Ten - Pendengar Radio

183 10 0
                                    

"Decaf medium dan cappuccino, terima kasih."

Gadis ramah yang melayani kalian fokus sejenak dengan mesin di depannya, lalu kembali mengangkat wajah, "Semuanya jadi delapan puluh ribu."

Itu adalah pengeluaran yang sama selama hampir tiga bulan terakhir. Tempat sederhana ini menjadi langganan bukan karena kualitas rasanya, tetapi karena di sini adalah satu-satunya tempat yang memungkinkan kalian bertemu tanpa penghalang berarti.

Yang mewujudkan kata ganti jamak di atas sana adalah Ten. Ia orang yang selalu menemanimu di tempat ini, lalu memesan menu yang sama tanpa tambahan lain, hampir setiap hari dalam tiga bulan ini.

"Aku selamat hari ini. Pak Bob tidak jadi inspeksi."

Kalimat pertama Ten setelah kalian menempati salah satu meja terdengar mengejutkan. "Ha! Untung saja," sahutmu.

"Itu bukan hal yang bagus, omong-omong."

Alismu terangkat. "Kenapa?"

"Kalau manusia botak itu tidak mengikuti jadwal, berarti ia akan melakukannya dadakan, yang bisa saja terjadi kapan pun. Sialan."

Kekesalan Ten tergambar jelas. Kamu tidak kuasa menahan senyum. "Good luck, then," katamu menyemangati.

Ten memandangimu sejenak. "Thank you. That means a lot."

"Dan sayangnya, Pak Jim kembali marah hari ini." Kamu mengutarakan kisah kerjamu. "Bukan padaku, thank God, tapi cukup membuat situasi kerja jadi mendung."

"Kurasa itu hal yang dimiliki para manajer perusahaan. Harus kuakui, Bob tidak menginspeksi seburuk itu, tapi karena dia adalah petinggiku, aku malas menghadapinya."

"Right," kamu mengangguk. "Aku juga merasa begitu, plus rasa segan."

"Tapi kita tidak punya pilihan lain, kan? Keluh kesah ini sepaket dengan posisi kita sebagai subordinat. Selama kita bertahan, perasaan itu tidak akan hilang. Satu-satunya cara melampauinya adalah dengan menjadi mereka."

"Which is pretty hard to do," sambungmu.

"Oh, ada cara lain yang lebih mudah," Ten mengacungkan telunjuknya ke udara. "Keluar dari sana dan memulai karir sebagai wiraswasta."

"Well, that's even harder."

"Why?"

"You know why."

Ten menggumam pendek. "Aku ingat opinimu dua minggu lalu soal ini. You are not a daredevil."

"And you are a hell of one," sahutmu, meledek.

Tawa Ten membahana. "Kamu tidak mau ikut aku bungee jumping minggu depan? Oh, ya, untuk apa aku bertanya?"

"You're annoying," katamu dalam nada rendah.

Kamu bercanda, tentu saja. Tidak ada rasa sebal dari pernyataannya barusan. Kamu bersedia mendengar Ten menertawakan ketakutanmu pada risiko, sebab itu faktanya. Kamu tahu pasti, segala sesuatu di dunia ini tidak bisa diprediksi. Menghadapinya, kamu memilih berlindung pada apa yang kamu kenal baik, bukannya mencoba untuk mengelola prediksi itu dengan hati terbuka. Itu juga yang menjadikanmu pribadi yang setia. Sisi buruknya, kamu sulit melepaskan apa yang terlalu lekat.

Sebagai contoh, pekerjaanmu di perusahaan sekarang dinilai tidak sebagus itu oleh banyak orang. Banyak perusahaan lain yang menawarkan gaji lebih tinggi di posisi yang sama, tetapi kamu tidak tertarik untuk menarik diri dari perusahaan ini. Ketika ditanya mengapa, alasannya adalah dunia tidak berputar untukmu. Sebuah posisi yang lowong di perusahaan lain tentunya tidak terbuka bagimu saja, melainkan banyak orang. Tidak ada yang menjamin posisi baru itu buatmu, tetapi status kepegawaian di kantor ini sudah pasti hilang. Jadi, kamu memilih bertahan.

Pengandaian: NCT | [NCT Imagines!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang