Kemarin, hujan mengguyurmu tepat satu jam lamanya. Hasilnya adalah hari ini. Saat kamu bangun pagi, kamu merasakan panas dingin yang tidak biasa pada tubuhmu. Kamu langsung tahu kalau kamu demam. Andai saja kamu tidak main hujan, pasti hari ini akan jadi lebih baik.
Sebagai orang yang benci makanan pahit, kamu adalah orang yang pantang minum obat. Karena terlalu malas, kamu juga tidak berusaha menurunkan demammu, dan hanya berbaring pasrah di kasurmu. Alhasil, di siang hari, kamu merasa sangat pusing, lemas, dan lemah.
Hah.
Ini jam dua belas siang. Ponselmu berdering nyaring, membuatmu terkejut. Kamu melihat nama yang tertera di layar, dan itu adalah pacarmu, Taeyong.
"Selamat pagi, Sayang~"
Kamu memutar mata. Pasti dia baru bangun. "Pagi apanya? Ini sudah terik, Tyong," katamu.
Taeyong terkejut mendengar suaramu yang lemas dan serak. Biasanya, suaramu mampu memecahkan gendang telinganya. "Eh? Ada apa denganmu?"
"Memangnya aku kenapa?"
"Kamu sakit?" Taeyong malah balik bertanya.
"Ya, sedikit."
Terdengar suara berisik di seberang, karena Taeyong buru-buru mengganti pakaian tidurnya untuk bersiap bertemu denganmu. "Astaga. Oke, tunggu aku. Aku akan ke rumahmu, ya?"
Kamu tersenyum kecil mendengar suara panik Taeyong. Astaga, dia imut sekali. Kamu cuma demam biasa, dan Taeyong sampai sekhawatir itu padamu. Bagaimana reaksinya begitu tahu kalau kamu sakit kanker? Ohohoho.
Tapi jangan sampailah. Kamu belum mau meninggalkan pacar tersayangmu itu.
Setelah lima belas menit, bel rumahmu berbunyi dengan tidak sabar. Itu pasti Taeyong. Kamu ingin keluar dan membukakan pintu untuknya, tapi kamu benar-benar pusing sampai tidak bisa berdiri.
Lalu, sebuah ide brilian muncul. Kamu akan berpura-pura pingsan saja.
Di luar, Taeyong kebingungan. Tanpa menunggumu lebih lama, dia langsung membuka pintu. Syukur pintu tidak dikunci. Taeyong bisa saja mendobraknya.
Dia langsung masuk ke kamarmu dengan panik. Ketika melihatmu berbaring di kasurmu dengan wajah pucat, dia bertambah panik. "Hei, kamu baik-baik saja?"
Kamu, yang pura-pura pingsan, berusaha menahan tawa mendengar suaranya yang seperti orang terkena gempa bumi. DIA LUCU SEKALI!
Taeyong mendekatimu, duduk di sebelahmu, dan memegang dahimu dengan telapak tangannya. "Wow, panas," katanya, cepat-cepat menarik tangannya dari dahimu.
Melihatmu yang tidak bergerak, Taeyong mulai merasa takut. "N/m, kamu tidak mati, kan? Hei, jangan mati dulu! Aku sayang padamu!" katanya sambil menggoyang-goyangkan badanmu.
Mendengar suaranya yang berubah lagi menjadi takut, kamu tidak bisa menahan tawamu lagi. Taeyong membeku sesaat. Ia kena tipu.
"Astaga, kenapa Tyong-ku imut sekali?!" katamu sambil tetap tertawa.
"Itu sama sekali tidak lucu," gerutu Taeyong. Dia kelihatan sangat kesal.
Kamu tertawa lebih keras, tapi lama-lama tertawa membuatmu semakin pusing. Melihat raut wajahmu yang berubah, rasa panik Taeyong kembali lagi. "Hei, hei, ada apa?"
Kamu memegang kepalamu yang benar-benar pusing. "Um, aku pusing. Membuka mata saja aku merasa pusing."
Tangan Taeyong bergerak mengelus kepalamu. "Baiklah. Tidur saja. Apa kamu sudah minum obat? Pasti belum."
Kamu menggeleng pelan.
"Nah. Sudah kuduga. Kamu ini. Bagaimana bisa sembuh kalau tidak minum obat? Kamu ingin sembuh atau tetap sakit?" cerocos Taeyong.
Kamu tersenyum kecil mendengarnya mengomel seperti ibu-ibu. Bahkan ibumu sendiri tidak akan mengomel seperti itu saat kamu sakit.
Taeyong keluar kamar dan menuju kotak obat yang kebetulan ada di sebelah pintu kamarmu. Setelah mengambil obat penurun panas dari sana, ia menuju dapur untuk mengambil semangkuk air hangat untuk mengompres dahimu. Kebetulan, Taeyong melihat handuk kecil dijemur di dekat dapur. Taeyong mengambilnya. Saat Taeyong kembali ke kamarmu, ia mengomel lagi. "Obat ini terletak di depan kamarmu. Kamu hanya perlu berjalan ke depan dan minum obatnya, astaga."
Tanganmu memegang tangannya, dan kamu berkata, "Jangan berisik. Aku pusing."
Taeyong menutup mulutnya. "Oh. Maaf. Obat ini diminum setelah makan. Pasti kamu juga belum makan. Jadi, sambil menungguku memasak, kamu tidur saja, oke?"
Kamu mengangguk kecil, menurut ketika Taeyong meletakkan handuk hangat di dahimu.
"Selamat tidur siang, Sayang," bisik Taeyong sambil mencubit pipimu dengan pelan, lalu keluar kamar menuju dapur untuk memasak.
Taeyong memutuskan untuk memasak sup, sesuai dengan bahan yang tersedia di dapurmu. Ia selesai dalam tiga puluh menit. Setelah itu, Taeyong kembali lagi ke dalam kamarmu sambil membawa masakannya di atas nampan, dan melihatmu sedang tidur.
"Halo, halo, makanan sudah siap," kata Taeyong dengan suara berbisik.
Kamu membuka mata mendengar Taeyong, tapi sepertinya kamu bangun karena mencium bau makanan enak. Dan matamu melebar ketika Taeyong meletakkan makanan itu di sebelahmu.
"Oooooo. Makanan enak, aku datang~"
Kamu mengambil sendok yang sudah ada di nampan, tapi tangan Taeyong menahanmu. "Tidak. Tidak, tidak, tidak."
Alismu terangkat tinggi. "Apa? Aku bisa makan sendiri," katamu.
Taeyong merebut sendok dari tanganmu, dan bergerak menyuapimu. "Ayo, buka mulutmu~"
Kamu memutar mata sambil tertawa. "Kenapa aku terlihat seperti anak kecil?" katamu dengan geli sambil menerima suapan Taeyong.
"Karena kamu memang anak kecil," sahut Taeyong sambil tersenyum lucu.
Melihatmu menikmati supnya, Taeyong bertanya, "Bagaimana? Enak, kan?"
Matamu melebar sekali lagi, karena sup Taeyong ini benar-benar enak. "Ini keren! Memang Tyong juara," katamu sambil mencubit pipinya dengan gemas.
"Huh," Taeyong menepuk dadanya, "apa yang tidak bisa kulakukan?"
Kamu tersenyum kecil sambil menatapnya. Taeyong balas menatapmu, mengira kamu akan berkata sesuatu. Tapi karena kamu diam saja, Taeyong bertanya, "Apa?"
Kamu masih menatapnya dan tidak berkata apa-apa. Ya, apa yang tidak bisa Taeyong lakukan untuk melelehkan hatimu?
Entah apa sebabnya, kamu tiba-tiba merasa sangat melankolis. Kamu ingin menangis dan bersyukur sebanyak-banyaknya karena kamu bisa memiliki Taeyong. Sebelumnya, kamu tidak pernah menyangka seorang Taeyong yang terkesan dingin karena wajahnya yang tidak nyata--bahkan sampai sekarang kamu masih sering terpana pada wajahnya itu--memiliki hati terhangat yang pernah kamu tahu. Terutama di waktu-waktu sekarang, saat orang tersayangnya ini sakit. Taeyong menjadi hal paling imut bagimu di dunia.
Taeyong mengerutkan dahi ketika melihatmu meneteskan air mata. "Wow, ada apa?" tanyanya sambil menghapus air matamu.
Kamu tidak menjawab, hanya tanganmu bergerak memeluk Taeyong erat-erat. Taeyong membeku sesaat, tapi akhirnya balas memelukmu.
"Terima kasih banyak, Taeyong," katamu dengan pelan.
"Eh? Terima kasih kenapa?"
"Tidak apa-apa," katamu lagi, lalu melanjutkan dalam hati, terima kasih sudah ada untukku.
tbh, bagian ini adalah imagines yang pertama kali banget kubikin. kalo nggak salah inget, awal tahun 2018. seneng banget bisa nemuin file-nya, bertepatan dengan ingin update tapi lagi nggak ada ide wuahahah
anyway thanks for your read everybodeeh🙈🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]
FanfictionKamu bisa jadi apa saja; termasuk jadi apa pun yang kamu inginkan bersama anggota NCT. Cukup dengan berandai-andai. Ini, adalah pengandaianku. Silakan ambil bagian di dalamnya.