Chapter 8: The Lost Boy and His Gift

1.3K 179 29
                                    

I know my story's plot is so fucking slow and everything and tend to get boring.

I'm Sorry but i just love this story too much and want you to feel the loss the joy and so on. And if my pace makes you bored please do tell me.

Kim Namjoon adalah manusia biasa. Itu yang ia inginkan selama ini. Tetapi tuntutan orang tua, guru, serta temannya membuat dirinya berpikir bahwa ia berbeda. Berbeda dalam hal yang membuat dirinya muak, yang membuatnya berpikir bahwa anugerah miliknya adalah kutukan.

Keluarga, guru, seluruh temannya menganugerahi dirinya dengan sebutan jenius. Dengan IQ 148 siapa yang dapat menyangkal?

'Wah benar-benar, Namjoonie memang jenius!'
'Aku ingin satu kelompok dengan Namjoon.'
'Namjoon bantu hyung mu ini dong.'

Bodoh. Namjoon dikelilingi oleh orang bodoh. Dan ia muak.

IQ yang Namjoon miliki tidak datang dan menetap begitu saja. Ia tetap harus mengasah otak agar pikirannya tetap tajam. Sayangnya orang disekitar Namjoon tidak pernah berpikir. Berapa banyak waktu yang ia habiskan dengan buku-bukunya, sementara kawannya berpesta ria. Malam larut yang ia habiskan untuk belajar, sedangkan yang lainnya tidur. Kepercayaan Namjoon terhadap manusia kian menghilang.

Kim Namjoon memutuskan untuk membenci dirinya yang berbeda.

Lucunya, di kelas dua SMA ia menyadari eksistensi seseorang. Seseorang dengan mulut tak terkontrolnya dan sikap berandalnya, dan sejujurnya ia menghindari tipikal orang seperti ini. Percakapan yang terjadi ketika hampir seluruh kelompok Namjoon membatalkan pertemuan karena ingin datang ke suatu pesta dan mengungkit-ungkit 'gelar' jenius Namjoon.

"Apa maksud mu kau mau batal dan si Kim Namjoon ini jenius? Kau harus datang, persetan dengan pesta itu. Dan Namjoon itu tetap manusia biasa, bodoh."

"Kau bodoh atau apa? Jelas-jelas Namjoonie memiliki IQ 148, tentu dia jenius."

"Kau yang bodoh, bangsat. Apa kalian tau di mana Kim Namjoon menghabiskan waktu istirahatnya? Kenapa dia tetap meladeni chat kalian di larut malam? Kau bukan bodoh lagi. Otakmu itu tumpul, terlalu keras, dan menyusut karena tidak pernah disiram."

"MIN YOONGI SIALAN!!! MATI KAU BANGSAT!!!"

Namjoon hanya bisa terdiam, bahkan dengan adu jotos di depannya pun ia hanya bisa diam membisu. Pikirannya dipenuhi oleh satu hal. Dia normal, dia biasa, dia hanyalah Kim Namjoon. Hanya seorang Kim Namjoon yang berusaha memenuhi ekspetasi dunia. Dan Min Yoongi mengerti dirinya.

Untuk pertama kalinya, Namjoon tidak perlu berpura-pura di depan seseorang.
.
.
.

"Aku bertemu lelaki penjelmaan Aphrodite." Namjoon menggebrak pintu asrama Yoongi. Tatapannya mengawang, sedangkan Yoongi menyeringai mendengar perkataan Namjoon.

"Benarkah? Siapa lelaki penjelmaan Aphrodite ini?? Lelaki penakluk hati baja Kim Namjoon yang mengatakan jatuh cinta pandangan pertama hanya karena endorphin dalam otak meningkat dalam jumlah yang berlebih." Yoongi masih menyeringai menatap Namjoon. Sedangkan yang ditatap hanya bisa menggaruk tengkuk.

"Namanya Kim Seokjin, jurusan seni peran 2 tahun lebih tua dari kita. Aku bersumpah ku kira dia adalah dewi yang turun ke bumi... Astaga aku tidak pernah melihat manusia seindah dirinya, hyung."

Saat itu dalam 18 tahun hidupnya, Namjoon di anugerahi tiga hadiah. IQ 148 miliknya, Min Yoongi, dan tak lama lagi, Kim Seokjin.

"Kim Seokjin, eh?"
"Ya. Kenapa?"
"Tak apa. Hanya terdengar familiar."
"Benarkah?"
"Ya. Seperti nama seorang kawan lama."

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang