Chapter 31: Blood on The Peonies

949 115 5
                                    

Ini merupakan kedua kalinya Jimin merasa amat sangat ketakutan selama hidupnya. Hyukjae belum cukup menyiksanya, ia juga berniat untuk menyiksa Taehyung. Jimin hanya bisa meronta tak berarti selama percakapan antara Hyukjae dan Taehyung berlangsung. Ia tidak dapat berbicara alih-alih berteriak, mulutnya sudah di sumpal dan diikat dengan sebuah kain oleh Hyukjae.

"Jadi apa yang akan aku lakukan terlebih dahulu untuk mu? Ah, sayang sekali Jaehwan tidak berada di sini untuk menyaksikan," Hyukjae berjalan perlahan ke dalam bayangan ruangan, sesaat menghilang dari pandangan Jimin. Akan sangat berbohong kalau Jimin mengatakan ia tidak khawatir dengan nyawanya, karena mau bagaimanapun tujuan akhir Hyukjae adalah menghabisi dirinya.

Jimin kembali mendengar suara langkah Hyukjae, peluh sudah membasahi dahinyaz namun Jimin tetap berusaha memasang wajah menantang. Jika dia harus mati maka ia akan mati tanpa berlutut, "jadi bagaimana kalau kita bemain dengan benda imut ini terlebih dahulu? Apakah kau merindukannya?"

Saat itu pikiran Jimin terasa keruh karena amarah. Di tangan Hyukjae terlihat jelas sebilah pisau bedah. Hal yang membuat Jimin geram adalah kenyataan bahwa pisau itu adalah satu-satunya hal yang digunakan Hyukjae untuk menyiksa Hoseok. Pisau yang ia gunakan untuk menggores bekas luka dalam yang sulit atau bahkan tidak mungkin dapat dihilangkan dari badan Hoseok.

"Sayang sekali Seokkie belum datang. Kau tidak perlu cemas karena sebentar lagi kalian akan bertemu."

.
.
.
.
.
.
.

-Season-

Chapter 31
Blood on The Peonies

.
.
.
.
.
.
.

"Siapa kau? Dimana Hyukjae-hyung dan Jimin?"

"Mereka berada di alamat ini. Hyukjae ingin kau membawa ini."

"Apakah kau gila? Untuk apa aku membawa ini?"

"Turuti saja perkataanku. Sekarang cepat kau ke sana. Mereka membutuhkanmu."

.
.
.
.
.

"AKU MENDAPATKANNYA HYUNG!! Dia berada di sebuah konstruksi bangunan tua yang jaraknya sekitar lima kilometer dari sini," Namjoon melonjak girang ketika mendapatkan titik keberadaan Hyukjae. Ia segera beranjak dari kursi dan meraih kunci mobil, namun sebelum ia dapat berjalan keluar sebuah tangan menggenggam pergelangannya dengan erat, "apa yang kau lakukan, hyung??"

"Aku yang harusnya bertanya apa yang akan kau lakukan?? Kau akan berjalan ke dalam sarang ular sendirian tanpa persiapan apapun? Negara punya aparat kepolisian karena sesuatu, Joon. Jangan gegabah," Yoongi berusaha membujuk Namjoon.

"Lalu ketika di pengadilan dia akan mengeluarkan segala hartanya dan bisa kembali bebas?? Aku akan menghabisinya, hyung," Namjoon menatap Yoongi dingin. Seumur hidup Yoongi, saat ini merupakan pertama kalinya ia melihat Namjoon begitu mengintimidasi. Ia seakan seperti singa liar yang siap untuk membunuh lawannya. Saat ini merupakan pertama kalinya seorang Min Yoongi benar-benar ketakutan. Bukan ketakutan karena intimidasi Namjoon, namun lebih ke arah tindakan yang mungkin Namjoon ambil. Ia tidak akan membiarkan Namjoon mengotori tangannya lebih dari ini.

"Kita tetap butuh rencana. Kau tidak bisa dengan sembarangan ke sana, alih-alih menyelamatkan Jimin, kau bisa saja malah mencelakakan nyawanya," Yoongi berusaha lebih keras beralasan dengan Namjoon. Ia butuh mendinginkan kepalanya sebelum mengambil langkah. Konsentrasinya kembali pecah saat ia tidak sengaja mendengar bunyi pintj ruang kerja tertutup. Yoongi hanya bisa menatap Namjoon dengan tatapan menghakimi, Kim Namjoon benar-benar seoramg ysng ceroboh.

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang