Tangannya terangkat menahan tembok di kedua sisiku. Bahkan saat ini aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa kulitku.
"....maaf."
.
.
.Tok.. Tok.. Tok..
"Neeng! Kamar mandinya bisa gantian nggaak? Saya kebelet berak nih"
Sreett.. Dukk..
"I-iya paakk!" teriakku tersadar dan menjauhkan Stella dari hadapanku.
Kulihat Stella mengelus kepalanya yang tak sengaja membentur tembok. Aku pun menariknya keluar.
"Maaf pak, lama." ucapku sekenanya.
"Iya, gapapa neng."
Aku pun kembali menarik Stella menjauh dari tempat itu. Kurasa ia tak mempedulikannya dan hanya misuh-misuh tidak jelas.
Akhirnya kami berhenti di belakang mushalla.
"Ehem." dehemku. Ia mulai menaruh pandangannya kepadaku.
Aku hanya menatapnya meminta penjelasan.
"E-ehh.. Anu.. Engg.. Yaaah.. Em- maaf?" aku memutar bola mataku malas.
"Aku maafin." kulihat pandangannya mulai kembali cerah.
"...tapi kalo kamu berani ngelakuin hal yang sama ke orang lain, aku mutilasi kamu."
"Heeh?!"
Aku mengalihkan pandangan dan keluar dari area sekolah lewat jalan terabasan belakang yang biasa dilewati anak cowok untuk membolos. Huft, masa bodo. Kzl.
Perlahan namun pasti, langkah kakiku menuju suatu danau yang tidak terlalu jauh dari sekolah. Biasanya disitu ramai oleh anak-anak yang sedang memancing, tapi ini masih jam sekolah, hanya ada aku seorang.
"Tessa!" aku terkejut saat seseorang memanggil namaku. Orang itu Stella.
Bagaimana bisa dia mengejarku?
Kulihat ia berjalan mendekatiku dan duduk di sebelahku. Tak ada sepatah katapun yang ia ucapkan. Tapi wajahnya begitu menyiratkan kebingungan.
"Ngg.. Kamu suka sama aku juga?" tanyanya to the point.
"Pede gilak."
"Kalo bo'ong terus ntar dosanya banyak loh."
Aku tak mengindahkannya.
"Aku cuma pengen tau gimana perasaanmu ke aku saat ini. Apa itu berlebihan?" tanyanya. Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.
"Aku... Sebenernya aku juga ga yakin. Cinta itu apa sih? Aku belom pernah ngerasain itu. Apa itu soal hubungan? Ikatan? Kepercayaan? Kenyamanan? Ataukah kesenangan? Aku ga paham. Yang aku tau cinta itu identik sama rasa sakit. Rasa sakit yang sama dengan yang aku rasain kalo kamu.....deket...samayanglain." ucapku lirih.
"Pfft.. Hahahaha.." aku mengerutkan keningku ketika mendengar Stella tertawa.
"Ih, aku beneran ga cocok yah ngomong cinta-cintaan gitu? Huft. Padahal udah bener-bener aku pikirin, tau." ucapku sambil cemberut.
Baru kali ini aku merasakan hal yang nggak beres sama hati dan perasaanku. Dan itu semua karena Stella. Aku sadar akan hal itu. Ugh, padahal dulunya diantara kawan-kawan cuma aku yang ga percaya cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman✅
Romance"Aku ingin berterimakasih kepadamu yang telah mengubah hidupku, dan menarikku keluar dari zona nyamanku."