34. Pain

6.2K 608 153
                                    

-Tessa Pov-

Hari demi hari telah berlalu. Beberapa hari terakhir pun, aku tak pernah melihat Stella. Rindu? Kurasa bukan itu. Mungkin aku hanya tidak terbiasa berjauhan dengannya se-lama ini.

Ya, aku terus menepis perasaan-perasaan menyakitkan itu. Aku hanya tak mau terluka semakin dalam. Semakin aku mencoba melupakannya, semakin sakit rasa yang ku rasakan.

Aku meraba pelan ujung bibirku. Ugh, perasaan ini semakin membuatku menggila.

"Tess, ngelamun aja." celetuk Sisca.

"Kamu tau apa yang bikin aku gini." ucapku sambil menelungkupkan kepalaku di meja.

"Haaah... Jangan sedih gitu terus dong." ucapnya sambil merenung. Aku hanya mengabaikannya. Sisca sebenarnya tak kuberitahu soal kejadian di UKS waktu itu.

"Ehem." aku mengintip sedikit ke arah suara. Terlihat Kisya, Citra, dan Lala menghampiri kami.

"Cuma berdua aja nih?" ucap Lala berbasa-basi.

"Anak-anak yang lain pada olahraga." jawab Sisca.

"Dih bolos nih." celetuk Kisya.

"Mana ada. Izin sakit kita mah haha.." balas Sisca.

"Iya sih, bener juga. Yang satu sakit hati, yang satunya lagi sakit jiwa hahahaha" canda Citra.

"Yeu sembarangan. Ngomong-ngomong, kalian nggak pelajaran?" tanya Sisca.

"Jamkos." ucap ketiganya serempak.

"Tadi sih awalnya aku sama Lala emang mau keluar gara-gara jamkos. Eh, lewat kelasnya Kisya ternyata dia juga kosong. Yaudah." jelas Citra.

Aku mengangkat kepalaku. Keheningan menyelimuti kami.

"Sumpah ya, aku nggak habis pikir sama Stella." ucap Citra tiba-tiba.

"Gak ada yang gak mungkin sih. Apalagi kita juga gak tau orientasi seksualnya kan?" timpal Kisya.

"Tapi kalaupun dia lurus, dia nggak mungkin deketin Tessa sampe segitunya." balas Lala.

"Tapi kalau dia emang belok, dia juga nggak mungkin punya hubungan lebih sama Yossy kan." ucap Sisca.

"Yang dilakukan Stella itu keterlaluan. Dia bahkan sama sekali nggak ngasih penjelasan ke Tessa sampe sekarang." lanjutnya.

"Bukan dia yang salah. Harusnya aku emang dari awal nggak percaya sama cinta." ucapku lirih.

"Tess.." balas Sisca terdengar sedikit gereget.

"Well, mau Stella belok atau lurus sekalipun, dia udah terlanjur bikin Tessa jadi gini kan."

Aku memijat pelipisku pelan. Sekarang aku malah baru memikirkan soal orientasi seksualku. Haaah...

"Bukan masalah belok atau lurusnya. Mau gimanapun juga, selama temen kita bahagia, kita harus dukung. Bahkan waktu kita kelas 11 dulu juga gak ada yang mempermasalahkan kan? Padahal Tessa sama Stella pas lagi deket-deketnya waktu itu." ucap Sisca.

"Iya sih. Btw sayang banget kalo semua momen romantis itu hilang gara-gara masalah gini."

"Huft. Padahal awalnya kalo cuma pisah kelas doang gak akan gini loh. Gara-gara ada orang ketiga jadi serasa pisah planet nih."

Aku mengacak rambutku pelan, "bisa nggak sih kalian nggak usah bikin aku makin galau." sungutku.

Aku kembali menelunglupkan kepalaku.

"Untuk Stella Auberta kelas 12 IPS 3 dan Yossy Michael kelas 12 IPS 4 dimohon segera menuju ruang BK. Sekali lagi..."

Zona Nyaman✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang