-Author Pov-
Setelah obrolan dengan Tessa di UKS yang membuat Stella menguras emosinya, ia sama sekali tak menghiraukan orang-orang di sekelilingnya. Hingga jam demi jam pun berlalu begitu saja.
Dari kelasnya, Stella berjalan beriringan dengan Yossy menuju ke luar area sekolah. Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, masih ramai siswa-siswi yang berseliweran.
"Banyak yang liatin kita heh." ucap Yossy pelan.
"Don't mind them." balas Stella.
Sebenarnya Yossy sadar, tujuan Stella membiarkannya tetap di dekatnya hanyalah membuat Miko tak berani mendekati Stella. Tapi gosip sangat cepat menyebar. Diawali dengan Miko yang pertama kali menembak Stella, lalu Yossy sendiri yang menghajar Miko sampai babak belur, dan sekarang dia berjalan di samping Stella.
Bukannya ia takut, hanya saja, semakin gosip itu tersebar, rencana awalnya bisa gagal.
"Jadi, lo mau pulang sendiri atau gue anterin?" tanya Yossy.
"Bareng lo aja deh. Gue gamau kelepasan bentak-bentak seseorang yang jalan pulangnya searah sama gue." balas Stella.
Yossy mengangguk paham. Ia mengambil motornya yang ia titipkan ke bengkel dekat sekolah.
***
-Stella Pov-
"Ntar malem, jam berapa?" tanyaku pada Yossy setelah turun dari motornya.
"Gue jemput lo jam 7. Matchnya mulai tengah malem." jawab Yossy.
Aku mengangguk. Setelah melakukan beberapa pembicaraan, akhirnya Yossy membolehkanku mengikuti match yang sesungguhnya.
Aku melangkahkan kakiku memasuki rumah.
Cklek...
"Baru pulang?"
Eh, kaget sumpah!
Aku menoleh dan mendapati kak Nina sedang bersedekap dada sambil menatapku tajam.
"J-jam pulang sekolah biasanya juga jam segini kok." ucapku sedikit belibet karena panik.
"Itu muka, kenapa?" tanya Kak Nina.
Mampus Stella.
"Eum, anu kak-"
"Tawuran lagi? Ckckck.. Gak di sini, gak di kota, selalu aja. Pantes papi kamu kerepotan ngurusin kamu."
"M-maaf.." aku menunduk.
"Terus semalem tidur dimana?"
"Ng- nginep di rumah temen."
"Siniin HP kamu." titahnya.
Ck, dasar ibu tiri.
Aku menggeleng pelan, "jangan.."
"Buruan."
"Jangan lah, kak..."
"Stell."
"Please.."
Ia tak berkata apapun lagi, hanya menatapku tajam. Mau tak mau, aku menyerahkan HPku padanya.
Kak Nina terlihat mengotak-atik HPku. Entah apa yang ia lalukan, perasaanku tak enak.
"Nih." ia mengembalikannya.
"Eh?" aku memiringkan kepalaku.
"Kenapa? Gak mau?"
"Lah, mau, mau!" aku mengambilnya kembali. Memeriksa apa yang baru saja ia lakukan.
"Luka kamu, udah diobati?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman✅
Romance"Aku ingin berterimakasih kepadamu yang telah mengubah hidupku, dan menarikku keluar dari zona nyamanku."