"Oke, selamat malam, semuanya."
Kamu mengembuskan napas lega ketika dosenmu pamit dan keluar kelas, setelah dua jam penuh bercuap-cuap. Teman-temanmu pun sama. Salah sendiri menjadi dosen yang membosankan.
Sambil mengemasi barang-barangmu ke dalam tas, kamu mengecek ponsel. Ternyata ada satu panggilan tak terjawab dari kontak bernama 'uwu' di sana.
Aduh, Kim Jungwoo. Pantas saja kamu mendengar suara ponsel berdering waktu kelas tadi; syukur saja dosenmu tidak menyadarinya. Kalau sampai terjadi, pasti ponselmu tidak akan kembali selamanya.
Kamu memutuskan untuk menelepon Jungwoo, dan dalam sepersekian detik, dia menyapa dengan nada paling cerianya.
"Halo, kekasih jiwaku! Aku sangat merindukanmu, amat sangat––"
"Heh, berapa kali harus kubilang? Jangan meneleponku saat aku ada kelas! Kamu mau ponselku disita selamanya?" Kamu memotong Jungwoo sebelum kalimat cheesy-nya yang menjijikkan selesai.
"Ei, galaknya~"
"Dasar titisan setan," dengusmu kesal.
"Bukan, aku titisan dewa. Mana ada setan yang tampan seperti aku?"
Kamu membayangkan Jungwoo yang pasti sudah memasang muka flirty-nya, dan kamu langsung mual.
"Aish, tidak tahu, lah. Pokoknya, kalau sampai kamu menelepon saat aku kelas lagi dan disita, kamu harus mengganti ponselku," katamu.
"Mohon maaf, nih. Tapi setiap ponsel punya mode silent, asal kamu tahu."
Kakimu mengentak-entak di lantai, gemas. "Lalu? Aku harus mengangkat teleponmu waktu aku kelas? Teleponmu cuma menggangguku, Jungwoo!"
Jungwoo terdiam sejenak mendengarmu yang marah. Sepertinya dia takut. "Harusnya aku yang marah, oi. Kenapa kamu lama sekali?"
"Dengar, ya, Jungwoo sayang," katamu setelah mendengus sekali lagi, menahan amarah, "satu kali kelas berdurasi selama dua jam. Aku mulai kelas pukul tujuh, dan sekarang pukul sembilan. Kamu kira kuliah itu hanya lima menit?"
"Dua jam tanpamu, kan, serasa seribu tahun tanpamu~"
Kamu menepuk jidat. Nah, dia mulai lagi. "Terserah," tukasmu, dan memutus sambungan.
Iya, semua orang menganggap Kim Jungwoo tampan dan keren dan tinggi dan imut dan idaman dan sebagainya. Kamu pun sama pada awalnya. Tapi semuanya jadi percuma, karena dia ternyata super duper menyebalkan. Dia bersikap manis dan gentle kepada semua orang, tapi ketika berhadapan denganmu, dia jadi bobrok.
Hmm, kamu mulai meragukan keputusanmu untuk menerima Jungwoo sebagai pacarmu.
***
Setelah mengobrol sebentar dengan teman-temanmu, kamu akhirnya turun dari lantai lima tempat kelasmu berada. Di depan gedung kuliahmu, matamu memicing pada satu sosok yang sepertinya familiar, walaupun ada masker yang menutupi setengah wajahnya.
Nah, benar. Sosok itu, Jungwoo, mendekat padamu, lalu merentangkan tangannya.
"Akhirnya kamu kembali padaku––"
"Stop," katamu sambil menepis kedua tangannya yang hampir melingkari tubuhmu.
Kamu melihat tatapannya yang memelas, dan kamu yakin seratus persen kalau Jungwoo sedang merengut di balik maskernya. "Aduh, sakitnya ditolak," katanya dramatis, sambil berakting sakit jantung.
"Ini kampus, kamu tahu?"
"Lalu, kenapa? Aku tidak boleh memeluk pacarku sendiri?"
"Berapa, sih, umurmu yang sebenarnya," desismu sambil memutar mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.