17. Party!

10.6K 778 172
                                    

Hari ini adalah hari dimana kami mengadakan malam puncak untuk penutupan seluruh lomba-lomba dalam rangka HUT sekolah.

Siang ini aku dan teman-teman masih berada kelas sambil menunggu berbagai persiapan yang dilakukan oleh pengurus-pengurus kelas yang lainnya. Hmm.. Di lapangan sekolah sih katanya udah mulai dipersiapkan panggung dan sound system untuk performance nanti malem. Sebagian stand juga mulai didirikan di koridor dan beberapa ruang kelas sesuai keputusan masing-masing.

Acara dimulai pukul 4 sore dan diperkirakan selesai pukul 10 malam, tapi tetep memperbolehkan siswa-siswi pulang sebelum jam 10. Yaah.. Kalo aku sih udah dapet izin dari mama sama papa. Uh, sebenernya bukan aku sih yang minta izin sama mereka, tapi Stella.

Dia ngehubungi mama tanpa sepengetahuanku dan bilang kalo dia bakal nganterin aku pulang pake motor dan ngejagain aku selama acara. Dia. Bilang. Gitu. Ke. Mamaku.

Oh god.

Dia siapa sih pake ngomong gitu segala. Mama jadi ngegodain aku mulu kan dari tadi. Huft.

Oke, back to topic. Jadi, masing-masing kelas diwajibkan mendirikan 1 stand bebas. Boleh stand makanan, games, atau sebagainya. Nah, kelasku sepakat untuk ngebuka stand ramalan asmara. Aku sih kurang begitu paham. Tapi ya udahlah. Kan yang jaga stand bukan aku hehe.

Kulihat jam dinding di depan kelas. Ah, masih sejam lagi.

"Hai Tes! Yuk nyanyi bareng."

Stella duduk di bangku depanku sambil menghadap kearahku. Ia duduk tanpa membalikkan kursinya ke belakang sambil memangku gitar yang entah ia dapat darimana.

"Aku ngga bisa nyanyi. Suaraku jelek." ucapku.

"Bo'ong banget. Kamu ngorok aja merdu kok. Hahaha"

"Ish. Nyebelin." dengusku.

"Hahaha ampun cayaangg~ yaudah aku aja deh yang nyanyi."

Ia pun membenarkan posisi duduknya.

"Ehem... Dehem dulu biar keren."

"Buruan ih."

"Ciye yang udah gasabar. Uwuwuw~"

Aku memutar bola mataku malas.

Stella mulai memainkan genjrengannya pada gitar akustik tersebut. Jari-jari lentiknya sangat lihai dalam memetik senar-senar tersebut. Tanpa sadar, seisi kelas pun menjadi sepi karena terfokus pada permainan gitar Stella.

Ia mendongakkan wajahnya dan menatap lurus kearahku. Sedetik kemudian ia tersenyum.

"Hey kamu... Hatiku dag-dig-dug saat aku melihatmu."

Ah, tatapannya melelehkanku.

"Jatuh di hadapanku. Membuat aku buru-buru mendekatimu.."

Suara kajon mulai terdengar. Mungkin salah satu dari anak-anak cowok yang memainkannya sesuai dengan irama.

"Langsung ku tanyakan apa kau baik-baik saja.. Kau bingung, 'memangnya aku jatuh darimana?'"

Tanpa aba-aba, seisi kelas menyanyikan bagian reff nya bersama-sama. Sementara aku hanya terdiam cengo.

"Kau bidadari jatuh dari surga di hadapanku.. Eeeaaa~"

Zona Nyaman✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang