Mark

2.1K 162 5
                                    

Seperti di siang-siang biasa, terik matahari menembus atap kelasmu tanpa aba-aba. Yah, memang telah jadi tugasnya untuk membuat Bumi terpapar terik, tapi entah kapan kamu bisa berdamai dengan keniscayaan itu. Kamu tidak menyukai matahari, tidak pernah satu kali pun dalam hidupmu. Apalagi panasnya. Teriknya. Tidak pernah bisa karena dia jugalah yang kurang lebih mengatur suasana hatimu. Di siang hari, kamu berubah sensitif. Segala hal yang ada di sekitarmu, semenyenangkan apa pun itu, membuatmu sebal dan kesal tidak terkira saat matahari sudah berada di puncak kepala.

Jadi, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (seperti berucap pedas tanpa dasar atau marah-marah tidak jelas), kamu selalu berdiam diri di bawah pohon rindang depan kelasmu saat jam istirahat siang. Hampir selalu sendiri, kecuali jika ada Im Jinah, sahabatmu, yang sedang tidak sibuk.

Di hari ini, Jinah berada di sampingmu, yang berarti dia sedang longgar. Jinah asyik dengan ponselnya, sedangkan kamu hanya memandangi sekelompok murid laki-laki yang bermain basket di lapangan. Terlintaslah di kepalamu, motivasi apa yang mendorong dan melatarbelakangi orang-orang itu untuk berlarian di bawah panas matahari? Apa faedahnya, selain cucuran keringat, kulit gosong, dan kepala pusing? Dan, yah, bahkan pertanyaan acak semacam itu saja sudah membuatmu frustrasi.

Sementara kamu masih mencari-cari jawaban atas rasa penasaran yang tidak penting itu, Jinah masih tetap fokus pada ponselnya, menciptakan ketiadaan komunikasi di antara kalian. Namun akhirnya, interaksi di antaramu dan Jinah dimulai dengan pekikan cemprengnya, disertai ekspresi terkejutnya yang juga khas.

"APA-APAAN INI?"

Perilaku Jinah yang ekstra itu setidaknya mengindikasikan dua hal. Pertama, grup-grup Korea kesayangannya yang menyajikan konten terbaru. Kedua, hal yang berkaitan dengan daftar laki-laki pujaan tak terbatasnya. Karena kamu sudah berubah sensitif, Jinah jadi kamu anggap sebagai gangguan, sehingga kamu menanggapi sebal dengan, "Apa, sih?!"

Jinah, yang telah terbiasa, tidak terganggu dengan kejutekanmu. Sebaliknya, dia malah menyahut dalam nada riang, "Ini, ini!"

Kamu melongok ke arah layar ponsel Jinah dengan setengah hati, dan langsung menyimpulkan bahwa, oh, ternyata alasan kedua. Itu hanya Lucas Wong, salah satu incaran hati Jinah, yang menyukai kiriman terbaru Jinah di Instagram. Walau sebenarnya, Lucas tidak tepat digambarkan dengan kesederhanan macam "hanya", karena ia sudah terlalu dipuja. Dia adalah wujud nyata dari the most wanted in school, yang biasa muncul dalam cerita fiksi remaja.

"Dan satu lagi, Lucas juga mengikutiku!"

Wow. Harusnya itu bisa jadi berita yang bagus buatmu, karena hei, Lucas bisa dibilang tidak semurah hati itu untuk mengikuti orang-orang acak. Tapi karena ini sudah mencapai siang, reaksimu hanya sebatas, "Oh, oke."

Jinah tidak mempermasalahkan itu, ia sudah sibuk sendiri dengan perasaan senangnya. Hal itu Jinah tumpahkan lewat serangkaian teriakan tertahan---yang kalau tidak terkendali sedikit saja, suaranya bakal terdengar ke halaman belakang sekolah. Beruntung Jinah memiliki kontrol yang baik, sehingga kamu yakin hanya kamu yang mampu mendengarnya sekarang.

Pemandangan Jinah yang gembira seperti itu hampir kamu temukan setiap hari, dan sumbernya adalah dua hal tadi. Kamu sudah terlalu malas untuk ikut merasa senang, sehingga kamu malah asal-asalan mengalihkan arah pandang. Ketika pandanganmu tidak sengaja mendarat di seberang lapangan, kamu menemukan sosok Lucas Wong bersama teman-temannya. Ia terlihat tersenyum kecil, dan kamu yakin Lucas mengarahkannya pada kalian. Oh, lebih tepatnya, pada Jinah.

Sebuah pemandangan yang manis dan indah, tapi giliran ponselmu yang kini minta diperhatikan. Ketika kamu mengeceknya, alangkah terkejutnya kamu melihat sebuah notifikasi Instagram.

mark.lee started following you.

Alismu terangkat. Mark Lee? Sebenarnya, kamu mengenal semua siswa yang seangkatan denganmu, termasuk pula Mark. Namun, kalian tidak pernah benar-benar mengobrol dan bahkan sekadar bertegur sapa, karena kalian tidak pernah sekelas. Jadi, kamu tidak mengerti kenapa Mark mau repot-repot membuka profil Instagram-mu, dan memutuskan untuk mengikutimu.

Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang