ten dengan saksama. Kamu juga memperhatikan gerak-gerik dan ekspresi wajahnya, seperti sedang mengintrogasi. Kamu melakukannya karena setelah tiga bulan mendengar suaranya hanya dari telepon, mendengar suaranya secara langsung membuatmu merasa melankolis. Kamu bahkan tidak keberatan jika sekarang pemandangan dunia tiba-tiba terpusat pada Ten saja.
Ten menyadarimu yang diam seperti batu. "Hei, ada apa?"
"Ah, tidak. Aku merasa kalau kamu bertambah keren," jawabmu asal.
"Benarkah?" sahut Ten sambil tertawa keras. "Terima kasih, omong-omong. Kamu tidak pernah memujiku."
Kamu baru menyadari kebenaran kata-katamu sendiri; Ten memang bertambah keren. Tiga bulan lalu, anak rambutnya rata menutupi dahinya secara menyamping. Sekarang, rambutnya dipotong rapi, membuat wajahnya kelihatan lebih segar. Dan lebih tampan.
Ten masih bercerita sampai kalian tiba di tempat tujuan kalian, yaitu mall. Kalian langsung memasuki tempat permainan yang kalian tuju dengan gembira, seperti dua anak kecil di akhir pekan. Kalian mencoba semua permainan – semua yang benar-benar semua, karena kalian bermain basket, bowling, menari, balap mobil, sampai menaiki carousel yang seharusnya dinaiki anak-anak; dan hampir semuanya dimenangkan oleh Ten. Yah, tidak mengherankan, mengingat tubuhnya yang memang tercipta untuk selalu bergerak, bukan seperti kamu, manusia yang hampir tidak pernah meregangkan tubuh. Dan lagi, Ten juga berhasil menangkap satu boneka beruang putih untukmu di mesin pengambil boneka.
Setelah lama sekali menghabiskan waktu di pusat permainan, hari sudah sore. Dalam rencana kalian kemarin, Ten masih ingin mengajakmu ke sebuah tempat yang katanya rahasia. Meski lelah, kamu menurutinya.
Yap, karena lelah, kamu tertidur sepanjang perjalanan, sehingga kamu benar-benar tidak tahu ke mana Ten akan membawamu. Ketika sudah sampai, Ten membangunkanmu, dan kamu tidak mengenali tempat kalian berada sekarang.
"Di mana kita?"
Ten merentangkan tangannya setelah membukakan pintumu. "Selamat datang di bukit~"
Kamu terkejut, karena ini adalah rencanamu sejak masa awal kalian berpacaran. Mungkin setahun lalu. Tapi, kalian tidak bisa mewujudkannya karena Ten yang selalu sibuk. "Wah, ini keren sekali!"
Sekaligus, kamu merasakan dinginnya udara bukit itu yang menusuk tulangmu.
Ten melihatmu sesaat, lalu tertawa kecil menyadari tubuhmu yang mengigil. Dia masuk kembali ke mobilnya, lalu memakaikanmu topi dan jaket yang sudah dia siapkan.
Setelah si topi dan jaket itu benar-benar terpakai, Ten tertawa keras. Kamu bertanya, "Kenapa?"
"Tidak apa-apa. Kamu terlihat sangat imut," katanya sambil mencubit kedua pipimu dengan gemas.
Yah, terserahlah. Topi beanie hijau terang dan jaket merah kebesaran yang kamu gunakan membuatmu terlihat seperti anak lima tahun yang sedang merayakan Natal.
Kemudian, kalian menikmati suasana sepi di bukit itu dengan duduk di tepi tebing. Meski ini bukit wisata, entah kenapa sekarang tidak ada makhluk hidup selain kalian berdua. Kamu duduk di sebelah Ten, menyandarkan kepalamu di bahunya, sambil menceritakan kehidupanmu di tiga bulan terakhir. Ten, dengan saksama, mendengarkanmu sambil membagi perhatiannya pada pemandangan kota di bawah dan wajahmu yang berbinar-binar.
Begitulah kencan kalian berlalu. Hanya menikmati kehadiran satu sama lain. Hanya mendengarkan cerita satu sama lain. Dan kamu tahu, sebagaimana Ten juga tahu, bahwa tidak ada hal yang lebih baik dari hari ini; waktu kalian bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.