"Tes, kantin kuy!" ajak Sisca.
Aku menggeleng, "mager ah." jawabku.
Aku meletakkan kepalaku di atas meja.
"Yaudah, mau titip apa nih?" tawarnya.
"Roti apa kek gitu, yang bisa ganjel perut. Makasih ya." ucapku masih dalam keadaan lemas. Moodku benar-benar hancur sehancur-hancurnya sejak kemarin.
"Uh.. Okey.." jawabnya lalu pergi meninggalkanku.
***
-Sisca Pov-
Aku menuruti keinginan Tessa untuk membelikannya roti. Aku paham kondisinya sekarang nggak begitu baik.
Sesampainya di kantin, aku langsung membeli beberapa cemilan untuk Tessa. Tanpa sengaja, aku melihat Citra dan yang lain tengah berkumpul di sudut kantin, aku pun menghampiri mereka sejenak.
"Heeeeyyy Siscaaa!" panggil Kisya saat pertama kali menyadari keberadaanku.
"Yaw!" balasku sambil menarik sebuah kursi yang akan kutempati.
"Tessa mana nih? Stella galau mulu tuh dari kemarin dicuekin Tessa katanya." ucap Lala.
"Padahal biasanya mah bukannya juga dicuekin yah?" timpal Citra.
"Bedaaa.. Kemaren dia tuh agak galak gitu ah." balas Stella.
"Tessa lagi badmood." ucapku.
"Kok bisa? Ada masalah apa sih?" tanyanya.
Aku sedikit mengeraskan rahangku, "masih tanya kenapa?" ucapku mencoba untuk mengendalikan emosiku.
"Eh?"
"Sis, ada apa sih sebenernya?" tanya Kisya.
"Stella kalo cuma mau main-main sama Tessa mending mundur aja deh. Pergi aja. Dia kasian." aku menatap Stella serius.
"Aku ga salah apa-apa woee.."
"Sis..."
Aku menatap yang lainnya bergantian, "kalian ga ngerti. Dua taun terakhir aku selalu duduk di samping Tessa, dan sejak kemaren dia kaya bukan Tessa yang biasanya."
"Sisca, sumpah aku ga ngerti Tessa kenapa, dan kenapa rasanya aku yang salah di sini." dengusnya.
Aku menatapnya tajam, "kenapa bisa sih Tessa baper sama orang model gini." sungutku. Aku bukannya membenci Stella, hanya saja dia membuat Tessa yang dulunya tak mengenal cinta jadi terlihat lesu seperti itu, membuatku kesal.
"Salahin aja terus, aku bahkan-" ucapannya terpotong.
"Stella!" sontak kami semua menoleh ke sumber suara.
Cowok itu, cowok kulihat sempat menembak Stella di lapangan waktu itu.
"Ck. Ngapain sih dia." untuk sesaat aku mendengar Stella mendengus lirih. Ia seperti sedikit kesal.
Miko mendekat ke arah meja kami. Ia berlutut dan mengarahkan sebuket bunga pada Stella. Aku memutar bola mataku malas.
'Cih, drama picisan.' batinku.
Tapi kulihat, Kisya, Citra, dan Lala menatapnya kaget. Tentu, mereka sepertinya memang tidak melihat yang sebelumnya.
"Stella, aku akan ngebuktiin ke kamu kalo aku pantang menyerah. Meskipun aku udah babak belur gini, aku akan tetap memperjuangkan cintaku ke kamu. Jadi, maukah kamu-"
"Waktu itu aku udah kasih penolakan yang lebih lembut, jangan paksa aku untuk jadi kasar." potong Stella dengan nada datar. Image konyol yang dulu biasa kulihat kini berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman✅
Romance"Aku ingin berterimakasih kepadamu yang telah mengubah hidupku, dan menarikku keluar dari zona nyamanku."