Sejak hari dimana aku pulang bareng Stella, dia jadi semakin gencar mendekatiku. Dia bahkan terang-terangan menggodaku ketika aku sedang presentasi sendiri di depan kelas! Bahkan ada seorang guru di sana. Bisakah kalian bayangkan seberapa malunya jika kalian menjadi diriku? Huft.
Dan yang paling parah dari semua itu adalah dimana banyaaaakk siswa jadi sering menatap iri kepadaku. Cowok-cowok lebih tepatnya. Bahkan tanpa sengaja aku pernah mendengar, 'coba aja aku terlahir jadi cewek, pasti lebih gampang peluk-peluk Stella.' ugh, are you kidding me?!
Ya, terkadang Stella selalu memelukku atau sekedar menggandeng tanganku di muka umum tanpa persetujuanku. Tapi lihatlah komentar murid lain yang menganggap kami begitu dekat. Oh ayolah, deket darimana coba?
Tapi untuk sekarang, mari sejenak kita lupakan dia karena 2 hari ini adalah hari libur! Yang mana artinya aku nggak akan bertemu dengannya untuk 2 hari.
Hmm.. Meskipun aku juga nggak begitu yakin sih mengingat dia udah tau rumahku. Ugh, bodo lah.
"Tessaaa!" panggil mama.
"Iya maa?" teriakku dari depan TV.
"Sinii!!" teriak mama. Aku pun berjalan ke arah dapur.
"Kenapa ma?" tanyaku.
"Ini mama abis buat pecel nih, tapi kayanya kebanyakan deh."
"Yaudah mama mau nyuruh aku ngehabisin semuanya kan?"
"Bukan Tessaaa.." ucap mama gemas. Aku sedikit terkekeh.
"Hehe iya-iyaa.. Mau dikasihin ke siapa?" ucapku sambil mengambilkan rantang.
"Ke kak Nina aja gimana? Buat sarapan mumpung masih pagi gini." tanya mama.
"Iya boleh deh. Aku juga mau mampir kesana sekalian."
Mama pun menyiapkan pecel ke dalam rantang dan memberikannya kepadaku.
"Inget, jangan kamu makan di jalan ya?"
"Iyaa mamaku sayaaang. Aku berangkat yaa."
Aku pun berjalan ke rumah kak Nina. Hanya perlu setidaknya 10 menit untuk sampai kesana.
"Kak Ninaa?" panggilku sambil mengetuk pintu kiosnya yang masih tertutup.
Kios dan tempat tinggal kak Nina itu jadi satu, biar nggak ribet katanya.
Cklek..
"Eh, Tessa. Yuk masuk dulu." aku pun mengangguk dan mengikutinya masuk.
"Ini kak ada titipan dari mama." ucapku setelah duduk di salah satu kursi panjang miliknya.
"Eh nggak usah repot-repot lho Tes."
"Enggak repot kok, kak. Tadi mama bilang, dia buat pecel kebanyakan. Jadi dikasihin ke kakak aja." ucapku.
"Yaudah, bilangin makasih ke mama mu ya Tes." aku mengangguk.
"Nih diminum dulu tehnya, mumpung masih anget." ucapnya sambil menyerahkan segelas teh hangat kepadaku.
"Makasih kak." aku pun menyeruput teh itu.
"Oiya kak, aku mau cerita deh."
"Aku dengerin."
Aku pun menaruh segelas teh tadi ke atas meja.
"Jadi kan kak, minggu lalu ada anak baru di sekolah. Dia cantik sih, fansnya banyak. Tapi-"
"Kak Ninaa!! Aku beli bakpau nih!" ucapanku terpotong saat mendengar teriakan dari luar.
Tak berapa lama, muncul seseorang datang dengan sekantung plastik ditangannya. Aku membelalak kaget saat mengetahui siapa orang itu.
"Eh ada Tessa. Nyariin aku ya? Kangen nih pasti." ucapnya santai.
Astagaa kenapa dimana-mana aku selalu bertemu dengan Stella sih. Bahkan di tempat kak Nina.
"Eh? Kalian udah saling kenal?" tanya kak Nina.
"Iya. Dia cewek yang aku anter sampe rumah kemaren." jawab Stella.
"Ooh.. Yaudah kamu mandi dulu gih, abis jogging pasti keringetan kan?" ucap kak Nina.
Stella mengangguk dan menaruh bakpaunya di meja. Dia pun langsung mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
"Kakak kenal orang itu?" tanyaku dengan volume pelan.
Kak Nina mengangguk, "dia sepupuku."
"HAAH?!" Teriakku tanpa sadar.
"Lah, kok kaget gitu?" tanyanya heran.
"Kok bisa sih kakak punya sepupu macam dia?" tanyaku.
Bandingkan aja deh, kak Nina itu kalem, baik, lembut, perhatian, dan nggak aneh-aneh. Kalo Stella mah berisik, aneh-aneh, hmm.. Lumayan baik sih, agak lembut juga sebenernya, dia kayanya perhatian kok. Aaargh, tapi pokoknya beda deh. Serius.
Tak lama kemudian Stella pun keluar dengan pakaian lengkap. Err.. Aku nggak yakin sih yang dimaksud lengkap tuh yang kaya gimana.
Liat aja deh, dia pake hotpants yang panjangnya cuma sejengkal dan kaos lengan panjang tapi bagian pundaknya bolong, jadinya bahu mulusnya itu keliatan begitu menggoda. Eh, maaf abaikan aja.
Yang paling membuatku penasaran adalah apa seperti ini pakaian sehari-harinya? Ugh, bisa panas dingin nih.
"Situ naksir aku yah? Ngeliatinnya gitu amat." godanya.
"Pede gilak. Aku cuma agak kaget aja." ucapku seraya mengalihkan pandangan.
Ia pun duduk di sebelahku dan bergelayut di lenganku.
"Ugh, jauhan dikit sana ish." ucapku datar.
"Aku tinggal disini ya. Suka-suka aku dong mau duduk dimana."
Aku memijat pelipisku pelan. Oh God, sensasinya berbeda dari biasanya ketika dia memelukku saat di sekolah dan mengenakan seragam. Kini kulit mulusnya jelas bersentuhan denganku.
"Mesra banget sih kalian" celetuk kak Nina. Sontak aku melebarkan mataku menatapnya.
"Kami ngg-"
"Iya dong kaakk~" potong Stella. Aku menatapnya pasrah.
"Oiya, ini Tes dimakan bakpaunya." ucap kak Nina sambil memberikan sebuah bakpau yang tadi dibeli Stella.
Aku pun menurut dan memakan bakpau tersebut.
"Wah, enak banget. Isi coklat, aku suka nih." pujiku karena memang aku menyukai bakpaunya.
"Iya lah, aku sengaja pilihin yang rasa coklat karena aku tau kamu pasti suka." ucap Stella.
Aku menarik nafas panjang.
"Iyaa.. Makasih ya. Mau aku suapin?" kulihat ia langsung mengangguk dengan mata berbinar.
"Say aaaah~" ucapku.
"Aaaaa- kh uhuk.. Uhuk.. Kamu mau bunuh aku?!" teriaknya setelah menelan bakpau yang aku cuil dengan ukuran besar.
"Sayangnya gagal." ucapku kembali dingin.
"Tega kam-"
'Aitakatta, Aitakatta, Aitakatta, Yes! Denganmu~'
Terdengar suara nada dering dari ponsel milik Stella. Setelah mengetahui siapa penelfonnya, ia pun mengangkat telfon tersebut dan masuk ke dalam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
'Sepenting itukah?' batinku.
"Ehem, yaudah kak. Aku pulang dulu ya. Takut mama nyariin." pamitku.
Kak Nina pun mengantarku hingga ke depan kios.
Selama di perjalanan aku terus memikirkan satu hal. Aku bener-bener lupa ingin menanyakannya pada Stella tadi.
Huft. Kira-kira beli bakpau seenak itu dimana yah, batinku menerawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zona Nyaman✅
Romansa"Aku ingin berterimakasih kepadamu yang telah mengubah hidupku, dan menarikku keluar dari zona nyamanku."