11. Only Today

10.5K 858 114
                                    

Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasa. Setelah melewati beberapa jam pelajaran, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Alih-alih jajan di kantin, kini aku dan kawan-kawan sedang memakan bekal di dalam kelas dengan menggabungkan 2 buah meja.

"Citra, bagi ca kangkungnya dong~" ucap Sisca.

"Iyaa, nih ambil aja." jawab Citra.

"Kisya, kamu bawa apa?" tanyaku pada Kisya.

"Ini nih, baso ikan. Kemaren bunda iseng-iseng bikin. Mau nyoba?" tawar Kisya.

"Wahh mau mauu~" sambar Stella.

Kami memang terbiasa saling membagi makanan kami saat membawa bekal. Yaaah, awalnya Sisca yang mengusulkan. Tapi respons temen-temen bagus juga kok. Mereka pikir Sisca sengaja ngebuat kami makin akrab, tapi beberapa bulan setelah itu Sisca bilang kalo dia sebenernya cuma pengen lauknya macem-macem sih. Haha.

"Wah kalian lagi makan ya? Boleh ibu ganggu bentar?" tanya bu Nur yang tiba-tiba memasuki kelas. Beliau adalah guru bahasa Inggris kelas 12 sekaligus penanggungjawab beberapa kegiatan lomba.

"Eh, iya bu. Silakan." ucap Kisya.

"Dengerin sambil makan nggak apa-apa kok." ucap beliau.

"Hehe iya bu." jawab Sisca.

"Kalian tau kan kalo 3 minggu lagi sekolah kita ulang tahun?" tanya beliau.

Kami hanya mengangguk.

"Dalam rangka ulang tahun sekolah, OSIS mengadakan banyak kegiatan antar SMA. Contohnya ada pertandingan futsal, basket, voli, lomba tari, lomba debat bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, lalu di hari terakhir akan ditutup dengan pensi."

Kami memperhatikan bu Nur dengan seksama. Kenapa bu Nur membahas soal itu ke kita, pikirku.

"Nah, saat ini bu mau bertanya pada kamu, Tessa." aku mengerutkan keningku heran.

"I-iya bu?" tanyaku.

"Dari semua lomba tadi, cuma debat bahasa Inggris yang belum ada kepastian anggotanya. Futsal, basket, voli, dan tari bisa kami pilih dari ekstrakulikuler. Perwakilan debat bahasa Indonesia dari anak kelas 10 yang kemarin barusaja menjuarai lomba debat bahasa Indonesia tingkat kabupaten. Sedangkan untuk debat bahasa Inggris, seharusnya juga dari perwakilan yang kemarin mengikuti lomba debat bahasa Inggris." bu Nur menjeda kalimatnya.

"Tapi, anak-anak yang ikut lomba bahasa Inggris kemarin semuanya adalah anak kelas 12. Sedangkan mereka harus mempersiapkan diri mereka menghadapi TO dan ujian-ujian lain. Sebelumnya, saya diberi tau pak guru yang mengampu kelas 11. Kata beliau, kamu bagus dalam materi debat bahasa Indonesia dan mampu berbicara menggunakan bahasa Inggris, benar?" tanya beliau.

Entah kenapa firasatku mulai tidak enak.

"I-iya bu." jawabku. Kulihat bu Nur tersenyum.

"Kalo gitu, kamu ibu ikut sertakan ke lombanya ya? 3 minggu kedepan setelah pulang sekolah kamu akan dapat bimbingan dari ibu." ujar bu Nur.

Aku masih terdiam. Aku bukan siswi terbaik di pelajaran bahasa Inggris. Masih ada banyak siswa yang lebih baik dari aku. Aku juga nggak begitu yakin dengan pendapatku ketika praktek debat beberapa hari lalu. Tapi, kenapa bu Nur memilihku? Beliau bahkan belum pernah sekalipun mengampu pelajaran di kelas kami. Bagaimana bisa beliau menunjukku begitu saja?

Jujur, aku emang suka pelajaran bahasa Inggris. Waktu praktek debat di kelas, aku juga nggak ngerasa terbebani seperti anak-anak yang lain. Tapi satu-satunya alasan yang ngebuat aku nolak tawaran ini sebenernya karena aku...takut. Takut akan tatapan kecewa dari orang-orang yang percaya padaku. Takut akan kegagalan yang bisa saja menimpaku. Takut seandainya aku melakukan tindakan bodoh di depan orang-orang. A-aku takut.

Zona Nyaman✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang