"Aaaaa Stellaaaa!!! Istana pasir akuu...!!" teriakku saat melihat istana pasir yang aku buat hancur begitu saja di depan mataku. Stella baru saja menyenggolnya.
"Siscaaa!! Jauhin kepitingnyaaaa!!! Tesssaaaaa toloonggg...." jerit Stella sambil terus berlari menjauh dari Sisca yang sedang mengejarnya dengan membawa seekor kepiting kecil.
"Ish!" aku kembali berkumpul bersama Citra, Lala, dan Kisya yang masih sibuk dengan es kelapa muda yang barusaja mereka beli. Kami berempat pun duduk santai di sebuah gazebo menatap langit yang mulai senja.
"Mau?" tawar Lala sambil menyodorkan kelapanya padaku.
Aku mengangguk.
"Enak banget nih. Seger." ucapku. Lala terkekeh.
"Kalian ga main lagi?" tanyaku.
"Ombaknya udah mulai gede nih." jawab Citra.
"Alah alesan aja. Citra mah udah gakuat main lama-lama. Faktor U, badannya udah kretek-kretek hahaha." canda Kisya.
"Heh.. Aku kita cuma selisih sebulan ya." dengus Citra.
Aku terkekeh pelan melihat pertengkaran kecil mereka.
"Haaahh..."
"Kisya.." panggil Citra.
"Kacamatanya burem kan? Sini aku bersihin.." lanjut Citra.
"Um, iya sih. Kena cipratan ombak tadi. Tumben baik?" kulihat mereka sudah mulai tenang. Citra membantu membersihkan lensa kacamata milik Kisya dengan telaten.
"Entah.. Lagi pengen aja.."
Suasana mendadak lebih sepi dari sebelumnya. Pengunjung pun satu persatu mulai meninggalkan pantai.
"Tessaaayaaaanggg!!!" terdengar lagi teriakan dari Stella. Kulihat ia berlari ke arah kami, diikuti dengan Sisca di belakangnya.
Ia pun duduk di sebelahku dan langsung memelukku erat.
"Tes, Sisca daritadi ngejar-ngejar aku pake kepiting tuh. Marahin dong." rengek Stella.
"Hih, ngadu sama istri." dengus Sisca.
Kami duduk berjejer menghadap mentari yang mulai tenggelam.
"Hitung mundur yuk!" ajak Lala.
"5... 4... 3... 2... 1... Yah belom tenggelam."
"Lagi dong, lagi." ucap Citra.
Bersama-sama, kami kembali menghitung mundur. Berulang kali, namun mentari tak kunjung tenggelam.
"Beuh, lama banget sih tenggelamnya." sungut Sisca saat matahari tak kunjung tenggelam.
"Hahaha sabar kali." balas Lala sambil terkekeh.
Sesaat, hening melanda diantara kami.
"Tess.." panggil Stella.
"Hm?"
"Kayanya kita berdua ga cocok deh..." ucapnya.
Aku sedikit mengerutkan keningku.
"Stella udah nyerah?" heran Citra.
"Cupu banget sih Stell. Masa nyerah gitu aja." ledek Sisca.
"Hmmm... Emang ga cocok." balasku mencoba untuk cuek.
"Iya, kita emang ga cocok berdua, cocoknya kalo kita bersatu." Stella tersenyum tengil.
"Peaaangg!" Sisca menoyor kepala Stella lumayan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman✅
Romance"Aku ingin berterimakasih kepadamu yang telah mengubah hidupku, dan menarikku keluar dari zona nyamanku."