Chapter 16: Hello, Satan!

873 120 7
                                    

"Ah, wajah baru..." Hyukjae menatap orang di depannya, ini menarik, "tidak biasanya kau mau mengunjungiku..."

"Sebuah kehormatan bisa dikunjung oleh mu, Jeon Jungkook."

"Park Hyukjae. Kali ini kau tidak akan bisa lolos," Jungkook berucap dengan tenang. Jungkook sudah jelas tau orang lain yang mau 'menjenguk' bedebah ini hanyalah Seokjin. Itupun untuk menunggu slip up dari seorang Park Hyukjae. Sayangnya ia adalah Park Hyukjae, seorang jenius yang hampir tidak mungkin melakukan kesalahan.

"Kau ingin menakuti siapa, Jeon? Aku telah beribu-ribu kali lolos dari cengkraman setan, sebuah kerikil kecil sepertimu tidak akan menghalangiku," Hyukjae dengan seringainya membuat Jungkook muak. Ia tak percaya, hyung yang dulu ia anggap sebagai panutan tak lebih dari sebuah parasit. Menempel lalu membunuh secara perlahan, hanya saja yang ia hisap adalah kebahagian.

"dan siapa pula yang ingin kau perdaya? Apa kau lupa? Siapa yang menangkap basah dirimu," ucapan yang disampaikan dengan tenang oleh Jungkook dibalas dengan raut kesal Hyukjae. Jungkook merasa unggul untuk sesaat, namun ia tahu ia tidak bisa lengah, ia tidak boleh termakan oleh keunggulan kecil miliknya.

"Aku akan membiarkanmu menang untuk kali itu, Jeon, namun tidak untuk kali ini. Silahkan berusaha, tapi ingat yang akan kau lihat di akhir jalan hanyalah jurang," Jungkook segera bangkit dan berjalan keluar.

"Kita lihat siapa yang akan menang. A pleasure to meet you, Satan."

"And who are you to say that, Raphael."

.
.
.
.
.
.
.

-Season-

Chapter 16
Hello, Satan!

"Lucifer casts out of heaven, his ego made him fall, followed by the seven Archangels."
"who's the first to fall?"
"Michael."
"The second?"
"Raphael."

.
.
.
.
.
.
.

"8 Bulan, hanya itu waktu yang kita miliki, Hyung," Jungkook kini tengah mengunjungi apartement Seokjin, setelah sebelumnya menemui si bangsat Hyukjae.

Seokjin hanya bisa bergerak gelisah, matanya tidak fokus, menyusuri langkah yang sama, dan dengan setia kukunya ia jadikan pelampiasan, "apa yang harus kita lakukan, Kookie?"

Jungkook menghela nafas lelah, ia menyandarkan seluruh badannya ke sofa. Ia lelah, ia tersakiti, dan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, "kecuali jika kita ingin mengorbankan Jimin. Aku tahu aku besar kepala mengatakan kalau Jimin harus meberikan kesaksiannya. Sejujurnya sebisa mungkin aku tidak ingin mengulang apa yang terjadi dengan Hoseok-hyung."

Seokjin kini ikut duduk disamping Jungkook. Ia menutup mata, memijit pelipis, dan menerawang tak jauh ke masa lalu, dimana Hoseok duduk gemetar, dengan air mata yang sudah menggenang, dan kepala tertunduk. Hal yang paling ia ingat adalah bagaimana Hoseok beberapa bulan setelahnya berusaha mencabut nyawanya.

"Aku rusak, hyung. Aku sudah tidak memiliki arti, aku... Aku hanya seorang... Jalang."

Tidak sudah cukup Hoseok terluka. Ia tidak akan membiarkan yang lainnya terluka.

"Tapi jika dia bebas, Hoseok akan lebih terluka," kilah Seokjin, sambil menahan air mata dan rasa frustasi, "aku tidak tahu harus bagaimana lagi... Jika Jimin berada pada jarak 5 meter saja dari orang itu, mungkin saja ingatannya akan kembali dan itu bisa saja bukan hal yang bagus."

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang