Chapter 2: It Comes Back

2.2K 289 21
                                    

"Hyung jangan lupa hubungi aku kalo udah sampai. Sekalian foto kulkas, soalnya biasanya hyung sering lupa ngisi ulang. Jangan terlalu stress sama tugas, kalo ada yang susah bisa hubungin Joonie-hyung atau Jin-hyung. Kalo mereka gak bisa dihubungi, sms Taemin-hyung aja, lalu-"

"Baiklah, semuanya buh-bye." Hoseok memotong celotehan Jimin dan berlari keluar fakultas.

Jimin hanya bisa menatap hyung nya dengan tatapan tak percaya, "Tae! Kook! Apa kalian lihat Hoseok-hyung tadi?! Dia memotong perkataanku dan lari begitu saja!!! Apakah aku sudah tidak penting lagi?" rautnya kini berubah sedih. Dua kekasih Jimin hanya bisa menatap gemas uke mereka yang satu ini.

"Jawab aku!!! Jangan hanya diam!! Aku benci kalian!!!" Jimin kini melangkah menjauh dengan muka cemberut. Kook dan Tae? Mereka hanya saling menatap dan menghela nafas melihat tingkat dramatis kekasih mereka dan kemudian berlari mengejar Jimin sambil meneriaki namanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sampainya Hoseok di apartemennya ia langsung menuju sofa dan merebahkan badannya. Sebuah helaan nafas keluar darinya.

Tak lama ia berbaring Hoseok mendengar ponselnya berdering. Ia segera menerima panggilan dan berdiri menuju dapur.

"Ya, Jin-hyung ada apa?"

"Aku dan Namjoon sekarang lagi perjalanan ke apartemen mu. Aku juga membawa nasi goreng kimchi, jangan makan makanan cepat saji lagi."

"Astaga hyung. Kan bisa diantar besok saja, aku dan Jimin juga ada kegiatan klub besok, kau bisa menitipkannya ke Jimin," Hoseok mengusap wajah lelah. Mulai lagi Jin-hyung dengan sifat induk ayamnya.

"YA! Jung Hoseok, aku tau kau pasti belum makan siang dan berencana membeli makanan cepat saji, itupun kalau kau tidak sedang malas, makanya aku berbaik hati membawakan makanan kesukaanmu."

Tepat sasaran. Hoseok memang belum makan siang dan sekarang ia juga terlalu malas untuk memesan makanan. "Baiklah, pintunya tidak aku kunci, langsung masuk saja."

"Hey jangan sembarangan tidak mengunci pintu!!! Bagaimana kalau terjadi apa-apa denganmu?!?! Jung Hoseok? YA! Jung Hoseok jawab ak-"

Hoseok segera memutus sambungan telepon, dan segera mengambil sebotol air dingin di kulkas. Pikirannya sekarang enah kenapa kacau.

"Tidak akan terjadi lagi hyung. Tenanglah. Dia sudah ditahan." gumam Hoseok sendiri.

'Tapi susah untuk melupakan ku bukan, Hoseok sayang?'

Mata Hoseok membulat, di depannya kini berdiri seorang pria yang ia kenal. Cemas, takut, dan marah bercampur menjadi satu. Hoseok mengeratkan genggamannya pada botol di tangannya. Matanya memicing.

"Kau tidak nyata. Kau di penjara, kau tidak nyata."

'Oh, benarkah? Tapi aku disini dan terus berada di pikiranmu bukan, sayang?'

"BERHENTI DISANA!!! JANGAN MENDEKATIKU!!! KAU BAJINGAN KEPARAT!!" Pria itu semakin mendekat. Hoseok yang panik reflek mengambil pot tanaman hias di depannya dan melemparnya ke arah bayangan pria di depannya. Pot itu melayang menembus bayangan di depannya.

'Usaha yang bagus.' seringai terbentuk di wajahnya, 'tapi sayang itu tidak berarti. Aku akan tetap di pikiranmu. Kau tau kenapa?'

"TUTUP MULUT BUSUK MU!!!"

'Karena kau milikku'

"AKU BUKAN MILIK MU!!! DIAM! DIAM! DIAM!" Hoseok semakin panik dan kerap melempar barang-barang yang ada di dekatnya. Bayangan pria tadi menghilang, menyisakan Hoseok dengan kondisi dapur hancur berantakan.

Hoseok beringsut mundur. Punggungnya menempel pada kulkas di belakangnya. "Dia tidak nyata. Aku aman, aku aman, aku punya Jin-Hyung, aku punya Joonie. Jiminie, Tae, dan Kookie akan menjaga ku." Hoseok terus mengulang kata itu, tak sadar bahwa dirinya telah menangis.

Tak berapa lama kemudian pintu apartemennya terbuka. Seketika Hoseok menegang.

Seokjin yang baru sampai langsung menuju dapur untuk menghangatkan makanan. Namun begitu sampai di ambang dapur ia terkejut dan khawatir, bukan karena kondisi dapur yang hancur, tapi karena Hoseok yang kini tengah terduduk di depan kulkas dengan air mata terus mengalir.

"Astaga... Hoseok..." Seokjin dengan segera menghampiri Hoseok dan memeluknya, disusul oleh Namjoon.

"Kau aman Hoseok. Tenanglah. Aku dan Jin-hyung telah sampai." Namjoon menatap Seokjin sekilas.

Seokjin segera bangkit, meletakkan makanan di meja dan secepat mungkin membersihkan kekacauan di dapur. Sambil membersihkan dapur, Seokjin mengingat kembali wajah ketakutan Hoseok. Hatinya terasa tertikam.

Namjoon yang ditinggal segera menenangkan Hoseok hingga ia tertidur dan membawanya ke kamar. Setelahnya ia bergabung dengan Seokjin di ruang tamu.

"Ini semua salahku." ujar Seokjin lirih, "seandainya aku tidak mengajak hobi ke bar itu dia tidak akan rusak seperti ini."

Namjoon merangkul kekasihnya lembut, "ini bukan salah siapa-siapa hyung. Satu orang yang pantas dianggap bersalah adalah bajingan itu."

Seokjin menatap Namjoon marah, "tapi bisakah kau bayangkan bagaimana jadinya jika aku tidak dengan paksa mengajak hobi ke bar waktu itu? Jika saja aku lebih peka dengan penderitaan yang dia jalani selama hampir satu bulan? Jika saja aku lebih cepat... Hobi..." Seokjin kini menangis kembali di pelukan Namjoon, sedangkan Namjoon hanya bisa menenangkannya. Percuma beralasan dengan Seokjin yang tengah jatuh saat ini, dia akan berbicara dengan Seokjin setelah Seokjin berhenti menangis.

"This is my fault, Joon. I need to be punished."
"No, it's not. Hoseok need you to be strong not punished."





"I'll leave you when my love for you make me not loving myself."
"So, I'm sure you'll never leave me, cause it's my task to make you love you and love me."

-TBC?-

Season [YoonSeok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang